Jumat, 05 Februari 2016

Siapa yang Lebih Saya Cintai



Minggu lalu saya kembali tergopoh-gopoh keluar dari kampus . 
Saya hampir lupa saya harus ke jl.Sungai pareman.

Saya dan beberapa teman memang punya jadwal kajian kitab pilar-pilar pengokoh Nafsiyah Islamiyah (Kepribadian Islam) hari selasa sore di rumah salah satu kakak yang mengisi kajian kami setiap pekannya.

Di kampus
Semua teman-teman suda pada sibuk untuk mendaftar seminar proposal, 
namun saya hampir terlupa dengan agenda kajian saya lantaran kesibukan di kampus
bersama teman-teman, “ ah ini nga lebih penting”. Gumamku,

sperti biasa saya suda di kenal teman-teman orang yang paling menganggap biasa urusan pelajaran dan seklimet tugas-tugas kampus (tapi bukan berarti menyepelehkan dan tidak menghiraukan yah..),

Alhamdulillah saya tidak pernah ketinggalan mengumpul tugas,
saya pun selalu mengerjakan UAS dan Final tanpa bantuan dari teman-teman apalagi yang namanya nyontek, oh NO, yah, pemahaman ini saya dapat dari tempat kajian, bukan karena ia jatuh dari langit yah, saya kadang bebas final, juga pernah dalam satu kelas ada 40 oarang hanya saya yang bebas final, tapi itu bukan suatu kebanggaan yah, saya hanya mencoba memahamkan kalau saya ini bukan mahasiswa yang  gini ceritanya...eh stop dulu, cerita yang ini lain kali yah kalau masih ingat...soalnnya ini cerita pas semester 2,3,4,5,6 sekarang saya suda hampir semester 8...(hehe kok jadinya curhat yah...)

Kita fokus dulu lagi yah di jl.sungai Pareman tadi (ih namanya serem yah...)

Sehabis pamitan dengan teman-teman, saya berlari menuju kost untuk shalat dan bergegas mencari angkutan umum. Untunglah saat saya keluar dari kost, kebetulan ada mobil yang singgah.
Setelah sampai diujung  jembatan “Daeng kiri-kiri” kataku terburu-buru lalu mengeluarkan uang  dari saku dan memberikannya ke pak sopir...

Saya buru-buru turun dari mobil dan berlari-lari memasuki lorong dekat sungai, dengan menenteng buku,dan menjinjing tas ransel yang tidak terlalu berat, saya berlari-lari kecil takut kalau-kalau saya akan terlambat.
Dan benar aja, sampai dirumah tempat kajian semua teman-teman telah siap, mereka duduk melingkar dengan buku tebal ditangannya.
Dengan nafas yang belum bisa diatur saya memberi salam, Alhamdulillah semua menjawab. Seperti biasa saya selalu mengambil posisi duduk didepan musyrifah saya, karena bagi saya satupun ilmu tak boleh saya lewatkan dan itu bisa saya lakukan kalau duduk didepan, saya akan merasa diperhatikan, jadi tidak ada kesempatan mata saya untuk mengantuk.

Saya mengambil posisi sambil menatap mata musyrifah saya, semoga saja beliau faham, saya mencoba membaca raut muka kakak yang ada dihadapan saya sambil membuka-buka halaman.

Salah satu teman membacakan isi kitab (buku) yang ada ditangannya dan yang lain kembali serius menyimak dan memperhatikan ayat yang dibaca..

Saya melirik halaman yang dibaca  salah satu teman....
sambil mendengar saya membuka halaman dan oh saya tertuju pada Ayat yang dibacakan, “ini dia ayat yang dibaca” gumamku dalam hati.

Katakanlah “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri- istri, kaum keluargamu, Harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. “Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (TQS. At-Taubah [9]: 24).

Dillanjutkan dengan dalil dari as-Sunnah diantaranya adalah:

Dari Anas ra. Sesungguhnya Nabi saw, bersabda:

Ia membacakan Hadist dan artinya . yang artinya “ Ada 3 perkara siapa saja yang memilikinya  ia telah merasakan manisnya iman. Yaitu orang yang mencintai Allah dan Rosulnya lebih dari yang lainnya; orang yang mencintai seseorang hanya karena Allah; dan orang yang tidak suka kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke Neraka (Muttafaq ‘alaih).

Dan satu hadist lagi yang menambah ketegangan saya pada saat itu, satu tamparan telak yang membuat saya menatap dalam-dalam buku tersebut. 

“Tidak beriman seorang hamba hingga aku lebih dicintai daripada keluarganya, hartanya, dan seluruh manusia yang lainnya (Muttafaq ‘alaih).

MasyaAllah... Saya melirik teman-tema disamping saya. Mereka terlihat sangat serius begitupun dengan saya, entah apa yang membuat mereka begitu serius. 
Entahlah, saya sendiri merasa sedih dengan diri saya yang hampir saja lebih mencintai dunia yang kadang melalaikan saya dari mengingat Allah, tugas-tugas hampir membuat saya kekurangan istirahat, bahkan shalat lail kadang tak saya kerjakan karena harus tidur larut malam. Ditambah lagi sewaktu belum ikut kajian seperti ini, saya ingat dengan kebiasaan saya dengan teman-teman, jika kami diburu tugas-tugas dari dosen atau jam kuliah yang bertepatan dengan waktu shalat dan sebagainya, sehingga hampir semua memilih untuk mementingkan urusan kuliah, ditambah lagi sikap seperti menduakan kewajiban ini kadang tak digubris oleh pengajar, ia bahkan melanjutkan pelajaran... Naudzubillah....


Saya berusaha menyembunyikan kesedihan saya, namun berbeda dengan salah satu teman yang duduk di sebelah kanan saya, ia tak mampu menyembunyikan air matanya....
Ia begitu menghayati apa yang dibacakan terlebih ketika sang musyrifah menjelaskan maksud dari hadist tersebut.... 

Saya sendiri merasa sedih dengan diri saya sendiri, akankan saya yang baru hijrah ini ketika mati,besok, nanti, atau jam ini, akan masuk kedalam syurganya Allah, apakah saya telah lebih mencintai Allah dan rosulnya ketimbang diri saya atau keluarga saya. Apaka rasa cinta saya terhadap Allah dan Rasul-Nya sudah melebihi rasa cinta saya terhadap Titel yang selama ini saya Buru, Apakah rasa Cinta  saya terhadap Allah dan Rasulnya sudah melebihi rasa cinta saya terhadap Pujian. Apakah rasa Cinta  saya terhadap Allah dan Rasulnya sudah melebihi rasa cinta saya terhadap Dunia dan Isinya.

Ya Allah, jangan-jangan saya tidak lebih mencintai Allah dan Rasulullah... jangan-jangan saya merasa saya telah beriman lantas saya akan diseret kelak ke Nerak.. Naudzubillah...
Astagfirullahal ghofururrohim...hamba mohon ampun kepadamu Ya Allah.
Ya Allah yang maha membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati-hati kami diatas Jalanmu

Wallahu ‘alam bissawab..


12 komentar:

  1. Mbak dirapihkan lagi ketikannya plus penggunaan kata saya dan aku...
    Terima kasih inspirasinya

    BalasHapus
  2. Mbak dirapihkan lagi ketikannya plus penggunaan kata saya dan aku...
    Terima kasih inspirasinya

    BalasHapus
  3. Setuju sama bunda julia, tapi kontennya bagus mb, inspiratif :))))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah nga nyangka tulisannya menginspirasi Mba...

      tpi Inspiratif yang bagian mana mba Rul....

      Hapus
  4. Mba Julia...
    Iya mba,kadang masih kelimpungan nulisnya...

    trima kasih mba buat masukannya...

    salam kenal yah mba.

    BalasHapus
  5. Isinya bangus, komennya sudah diwakili mba julia

    BalasHapus
  6. Isinya bangus, komennya sudah diwakili mba julia

    BalasHapus
  7. Trima kasih mba Rina, sd mampir...

    maaf hanya bisa menyuguhkan ala kadarnya, smoga manfaat yh...

    BalasHapus
  8. Trima kasih mba Rina, sd mampir...

    maaf hanya bisa menyuguhkan ala kadarnya, smoga manfaat yh...

    BalasHapus
  9. Semoga kita lebih bisa menempatkan cinta pada porsinya ya,...aamiin.

    BalasHapus

Mendidik Anak Usia Dini

Terkadang saya mendengar perkataan orang tua yang mengatakan otak anak saya belum siap menempuh pendidikan dan belajar. Padahal ...