Rabu, 20 Desember 2017

Kertas Kehidupan

Cerita ini hadir dari salah seorang kakek yang sudah berusia tujuh puluh tahun. Beliau adalah seorang kiai yang berasal dari Makassar, namun saya lupa siapa namanya.

Pada kesempatanan ini saya tidak ingin berbicara tentang biografi bliau, saya hanya ingin kita mengambil pelajaran darinya.

Jika kita mendengar usia tujuh puluh tahun, apa yang akan terbersit di benak kita? Iya pasti banyak yang akan berfikir, di usia demikian seorang hanya bisa duduk termenung di teras sambil mengunyah daun sirih, atau  seseorang yang berusia demikian kerjanya hanya duduk di kursi roda dan seabrek pikiran yang terbayang hanya kondisi yang sudah renta dan tak berdaya melakukan apa-apa.

Namun tahukah kita, ternyata kiai yang usianya sudah hampir seabad yang tarolah ia dijuliki kiai Zamsuddin ini, dikisahkan dalam sebuah buku bahwa pernah beliau di tahun tujuh puluhan menaiki sebuah kapal besar menuju mekah untuk menunaikan ibadah haji ia dicegat oleh sipir Belanda dan ia dimasukkan kedalam penjara.

Banyak orang-orang yang heran dan tidak terima kiai yang terkenal bijak dan sering berceramah ini di tuduh teroris dan penyebar pemahaman yang menyesatkan. Itulah tuduhan yang dilayangkan orang-orang Belanda kepada sang kiai untuk memasukkannya kedalam penjara yang ada di dalam kapal.

Dikisahkan bahwa selang beberapa minggu keberadaan kiai di kapal, banyak orang yang sering ikut pengajiannya, juga kiai ini jarang keluar dari ruang kamarnya kecuali hendak shalat berjamaah dan mengisi pengajian di kapal. Dan setelah sipir Belanda memaksa masuk ke dalam kamar kiai, ia melihat sang kiai sedang menulis dan baru beberapa hari sang kiai sudah menyelesaiakan beberapa jilid buku, akhirnya dihancurkanlah tumpukan kertas-kertas yang telah penub dengan tulisan tanga sang kiai.

Ini menambah kekhawatiran sipir Belanda, dan setelah sang kiai dipenjara ia dijauhkan dari kertas dan pena. Karena kekhawatiran sang sipir Belanda akan membuat tulisan dan membuat orang-orang yang membacanya terpengaruh.

Ternyata seorang yang berusia tujuh puluh tahun, tak bisa kita remehkan. Tidak selamanya usia bisa membuat orang rentah dan tak bisa melakukan apa-apa. Kita bisa melihat bagaiamana karya bisa melampaui usia, bagaimana bisa sebuah kertas dan pena bisa menjadi sebuah benda yang amat ditakuti oleh sebahagian orang bahkan oleh dunia.

Maka dari itu belajar dari sang kia, bahwa tulisan kita bergantung dari siapa penulisnya, apakah ia bisa memberi pengaruh ataukah tidak.

Oleh karena ya sangat harus kita perhatikan apa yang akan kita tuliskan, tak peduli akan ada orang yang tidak menyukai, yang harus kita pastikan bahwa yang kita tulis adalah kebenaran dan kebaikan.

Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang mesti dimiliki oleh seorang Muslim. Setiap Muslim diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain baik itu lewat tisan maupun lisan, terlebih lewat perbuatan.

Bagi seorang penulis hanya dengan secarik kertas ia bisa sangat bermanfaat dan menebar kebaikan bagi sesamannya. Mengubah kertas-kertas kosong menjadi sebuah kertas kehidupan yang memberi pengaruh pada dirinya, orang lain bahkan dunia.

Jangan takut dunia akan membencimu, cukup pikirkan dan tulisaka  sesuatu yang membangun dan dapat menunjang cita-cita, impian dan apapun yang anda ingin capai dunia dan akhirat.

Jika hanya dengan kertas dan pena bisa mengubah hidup anda, orang lain bahkan dunia, maka lakukanlah dan cintailah yang anda lakukan sekarang.

#Day25
#Squad3
#30DWC10
#TemaKertas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mendidik Anak Usia Dini

Terkadang saya mendengar perkataan orang tua yang mengatakan otak anak saya belum siap menempuh pendidikan dan belajar. Padahal ...