Jumat, 28 Juni 2019

OBAT DAN PACARAN

Selain sebagai pengajar di Madrasah Ibtidaiyah, dan pembina rumah tahfidz, saya juga aktif menjual produk-produk herbal.

Suatu hari ada yang bertanya, "Kak, herbal itu pahit atau tidak? Hasilnya bagaimana? Apakah ada perubahan atau bagaimana?"

Pertanyaan ini mirip interogasi😊 tapi yah sudah namnaya juga pembeli. Suka-suka dia mau nanya apa, meski kadang tidak memperhatikan bahwa si penjual juga punya perasaan. Okeh sebagai penjual harus bisa tampail melayani setiap celoteh dan pertanyaan pelanggan. Sepertinya ini saatnya untuk dakwah sambi jualan.

Dan mulailah saya berceloteh.

Dek, sesuatu yg bagus itu biasanya butuh waktu untuk penyembuhan. Kalau yang hasilnya cepat itu kebanyakan akhirnya mengecewakan. Karena yang instan itu tidak mengobati tapi hanya menekan penyakit. Mungkin menyembuhkan tapi tidak sampai ke akarnya.

Hmm kayak jodoh. Kenapa coba banyak orang memilih jalan pacaran? Yaah karena mereka mau mengobati naluri kasih sayang, mencintai dan rasa ingin dicintainya.

Jika rasa ini muncul, mereka berupaya memuaskan perasaannya secara instan yakni dengan jalan pacaran. Akhirnya, hasilnya banyak yg mengecewakan dan bahkan berujung pada penyakit lain yang lebih parah.

Padahal mereka bisa saja memilih jalan menikah. Kalau belum sanggup mereka bisa menundukkan pandangan atau berpuasa.

Lagi-lagi kenapa mereka tidak memilih itu? Yaah tepat sekali. Karena pilihan itu ibarat obat herbal. Yang hasilnya tidak langsung kelihatan dan butuh perjuangan dan waktu.

Tapi ingat, dibalik itu mereka tidak memahami bahwa Allah sedang menyembuhkan mereka sampai ke akar-akarnya

Demikian juga obat bagi saya. Makanya saya kalau sakit itu lebih memilih herbal yang mungkin tidak langsung sembuh kayak obat kimia.

Hehe
Obat herbal itu seperti pernikahan, mungkin harganya mahal, butuh perjuangan untuk belinya bahkan pas dikonsumsi tidak instan hasilnya, tapi mampu menentramkan jiwa dan juga halal pastinya😊🤭 selain itu menyembuhkannya sampai menghilangkan penyakit. InsyaAllah

Jadi memang kenyataannya banyak yang menganggap herbal itu kadang lambat atau bahkan tidak menyembuhkan dan tidak ada efeknya. Kenapa demikian? Karena belum habis dikonsumsi sudah mau cepat-cepat sembuh.

Padahal kesembuhan itu datangnya dari Allah lewat ikhtiar kita minum obat. Oke jika setelah meminum obatnya tidak menyembukan setidaknya kita sudah menempuh jalan terbaik kan. Dengan tidak minum obat sembarangan karena kembali lagi kesembuhan hanya milik Allah.

Nah maaf nih yaah. Contohnya seperti pernikahan lagi. Kenapa pernikahan, pernikahan lagi? Karena jika bahas pernikahan semua pada semangat kecuali yang memang sedang banyak utang dijamin dia sedang murung hehe....

Nah seperti pernikahan pada Ibunda Siti Asiah, ia telah berusaha menempuh jalan terbaik untuk menyalurkan perasaannya dengan pernikahan. Tapi apakah sakitnya bisa terobati? Tidak. Malah ia semakin diuji kesabarannya. Tapi dari situ ia menjadi wanita termulia dimuka bumi ini.

Pernikahannya tidak menghantarkan keluarganya mencapai keluarga bahagia, atau menyembuhkan deritanya. Tapi lewat itu Allah angkat derajatnya lewat kesabaran.

Ups kok jadinya kayak cerpen yaah. Baik saya akhiri tulisan ini, jadi kesimpulannya, jika berobat herbal harus sabar yaa untuk menunggu hasilnya. Dan harus dihabiskan obatnya. Jangan khawatir herbal itu bagus jika dikonsumsi

Kamis, 27 Juni 2019

KALKULASI PAHALA JARIYAH PENGEMBAN DAKWAH KETIKA MENINGGAL DUNIA. NOMOR 4 BIKIN MERINDING!


By : KH Hafidz Abdurrahman

1. Yang pertama pahala tentu mengalir dari orang2 yang dia dakwahi lalu berubah. Jamaah pengajian yang tergugah, atau berubah baik pemikiran maupun perilaku setelah mendengar dakwahnya.

2. Pahala besar juga dari kader2 yang dihalaqohi lalu bergerak berdakwah setelahnya. Juga dari rekan2 sesama pengemban dakwah yang terinspirasi baik oleh perilaku maupun tutur nasehat nya. Selama mereka berdakwah setelahnya, pahala mengalir terus. Masya Allah.

3. Selain itu, ia juga dapat pahala kolektif dari jamaah dakwah tempat dia berkiprah. Karena seorang pengemban dakwah itu ketika menjadi bagian dari jamaah dakwah, maka ia memiliki saham dalam jamaah tsb baik kecil maupun besar dan berhak mendapat sharing pahala hasil dakwah jamaah tsb. Saham paling kecil adalah : turut memperbesar tubuh jamaah dg kehadiran dirinya. Maka bersyukurlah antum wahai kader jamaah dakwah!

4. Yang terakhir, dan ini paling wow, ia dapat pahala dari masa depan. Lho kok bisa?! Jadi begini. Rasulullah saw sudah memberikan bisyarah akan kembali nya masa di mana umat kembali jaya, syariat diterapkan, khilafah ditegakkan. Saat itu kebaikan, kemuliaan, keadilan dan kesejahteraan kembali meliputi dunia. Apakah masa itu turun dari langit begitu saja? Tentu tidak. Melainkan hasil jerih payah para pengemban dakwah 10, 50, 100 tahun sebelumnya! Hatta pengemban dakwah yang "cuma" bertugas memasang spanduk acara, dapat kiriman pahala dari masa itu! Bayangkan betapa besarnya kebaikan yang dihasilkan pada masa itu, dan hasilnya mengalir kepada pengemban dakwah masa sekarang. Wallahi ini yang membuat ana terus terjaga dari rasa futur. MasyaAllah !

Terpilih menjadi pengemban dakwah adalah kemuliaan yang tak ternilai. Maka apakah kita sudah mensyukurinya?!

Semoga kita selalu diberi keistiqomahan oleh Allah swt dan diwafatkan di atas rel perjuangan dalam keadaan husnul khatimah.

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”
(QS. Fushshilat: 33)

Selasa, 18 Juni 2019

Akhwat, Disuruh Menunggu. Begini Tanggapan Saya

Pertanyaan, "Kak, ada laki2 bukan mahrom tp masih ada jj Hubungan keluarga, Terus Nha suruh ka tunggu ii setelah Klw trcpai mi cita2nya jd tentara. Nha trus kak harus ka sya bgaimna"

Tanggapan pribadi saya.

Kalau sy pribadi, saya tidak suka bila ada seorang pria menyuruh saya menunggunya. Sebulan, dua bulan, tiga bulan, satu tahun,  dua tahun, lima tahun atau bahkan hanya sehari.

Serius. Dari situ seorang wanita bisa menilai sebrapa pantas ia menjadi pendamping anda wahai muslimah.

Pantas itu bukan berrti agamanya sangat luas, atau kaya, mapan, tampan. Tapi seberapa besar dan serius ia ingin menjaga kehormatanmu

Jika seorang ingin meminang tapi menyampaikan maksudnya secara terburu-buru sementara ia menyuruh untuk menunggu sekian lama. Maka anda bisa menimbang-nimbang. Benarkah ia layak dijadikan pendamping.

Bagi saya seorang muslimah. Saya tidak suka disuruh menunggu. Hati manusia mudah saja berbolak-balik. Siapa bisa menjamin jika ditengah jalan ada seorang wanita yang lebih memikat mata dan hatinya hingga ia bisa berpaling pada wanita lain. Siapa bisa jamin , benar apa betul?

Jika seorang pria serius, ia tak perlu menyuruhmu menunggu. Ia cukup persiapkan diri dan semua syarat untuk meminang seorang akhwat, lalu mendatangi walimu dan memastkan apakah engakau siap memilihnya. Jika ia beriman pada Allah, apa pun keputusanmu dan kedua orang tuamu, ia akan menerima dengan lapang dada karena ia yakin bahwa yang terbaik adalah keputusan Allah, yang jelas ia telah berusaha.

Demikianlah sikap seorang ikhwan yang serius. Tenang saja. Jika engkau mempersiapkan diri dengan ilmu agama, sibuk memperbaiki diri demi pertemuan pada Rabb dihari kebangkitan kelak. InsyaAllah di luar sana yakinlah ada seorang pria yang juga sedang memperbaiki diri demi pertemuan dengan Rabbnya di hari tiada lagi pertolongan kecuali pertolonganNya. Yakinlah mudah saja bagi Allah mempertemukan kalian.

Tidak usah menunggu yang tak pasti. Karena wanita bukan untuk disandera perasaannya, tapi untuk dijaga.

Ukhti, jangan pernah menaruh harapan pada seorang hamba. Jangan simpan perasaanmu untuk pria yang belum tentu menjadi jodohmu. Jangan.

Kalau memang ia serius, dia akan datang dengan kepastian. Bukan janji. Sampaikan padanya, jika kamu serius datanglah pada waliku dengan segala daya dan upayamu (Bekal ilmu dan persiapan berumah tangga). Jika memang jodoh, kau akan mendapatiku masih sendiri dan aku menerimamu. Dan jika tidak kau dapati yang demikian, maka bertakwalah engkau kepada Allah SWT. Apa yang di sisi Allah, itulah yang terbaik.

ekashalihah.blogspot.com

Senin, 10 Juni 2019

Ktetika NASJO Sang Legenda Rezim Dzalim Menjawab

MEMILIH AKHERAT KETIMBANG DUNIA

Oleh : Nasrudin Joha

Dunia sosmed gempar, Hulu Balang istana mendapat mandat khusus dari Raja Kodok untuk mencari dan menemukan sosok dibalik Nasrudin Joha. Nasjo (akronim dari Nasrudin Joha), dianggap sering membongkar makar istana, dan merusak konsepsi damai yang dibangun diatas onggokan tulang belulang penderitaan rakyat.

Hulu balang mendapat mandat khusus, untuk membawa dan menemukan sosok Nasrudin Joha hidup atau mati. Sang Hulu Balang, akhirnya dengan seluruh perangkat dah alat kekuasaan negara mampu menemukan dan memaksa menghadirkan Nasjo ke istana.

Dalam pertemuan itu, terjadilah dialog antara Nasjo dan Hulu Balang istana :

"Wahai syaikh Nasjo, apa pendapat Anda tentang kekuasaan ?" Tanya sang Hulu Balang.

"Kekuasaan adalah wewenang, untuk memerintah dan melarang, dalam rangka memenuhi hajat hidup rakyat. Kekuasaan yang adil, adalah kekuasaan yang melayani, memenuhi setiap hajat hidup rakyat, memerintah dan melarang berdasarkan perintah dan larangan Allah SWT, tanpa menyelisihi-Nya, sedikitpun". Jawab Nasjo.

"Lantas, apa pandangan Anda terhadap kekuasaan sang Maharaja Sripaduka Raja Kodok ?" Sergah sang Hulu Balang.

"Kekuasaan yang zalim". Jawab Nasjo singkat.

Hulu Balang: "Wahai, apa yang menyebabkan Anda menyebut kekuasaan zalim, padahal Raja kodok juga sholat dan memberi kebebasan rakyat untuk sholat ?".

Nasjo: "Zalim adalah sebutan bagi penguasa yang menerapkan hukum bukan berdasarkan perintah dan larangan Allah SWT. Sholat, hanya salah satu hukum yang ketika ditegakkan tidak menghilangkan predikat zalim atas sejumlah hukum lain yang ditelantarkan".

Hulu Balang: "Lantas, apakah ada jalan agar kekuasaan zalim itu agar berubah menjadi adil ?".

Nasjo: "Ada, tegakan syariat Islam secara kaffah".

Hulu Balang: "Baiklah, nampaknya perdebatan teoritis ini tidak akan berakhir. Saya langsung ke pokok persoalan. Maukah Anda berdamai dengan kekuasaan Raja Kodok ? Saya akan hamparkan dunia, untuk mencukupi seluruh kebutuhan Anda "

Nasjo: "Apa yang diberikan raja kodok kepada Anda ?"

Hulu Balang: "Banyak, sangat banyak".

Nasjo: "Saya yakin, apa yang Anda berikan kepadaku tentu lebih kecil ketimbang apa yang Anda terima dari Raja Kodok".

Hulu Balang: "Apakah Anda ingin bagian yang sama dengan yang saya terima, atau lebih ? Silakan, sebutkan apa yang Anda inginkan ..."

Nasjo: "Apa yang dimiliki Raja Kodok, junjungan Anda ?"

Hulu Balang: "Jelas, dia punya segalanya. Dia itu sang raja, penguasa, yang bisa memberikan apapun yang engkau inginkan..,"

Nasjo: "Jika aku meminta dunia dan seisinya ?"

"Sudahlah, tidak perlu dijawab. Raja Kodok tak akan mampu memberikan dunia dan seisinya kepadaku. Kekuasaanya pun berdiri diatas pilar yang ringkih".

"Sementara, aku tidak membutuhkan dunia dan seisinya. Dengan dua rakaat sebelum sholat subuh, aku telah mendapatkan itu. Saat ini, aku hanya menginginkan akherat"

Hulu Balang: "Sombong sekali kau wahai syaikh Nasjo. Ketahuilah, jika saya tak sanggup menundukanmu dengan kebajikan, maka saya juga bisa memaksamu tunduk dengan kemudharatan !"

Nasjo: "Kemudharatan Apa yang bisa kau timpakan kepadaku ? Kesulitan hidup ? Kesempitan ekonomi, penyakit ? Atau kematian ? Itu bukan kemudharatan hidup. Kemudharatan itu hanya terjadi jika Anda mampu memisahkan akidah Islam dari jiwaku".

"Sementara kemudharatan yang kau ancamkan, itu tidak akan pernah terjadi tanpa izin dari Allah SWT. Rabb semesta alam".

Hulu Balang: "Apakah kau menginginkanku mempercepat ajalmu, jauh lebih cepat dari apa yang tertulis di Lauful Mahfudz ?".

Nasjo: "Kau tidak bisa melakukan itu, hanya Allah SWT yang berkuasa".

Hulu Balang: "saya bisa saja merampas kekuasaan Allah itu, dan hari ini aku timpakan ajal kepadamu dengan pendahuluan siksa yang dibuat sangat pedih dan menyakitkan".

Nasjo: "Jika demikian, bukankah sama saja Anda mendekatkanku dengan akherat ? Dengan surga ? Dengan kehidupan abadi yang telah aku pilih ketimbang dunia yang Anda tawarkan ?"

"Bukankah dengan menyiksaku, membunuhku, Anda telah kalah dalam perdebatan ini. Lantas, apa hebatnya Anda seorang Hulu Balang jika menghadapi orang seperti aku saja harus dengan kekerasan ?".

"Jika Anda membunuhku, atau memenjarakanku, atau menyiksaku, berarti Anda telah kalah secara intelektual. Padahal, Anda adalah orang yang memiliki derajat dan kemuliaan yang tak pernah ingin dikenang sebagai pecundang"

"Nampaknya perdebatan kita selesai. Aku pamit, dan aku bersedia berdebat lagi jika Anda telah memiliki argumentasi menawarkan kompensasi lebih besar ketimbang akherat yang aku inginkan".

"Dan aku pastikan Anda tidak akan mampu mencarikan kompensasi itu. Artinya, Anda baru akan bertemu denganku ketika Anda sadar bahwa kekuasaan ini harus diatur dengan syariat Islam dan Anda menginginkan aku untuk membimbing Anda dalam ikhtiar nyata memperjuangkan syariat Islam".

====================================

Tanpa berlama-lama, Nasrudin Joha pergi meninggalkan Hulu Balang yang sedang bingung dan bengong di kursi kebesarannya. Sang Hulu Balang, juga tak sanggup memberi perintah kepada pengawal istana yang sejak tadi berdiri tegap dan menyimak setiap pembicaraan. [].

Sabtu, 01 Juni 2019

PUNYA ANAK TAPI MANDUL



                         
Setelah mengisi materi "Hijra Mengejar Lillah" di acara pesantren kilat yang diadakan adik-adik rohis beberapa hari yang lalu. Tiba-tiba dua orang anak remaja SMP mendekati saya dan bertanya, "Kak eka, saya ada teman yang mau masuk pesantren tapi orang tuanya melarang karena katanya anak pesantren tidak ada masa depannya." Ia menyampaikan keluhannya dengan muka memelas.

Astaghfirullah, saya bergumam dalam hati. Naudzubillah sedih sekali mendengar pengakuan ini apatah lagi yang berkata demikian adalah orang islam sendiri yang sangat fobia dengan islam. Membenci ajaran islam. Orang-orang yang membenci islam telah sejauh ini berhasil meruntuhkan dan melenyapkan islam di dalam jiwa-jiwa kaum muslim.

Belum lagi ada yang melarang anaknya ikut kajian islam, ada yang melarang berjilbab, ada yang melarang pakai kaos kaki. Astaghfirullah

Saya lantas merenungi diri sendiri, beginilah mungkin nanti saya jika berkeluarga, lalu punya anak namun tidak lebih dulu belajar. Punya anak dan punya suami urusannya lebih besar. Mungkin begini saya nanti jika mengurus dan mendidik diri sendiri saja saya ogah-ogahan maka mungkin beginilah jadinya saya. Ya Rabb

Maka pantaslah Imam Al Ghazali menyampaikan, "Didiklah anakmu 25 tahun sebelum ia lahir:

Wahai diri. Anak adalah titipan Allah swt. Apakah yang kita cari di dunia ini? Kesuksesan macam apa? Bukankah kita menyaksikan betapa banyak artis yang bergwlimang harta dan ketenaran sedang berbondong-bondong belajar islam?

Mereka punya segalanya. Kekayaan. Ketenaran, paras yang menawan. Tapi jiwa mereka kering dan tidak merasakan kebahagiaan yang sejati. Lalu mengapa kita begitu takut dengan islam?

Anak adalah titipan. Mereka adalah tabungan terbaik wahai ayah, ibu. Jika kelak kita tak bisa membawa segala macam perhiasan dan rumah mewah bahkan hanya sobekan kaos kaki pun tak boleh masuk ke dalam liang kubur. Maka doa anak yang soleh lah yang akan menerangi alam kubur kita. Itu janji Allah.

Lalu mengapa?

Ketauhuilah. Seseorang bisa mendapatkan kemuliaan surga berkat doa anaknya. Mereka pun bisa dihadiahi mahkota di surga berkat hafalan al Qur’an anaknya. Masalah mendidik anak tidak boleh diabaikan. Bahkan kata Imam Al Ghazali, kita sebaikanya mendidik anak 25 tahun sebelum ia lahir. Maksud perkataan tersebut adalah yang pertama kali harus dididik adalah siapa yang kelak menjadi orang tua. Calon orang tualah yang semestinya mempersiapkan diri untuk melahirkan anak-anak yang cerdas dan bertakwa.

Jangan sampai kita punya anak, tapi kita sebenarnya adalah ibu dan orang tua yang mandul.

Rasulullah SAW pernah bertanya pada para sahahabat


مَا تَعُدُّونَ الرَّقُوبَ فِيكُمْ؟ قَالَ قُلْنَا: الَّذِي لَا يُولَدُ لَهُ، قَالَ: «لَيْسَ ذَاكَ بِالرَّقُوبِ وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ الَّذِي لَمْ يُقَدِّمْ مِنْ وَلَدِهِ شَيْئًا (رواه أحمد)

“Tahukah engkau siapakah yang mandul?”

Para sahabat menjawab : "Orang yang mandul ialah orang yang tidak mempunyai anak”.

Lalu Rasulullah bersabda:

"Orang yang mandul ialah orang yang mempunyai anak, tetapi anaknya tidak memberi manfaat kepadanya sesudah ia meninggal dunia”.(HR. Ahmad)


Jadi seorang yang mandul (tidak punya keturunan) yang sebenarnya adalah para orangtua yang hanya mempunyai anak-anak biologis dan tidak memiliki anak-anak ideologis.


Para orangtua yang gagal mencetak anaknya untuk menjadi shalih atau shalihah dan mau berjuang di jalan Allah. Merekalah orangtua yang mandul berdasarkan hadits nabi di atas.


Disinilah kita mengerti betapa banyak diantara kita yang mandul. Kita tidak mampu mempengaruhi anak, sebab anak-anak lebih dipengaruhi oleh kawan, televisi dan lingkungannya. Sehingga anak-anak tersebut bertumbuh kembang tidak menjadi hamba Allah dan membawa manfaat kepada agama Allah, namun mereka tumbuh menjadi hamba dunia dan tidak mengerti Islam.


Imam Al Qurthubi Rahimahullahu berkata: "Tidak ada perniagaan yang membahagiakan pandangan laki-laki kecuali ia mendapatkan anak-anaknya menjadi shalih dan mereka senantiasa taat dengan agama Allah”.


Jadi, tidak semua anak bisa menjadi investasi akhirat. Dan memang tidak banyak orang tua shalih yang mampu mencetak anak-anaknya menjadi shalih, sehingga bermanfaat panjang untuk kehidupan orangtuanya di masa tua atau di akhirat kelak.

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

Karena itu marilah kita tak bosan² berdo'a di waktu-waktu mustajab ini (hari-hari terakhir di bulan suci Ramadlan).


Semoga Allah SWT karuniai kita anak² yang shalih- shalihah yang taat pada Allah dan RasulNya, berbakti pada orangtua dan memberi kemaslahatan dunia-akhirat. Aamiin.


Note: Foto hanya adegan

Sumber: Dari berbagai sumber dan pendapat pribadi penulis

Meski Orang Tua Menjelma Babi

Bapak orang yang sangat hati-hati dan selalu merenungkan setiap ucapan yang akan dikeluarkan lewat lisannya. Karena itulah mungkin kenapa bapak sering dan bahkan selalu dimintai pandangan ketika pemerintah setempat akan mengadakan kegiatan. Meski bapak bahkan tidak lulus di sekolah dasar.

Namun sebagai anak, saya tau betul sisi kekurangan bapak, bahkan ketika orang yang mungkin tau sisi bapak yang kurang akan menganggap tulisan ini berlebihan. Tapi bagi saya yang dekat dengan bapak, tulisan ini tidak ada apa-apanya daripada banyaknya kebaikan yang bapak persembahkan dan contohkan ke saya sebagai anaknya.

Contoh kecil pelajaran berharga yang saya dapat dari bapak saya, adalah salah satunya ketika malam. Kebiasaan kami sesekali ngobrol dan duduk di dekat bapak. Terutama saya, saya sangat suka mendengar wejangan dari bapak. Karena bapak selalu bilang, jangan sampai orang lain lebih sering meminta pendapat saya daripada anak saya.

Benar saja, bergantian orang ke rumah untuk meminta pandangan bapak, masa kami anaknya tidak. "Jangan sampai setelah bapak nanti pergi barulah kalian menyesal. Itu tidak ada artinya." Kata bapak suatu waktu.

Dan lagi-lagi kalau ngomong sama bapak itu biasanya duduk di depannya 90 menit namun bapak hanya bersuara mungkin hanya tujuh sampai sembilan kali, itupun sudah banyak segitu.

"Nak, mana'mu iko tu.... napoji tau manggkalingai adanna" (artinya: Nak, keturunan orang tua kakek-kakek kamu terdahulu itu, orang-orang senang mendengarkan perkataannya)

10 menit kemudian setelah senyap di ruang keluarga tepatnya di depan kamar tidur orang tua saya. Di sana hanya saya dan bapak duduk lesehan, bapak menghadap selatan dan begitu juga saya.
Jarak kami hanya 1 meter

Senyap. Diam. Hanya suara gerimis di malam hari yang terdengar dari atap genteng rumah kami yang terbuat dari seng. Maklumlah rumah kami sederhana, rumah bugis yakni rumah panggung.

Saat mengobrol sama bapak, biasanya kata-kata pendek seperti yang bapak keluarkan itu ada maksudnya.

Benar saja. Setelah beberapa lama saya menunduk, menunggu kalimat berisi yang selalu keluar dari mulut lelaki hebat di depan saya ini. Bapak bersuara lagi

"Maksud perkataan bapak tadi itu, orang suka mendengar perkataan kita itu misalnya jika ada sesuatu yg ingin mereka kerjakan, jika mereka sedang makan sesuatu, jika orang mau adakan sesuatu mereka selalu ingat dengan kita. Mereka ingat untuk meminta pandangan kita. Itulah maksudnya. Kenapa orang menyukai, karena yang keluar adalah yang baik"

Saya menunduk, berusaha mempraktekkan apa yang bapak lakukan. Diam mendengar lebih baik jika dihadapan orang yang lebih daripada kita.

"Dunia tempat persinggahan ini, menyukai orang-orang yang banyak memberikan manfaat pada orang lain. Kalau ada dan tidaknya kita di sekitar orang banyak dan kesannya sama saja berarti kita tidak dibutuhkan itu. Artinya ada tidaknya kita sama saja" Kata bapak dan ditutup dengan menyunggingkan senyum.

Saya mengangkat kepala, lalu tertawa dan disambut bapak tertawa juga.

Begitulah cuplikan kata-kata bapak yang selalu berisi jika duduk di dekatnya. Meski tidak berpendidikan tinggi tapi bagi saya bapak mampu tampil di depan anak-anak nya sebagai sosok ayah yang hebat. Tak berkeluh kesah. Bapak selalu terlihat tegar dan berwibawa di depan kami namun tidak juga kaku.

Sahabat rahimakumullah, Bagaimana pun orang tua kita, mereka adalah yang selalu ada untuk kita. Mereka malaikat hidup kita yg Allah hadirkan. Jangan jauhi orang tua karena pemahaman mereka yang kurang. Jangan benci mereka seburuk apa pun ia pada kita. Jangan menggunjing mereka meski mereka banyak celah.

Meski banyak kekurangan pada orang tua kita, jangan sekali-kali kita menganggap mereka kurang. Karena setinggi apa pun prestasi seorang anak merekalah yang berperan dalam kesuksesan tersebut.

Jika orang tua tidak pandai agama, jangan menjauhi bahkan meremehkan mereka. Bahkan jika orang tua menjelma seperti se ekor babi, tetaplah perlakukan ia layaknya manusia. Apatah lagi jika orang tua kita memang manusia yang punya hati. Sekeras-kerasnya hati mereka, insyaAllah mereka adalah manusia yang juga punya naluri sebagaimana kita.

Simaklah kisah penuh inspirasi nan indah berikut ini. Kisah tentang seorang pemuda pada jaman Nabi Musa. Nabi Musa adalah satu-satunya Nabi yang bisa berbicara langsung dengan Allah SWT Setiap kali dia hendak bermunajat, Nabi Musa akan naik ke Bukit Thursina.

Di atas bukit itulah dia akan berbicara dengan Allah. Nabi Musa sering bertanya dan Allah akan menjawab pada waktu itu juga. Inilah kelebihannya yang tidak ada pada nabi-nabi lain. Karena itu dia dijuluki ‘Kaliimullah’

Suatu hari Nabi Musa telah bertanya kepada Allah. "Ya Allah, siapakah orang di surga nanti yang akan bertetangga dengan aku?". Allah pun menjawab dengan mengatakan nama orang itu, kampung serta tempat tinggalnya.

Setelah mendapat jawaban, Nabi Musa turun dari Bukit Thursina dan terus berjalan sesuai tempat yang diberitahu. Setelah beberapa hari di dalam perjalanan akhirnya sampai juga Nabi Musa ke tempat tersebut. Dengan pertolongan beberapa orang penduduk di situ, beliau berhasil bertemu dengan orang tersebut. Setelah memberi salam beliau dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu.

Tuan rumah itu tidak melayani Nabi Musa. Dia masuk ke dalam kamar dan melakukan sesuatu di dalam. Sebentar kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi betina yang besar. Babi itu dituntunnya dengan hati-hati.

Musa terkejut melihatnya. "Apa ini?, Kata Nabi Musa berbisik dalam hatinya penuh keheranan. Babi itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu babi itu dilap sampai kering serta dipeluk cium kemudian dimasukkan kembali ke dalam kamar.

Tidak lama kemudian dia keluar lagi dengan membawa seekor babi jantan yang lebih besar. Babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian dilap sampai kering dan dipeluk serta cium dengan penuh kasih sayang. Babi itu kemudian dikirim kembali ke kamar.

Setelah selesai kerjaanya barulah dia melayani Nabi Musa. "Wahai saudara! Apa agamamu?". "Aku agama Tauhid", jawab pemuda itu. "kalau begitu, mengapa kamu memelihara babi? Kita tidak bisa berbuat begitu." Kata Musa. "Wahai tuan hamba", kata pemuda itu. "Sebenarnya kedua babi itu adalah orangtua kandungku. Karena mereka telah melakukan dosa yang besar, Allah telah mengubah rupa mereka menjadi babi yang jelek rupanya.

Soal dosa mereka dengan Allah itu soal lain. Itu urusannya dengan Allah. Aku sebagai anaknya tetap melaksanakan kewajibanku sebagai anak. Setiap  hari aku berbakti kepada kedua ibu bapakku sebagaimana yang tuan hamba lihat tadi. Meskipun penampilan mereka sudah menjadi babi, aku tetap melaksanakan tugasku. ", Sambungnya." Setiap hari aku berdoa kepada Allah agar mereka diampuni.

Aku bermohon agar Allah mengubah wajah mereka menjadi manusia yang nyata, tetapi Allah masih belum memakbulkannya. ", Tambah pemuda itu lagi. Maka ketika itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as 'Wahai Musa, inilah orang yang akan bertetangga dengan kamu di Surga nanti, hasil baktinya yang sangat tinggi kepada kedua orangtuanya.

Orang tuanya yang sudah buruk dengan rupa babi pun dia masih berbakti juga. Jadi Kami naikkan maqamnya sebagai anak shaleh disisi Kami. "Allah juga berfirman yang artinya:" Karena dia telah berada di maqam anak yang shaleh disisi Kami, maka Kami angkat doanya.

Tempat kedua orangtuanya yang Kami sediakan di dalam neraka telah Kami pindahkan ke dalam surga. "Itulah berkat anak yang soleh. Doa anak yang soleh dapat menebus dosa orangtua yang akan masuk ke dalam neraka pindah ke surga. Ini juga harus dengan syarat dia berbakti kepada orangtuanya . Bahkan sampai ke tingkat rupa ayah dan ibunya seperti babi. Mudah-mudahan orangtua kita mendapat tempat yang baik di akhirat kelak.

Walau bagaimana buruk sekali pun perangai kedua orangtua kita itu bukan urusan kita, urusan kita adalah menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana mereka menjaga kita sewaktu kecil hingga dewasa.

Walau sebanyak apapun dosa yang mereka lakukan, itu juga bukan urusan kita, urusan kita adalah meminta ampun kepada Allah SWT agar kedua orangtua kita diampuni Allah SWT. Doa anak yang shaleh akan membantu kedua orangtuanya mendapat tempat yang baik di akhirat, inilah yang dinanti-nantikan oleh para orangtua di alam kubur.

Arti sayang seorang anak kepada ibu dan bapaknya bukan melalui pengiriman uang rupiah, tetapi sayang seorang anak pada kedua orangtuanya adalah dengan doanya supaya kedua orangtuanya mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah.

Semoga kita bisa menjadi anak yang menyayangi kedua orang tua kita, bagaimana pun keadaanya. Menjadi anak yang soleh-solehah sehingga menjadi penyebab terbukanya rahmat Allah bagi ke dua orang tua kita dibukakan pintu surga. Aamiin

Kondongan 27 Ramadhan 1440 H

Mendidik Anak Usia Dini

Terkadang saya mendengar perkataan orang tua yang mengatakan otak anak saya belum siap menempuh pendidikan dan belajar. Padahal ...