Sabtu, 17 Maret 2018

Rahasia Dibalik Sakit

Manusia dalam kehidupan ini tidak lepas dari cobaan dan juga ujian, sudah menjadi sunnatullah dalam hidup ini akan adanya ujian dan cobaan.

Orang-orang berilmu mengatakan bahwa, manusia akan diuji dalam hidupnya dengan perkara yang tidak disukainya atau bahkan dengan perkara yang menggembirakannya.

Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap jiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’: 35).

Abu Hasan Putra mengutip dalam tulisannya bahwa sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Qur’an- menafsirkan ayat ini:

“Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Jarir).

Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia maupun hikma yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya. (HR. Muslim)

Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. (HR.Muslim)

Sungguh luas pengampunan dan kasih sayang Allah Swt. Hadist di atas mengabarkan kepada kita bahwa setiap dosa yang pernah dilakukan oleh lisan, mata, pendengaran, hati bahkan seluruh anggota badan kita akan diampuni oleh Allah dengan ujian dan cobaan yang menimpa seorang hamba.

Bahkan sesungguhnya di balik penyakit dan musibah akan mengembalikan seorang hamba yang tadinya jauh dari mengingat Allah agar kembali kepada-Nya.

Boleh jadi seseorang yang dalam keadaan sehat wal ‘afiat suka tenggelam dalam perbuatan maksiat dan mengikuti hawa nafsunya, dia sibuk dengan urusan dunia dan melalaikan Rabb-nya.

Oleh karena itu, jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah, dia baru merasakan kelemahan, kehinaan, dan ketidakmampuan di hadapan Rabb-Nya.Dia menjadi ingat atas kelalaiannya selama ini, sehingga ia kembali pada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri.

Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (QS. al-An’am: 42)

Sungguh indah urusan seorang mukmin yang memperhatikan kalam Allah, dengan begitu mereka bahkan menanggapi bahwa cobaan dan penyakit baginya merupakan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” (HR. Tirmidzi, shohih).

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami pemahaman, keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala musibah dunia ini. Aamiin.

Minggu, 11 Maret 2018

Ingin Sendiri

Hari ini akan kumualai lagi ceritaku
Cerita dimana aku benar-banar ingin sendiri
Sendiri bukan berarti menyendiri
Aku ingin tak ada sesosok di sini.

Hari ini akan kubuka lagi lembar kosong
Karena aku tau kertas itu telah penuh
Akan kubisikkan pada jiwaku
Tentang kisa yang benar-benar aku inginkan.

Hari ini aku akan buka lembar baru
Dimana tak ada yang menulisnya selain diriku
Aku benar-benar ingin sendiri saja
Tapi sungguh bukan ingin menyendiri.

Akan kumulai ia dengan untaian cinta
Cinta yang tak berujung
Cinta yang tak meninggalkan
Dan cinta yang tak khianat
Cinta yang menenangkan.

Rabbiku aku akan mulai lembar itu
Bersama untaian cintaku padamu
Diujung sajadahku
Ingin kulukis cintaku padaMu
Diujung penaku kuabadikan namaMu
Diujung hidupku aku ingin hanya bersama cintaMu yang abadi.

Sabtu, 10 Maret 2018

Mengabaikan Tsaqofah Islam: Melahirkan Pemikiran Salah Kaprah

Tsaqafah menurut arti bahasa di dalam kamus Al Muhith, ia berasal dari kata tsaqufa ثَقُفَ yang berarti cepat di dalam memahami sesuatu atau cerdas.

Namun pada umumnya kata tsaqofah menurut istilah merupakan konsep pemikiran dan pandangan hidup suatu ideologi tentang alam semesta, manusia dan kehidupan.

Juga dalam pengertian lain, tsaqafah merupakan konsep pemikiran dan pandangan hidup tertentu yang telah membentuk pola pikir dan perilaku suatu masyarakat.

Dari pengertian di atas bisa kita ketahui bahwa masing-masing masyarakat atau bangsa memiliki tsaqafah (pandangan hidup) yang berbeda-beda sesuai dengan perbedaan ideologi dan pemikiran yang mereka yakini.

Tsaqofah Islamiyah

Islam juga memiliki pandangan hidup atau way of live yang sering kita sebut dengan Tsaqafah Islamiyah yang  berarti seluruh konsep pemikiran dan pandangan hidup berdasarkan ajaran/aqidah Islam tentang alam semesta, manusia dan kehidupan.

Itu artinya seorang muslim di dalam memandang fenomena dan realita kehidupan ini harus berlandaskan atau mengaitkannya dengan pandangan Aqidah Islam.

Sebagiamana peristiwa yang pernah terjadi pada masa Rasulullah dulu yakni ketika terjadi peristiwa gerhana matahari banyak orang yang mengaitkan dengan kematian Ibrahim, putra Nabi, maka beliau langsung naik mimbar dan berkhutbah untuk meluruskan kekeliruan tersebut :

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَنْكَشِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ    ( رواه البخاري )

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah bagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, dan tidak mengalami gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang." (HR. Al Bukhari)

Rasulullah menolak dan membantah dengan tegas bahwa gerhana matahari ada kaitannya dengan kematian putranya sebab keyakinan atau pandangan seperti itu bertentangan dengan ajaran/aqidah Islam.

Larangan mengambil atau mengikut tsaqofah Selain Islam.

Sebagai seorang muslim yang mengaku sebagai hamba Allah SWT dan ummat Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, maka sudah sepatutunya kita menjadikan seluruh gaya hidup, pola pikir dan perilaku kita sebagai seorang muslim harus berpijak pada ajaran  dan aqidah Islam, dan tidak boleh bertolak belakang.

Begitu pula dengan larangan seorang muslim meniru dan mengambil tsaqafah ideologi agama selain Islam, sebab tsaqafah berkaitan erat dengan aqidah di dalam pembentukan kepribadian.

Pentingnya Mempelajari Tsaqofah

Karena kurangnya perhatian dan semangat juga kesadaran akan pentingnya mempelajari tsaqofah ini sehingga menjadikan kondisi umat Islam sekarang dengan mudah meniru dan mengikuti budaya, tradisi, gaya hidup dan pola pikir kaum kuffar, sehingga mereka meniru kepribadian ideologi agama sesat, sebagaimana sabda Rasulullah :

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا فِيْ جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوْهُمْ , قُلْنَا  :
بَا رَسُوْلَ اللهِ الْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى ؟ قَالَ : فَمَنْ ؟!   (رواه مسلم )
"Sungguh kalian akan mengikuti gaya hidup orang sebelummu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta hingga kalau mereka masuk liang dhab (binatang sejenis biawak), maka kalian akan mengikuti mereka. Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Yahudi dan Nashrani?" Beliau menjawab, "Memangnya kalau bukan mereka, siapa lagi?!." (HR.Muslim)

Kita melihat fenomena dimana sekarang ummat islam yang melarang muslimah memakai cadar, bahkan yang lebih parah lagi adalah orang islam menganggap orang kafir sebagai khalifah dan banyak lagi contoh kedangkalan pemikiran lain akibat meninggalkan tsaqofah islam ini.

Adalah sebuah kebodohan yang terpelihara jika orang islam mengabaikan mempelajari tsaqofah Islam ini. Sehingga memang agar tidak salah kaprah seperti contoh di atas maka mempelajari tsaqafah Islamiyah sangat penting karena sangat bermanfaat diantaranya sebagai bekal untuk menyadarkan umat dan membekali diri dari pandangan, pola pikir, gaya hidup, prilaku dan kepribadian Islam serta menjaga diri dari pengaruh nilai-nilai budaya dan pandangan hidup kafirin.

Wallahu A'lam bishawab.

Sabtu, 03 Maret 2018

Menolak Lupa 3 Maret: Hilangnya Perisai Kaum Muslim

Kalau dikatakan bencana, semua pasti akan sependapat dengan saya bahwa bencana itu adalah sebuah kejadian yang mengerikan, menakutkan dan tidak satupun orang di dunia ini yang menginginkannya bukan?

Tepat tanggal 3 Maret kaum muslim yang masih melek dengan dunia Islam berlomba-lomba menolak lupa, menolak lupa apa? Kaum muslim memperingati dan mengingat kembali kejadian atau bencana besar yang menimpa kaum muslim dan Islam itu sendiri.

Mereka berlomba memposting tulisan-tulisan dan video atau gambar yang menggambarkan bagaimana dan apa yang terjadi pada tanggal 3 Maret.

Benar sekali, tepat pada tanggal 3 Maret 1924 Masehi merupakan akhir dari benteng pertahanan Islam, dimana kekhalifahan Utsmani di Turki dijatuhkan.

Sebelum saya melanjutkan tulisan saya, sedikit akan saya singgung kembali apa itu khalifa? Khalifah adalah seorang muslim yang telah memenuhi syarat untuk kemudian diangkat menjadi pemimpin atau kepemipinan umum bagi setiap muslim. Pemimpin (khalifah) ini diberi amanat pada sistem Kekhilafahan yakni sistem yanh menerapkan syariat sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah Rasul atau hukum Islam itu sendiri.

Kekhalifahan yang dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid II ini tidak serta merta diruntuhkan. Berbagai cara dan jalan untuk menjatuhkan sistem khilafah ini.

Kembali, Tepat setelah kaum Yahudi dan anteknya mampu menggoyang dunia Islam sampai mereka mampu mengendalikan dan memecah belah umat Islam dalam bentuknya yang terakhir.  Yang demikian dengan merobohkan sistem khilafah, kemudian mengakhirinya melalui "kaki tangannya", Mustafa Kamal Attaturk.

Mereka mengambil banyak cara dimana antek-anteknya satu sama lain membidikkan pelurunya untuk mendapatkan maksud dan tujuannya, di antaranya adalah satuan-satuan khusus kekuatan asing dan kekuatan Eropa untuk membagi wilayah Turki, dan hal itu telah menjadi kesepakatan antara Rusia, Inggris, Prancis dan Italia.

Selain membidik dari berbagai penjuru, sebab yang mempeloporinya juga yakni terperdayanya kaum muslimin pada sosok Mustafa Kamal Attaturk ini.

Umat Islam seolah-olah terhipnotis, bahwa gerakan perubahan yang dibawa Attaturk demi kemuliaan Islam. Dia telah berhasil mengecoh dan menipu kebanyaka  kaum muslimin, para budayawan, dan para pujangga di seluruh negara Arab.

Jika membaca sejarah, kita akan berdecak sinis, antara kaget dan terpanah, untuk keburukan saja mereka begitu bersemangat.

Begitu hebat dan teraturnya antek-antek mereka untuk menghabisi kaum muslim dan meruntuhkan benteng pemersatunya yakni sistem Khilafah Islamiyah. Attaturk sejengkal demi sejengkal mengambil hati kaum muslimin hingga ia berani megusir dan melengserkan Sultan Hamid II dan menggantinya menjadi presiden.

Melalui kekuasaanya sistem islam diganti dengan sistem sekuler. Hingga lenyaplah sudah Khilafah dan kita hanya mampu mengenang masa kejayaan 1400 tahun silam.

Sudah 94 tahun kurang lebih kita hidup tanpa khalifah dan tanpa khilafah. Namun saya khawatir peristiwa besar dan sejarah besar ini masih asing di telinga kaum muslimin.

Padahal sesungguhnya peristiwa ini merupakan peristiwa yang luar biasa dan musibah besar yang menimpa kaum muslimin.

Tahukah kita? Dengan tanpa adanya khilafah ini, kaum muslim tidak tahu arah, kemana gerangan kaum muslim akan bermuara? Kemana akan digerakkan?

Lihatlah penindasan saudara kita di Gaza Palestina, Yordania, Ghoutha, yang dicabik-cabik dagingnya, dihancurkan tempat tinggalnya, direnggut kehormatannya, dianiaya tanpa belas kasih!

Kita menjadi mainan ditangan penjajah dan kaum zionis. Umat Islam menjadi mangsa empuk para penjahat. Ulama di kriminalisasi anak-anak dibantai, agama di hina dan semacamnya.

Dimana pemimpin kaum muslimin? ARAB? INDONESIA? TIDAK ADA? Tidak ada ? Seharusnya kita sadar bersama bahwa kebangkitan umat Islam hanya dapat terwujud apabila kaum muslimin mengikuti ajaran Islam, bukan mengikuti undang-undang sekuler. Mari ummat islam menolak lupa dan kembali bangkit dri tidur panjang untuk bersama bergerak menjadi pena-pena peradaban, mengembalikan perisai ummat yang hilang.

Wallahu A'lam bishawab

Oleh: Eka Trisnawati Anwar
#MuslimahPenaPeradaban

Mendidik Anak Usia Dini

Terkadang saya mendengar perkataan orang tua yang mengatakan otak anak saya belum siap menempuh pendidikan dan belajar. Padahal ...