Kamis, 30 November 2017

Upah Guru Mengaji

Beberapa orang mempersoalkan sistem pengajaran mengaji sekarang. Tidak sedikit yang mengucilkan guru mengaji yang dibayar.

Saya sangat heran dengan mereka orang-orang yang rela mengeluarkan uang puluhan juta demi gelar yang ingin di raihnya di dunia ini. Namun merasa berat untuk ilmu agama yang jadi bekal di yaumil akhir.

Naudzubillah. Saya akan mengutip beberapa penjelasan dari buku dan juga sumber-sumber lain yang saya yakini mengenai upah seorang guru mengaji.

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya upah yang paling benar kalian terima adalah Kitabullah.” (HR. Bukhori)

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa jumhur ulama telah berdalil dengan hadits ini didalam membolehkan mengambil bayaran dari mengajarkan Al Qur’an.

Imam ash Shon’ani mengatakan bahwa Jumhur ulama, Malik dan Syafi’i membolehkan mengambil upah dari mengajarkan Al Qur’an baik orang yang belajarnya adalah anak kecil atau orang dewasa seandainya hal itu dapat membantu si pengajar didalam penagajarannya berdasarkan hadits diatas. Hal ini diperkuat lagi dengan apa yang disebutkan didalam bab nikah dimana Rasulullah saw pernah memerintahkan seseorang untuk mengajarkan istrinya Al Qur’an sebagai mahar baginya. (Subul as Salam juz III hal 155)

Sementara itu sebagian ulama yang lainnya, seperti Ahmad bin Hambal, Abu Hanifah dan al Hadawiyah tidak membolehkn pengambilan upah dari pengajaran Al Qur’an berdasarkan apa yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab berkata,”Aku telah mengajarkan seseorang Al Qur’an kemudian dia menghadiahiku sebuah busur (panah). Maka aku pun mengungkapkan hal ini kepada Nabi shallallahu alaihi wassalam dan beliau bersabda.

”Apabila engkau mengambilnya berarti engkau telah mengambil sebuah busur dari neraka.” Lalu aku pun mengembalikannya.” (HR. Ibnu Majah, Abu daud)

Sementara itu para ulama belakangan pada umumnya membolehkan pengambilan upah dari mengajarkan Al Qur’an dikarenakan darurat yaitu kekhawatiran akan hilangnya Al Qur’an di tengah-tengah kaum muslimin.

#Day12
#Squad3

Jangan Keblinger

Katanya penduduk negeri ini mayoritas adalah muslim. Sudah benarkah demikian?

Dalam shalatpun katanya kita menghadapkan wajah, hidup dan mati hanya untuk Allah pencipta semesta alam.

Pun dalam setiap aktivitas, kerja mencari penghidupan hanya untuk mempermudah bersedekah kepada sesama agar mendapat ridha Ilahi.

Mencari rezeki katanya agar tidak termasuk orang yang dibenci rosul yakni meminta-minta. Setiap apa yang kita lakukan mengakui lewat lisan hanya untuk Allah.

Dalam aplikasi apakah juga demikian membenarkan?
Orang-orang yang demikian sering kita temui di lingkungan kita.

Tak usah jauh, kadang diri pribadipun demikian. Namun yang lebih parahnya jika seperti co toh saudara kita yang satu ini, namanya adalah Riaseng (nama samaran)

Saat di ajak ikut kajian islam "Maaf yah kak, saya tidak bisa hari ahad, hari ahad biasanya di isi liburan keluarga."

"Trus bisanya hari apa kalau begitu,?"

"Kurang tau, karena senin sampai sabtu itu sibuk kuliah dan kerja!" Jawabnya dengan nada datar.

Nah ini contoh orang yang belum ada niat, atau seseorang yang inging belajar tapi setegah-setegah.

[Mbak saya mau belajar privat mengaji] katanya lewat pesan pribadi.

[Alhamdulillah, hari apa maunya Mbak, nanti saya luangkan waktu] Dengan senangnya menjawab.

Dan cuma dibaca.

Lama menunggu, hari pertama tak ada jawaban, hari kedua pun belum ada balasan. Hari ke tiga berlalu masih saja sama. Dalam hati menggumam ada apa gerangan?

[Mbak saya tak ada waktu mbak, saya kalau habis dari kampus sudah capek dan mana tugas mengoreksi tugas mahasiswa numpuk] sambil masang emot sedih.

[Biar saya yang ke rumah mbak kalau begitu, bagaimana mbak?]

Dindong....seminggu berlalu tak ada kepastian.

Ngenes amat hidup saya, ngenes menyaksikan orang-orang yang dikasi hati malah milih mati, mau belajar tapi setengah hati. Mau pintar tapi tak mau belajar. Mau diajar tapi tak mau belajar.

Duuh, emang dunia kebali kayaknya....tapi dunia mah nggak kebalik, kayaknya orang-orangnya yang pada keblinger.

Bukannya hari ini kita masih terbangun karena Allah masih memberi waktu di dunia, memberi waktu untuk hidup agar dapat menghapuskan dosa dan meperbanyak ibadah.

Lantas bagaimana kita mengatakan telah beribadah dengan benar jika buku petunjuk hidup kita (Al-Quran) saja kita abai terhadapnya. Padahal ini adalah handbook juga peta kita berjalan di bumi ini agar melewati jalan pulang yang tidak menyesatkan.

Jangan sampai kita termasuk orang yang bahkan tidak mampu mengerjakan satu pekerjaan dengan benar dalam satu hari. Bukan karena Allah tidak memberi waktu, melainkan kita terperdaya oleh fatamorgana dunia.

Ibnu Al-Qayyim rahimahullah menuturkan dalam syairnya yang begitu indah. "Kehilangan waktu itu lebih sulit daripada kematian karena kehilangan waktu membuatmu jauh dari Allah dan hari akhir. Sementara itu, kematian membuatmu jauh dari kehidupan dunia dan penghuninya saja."

Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa menggunakan waktu kita untuk memperbaiki diri, kualitas ibadah, dan juga memanfaatkan waktu yang tinggal di penghujung ini untuk senantiasa mencari ridha Allah agar kelak kita di hari akhir tak menjadi manusia-manusia yang penuh penyesalan.

Karena penyesalan itu adanya di akhir, setiap akhir tidak akan menjadi awal kembali.

Mati tak akan bawa titel, matipun tak akan bawah sertifikat rumah, tidak akan membawa emas berlian. Tidak juga istri atau suami bahkan anak yang mau menemani tidur dikuburan, tak ada. 

Tidak juga dengan pangkat dan jabatan, tidak akan terbebas kita dari pertanyaan karena kita ahli komputer, ahli game, ahli fisika, ahli matematika. Dosen, guru, PNS semuanya akan melewati.

Kita di syariatkan untuk mencari penghidupan duni agar tak meminta-minta. Juga untuk mendukung jalannya dakwah, berinfak, dan memenuhi kebutuhan hidup.

Tapi jangan sampai keblinger dengan dunia.

Mari kita perhatikan ayat berikut:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidaklah ciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah hanya kepada-Ku“. (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Ayat ini menunjukkan bahwa ibadah adalah tujuan UTAMA kita diciptakan. Jika demikian, pantaskan kita menyeimbangkan antara tujuan utama dengan yang lainnya?!

Bahkan dalam doa “sapu jagat” yang sangat masyhur di kalangan awam, ada isyarat untuk mendahukan kehidupan akherat:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, juga kebaikan di akhirat. Dan peliharalah kami dari siksa neraka“. (QS. Albaqoroh: 201)

Wallahu A'lam bis shawab.

Oleh: Eka Trisnawati Anwar
IG: @eka_trisnawatianwar
Blog: ekashalihah.blogspot.com

#Day8
#Squad3
#Muslimahpenaperadaban

Pilu Mereka


Oleh : Eka Trisnawati

“Pilu Mereka”

Malam selalu gelap, sejak ia diciptakan hingga saat ini.
Mataharipun masih selalu bersinar, sejak ia diciptakan, hingga detik ini  tak pernah ia menyalahi titah tuhannya.

Hari berganti, roda kehidupan terus berputar, waktupun kian menjauh, seolah tak mau tahu.

Biadab kau
Kisah yang kau torehkan
Membumi namun suara rintihann melangit menggema.

Kini terbingkai kelam itu
Tak bisa terhapus
Semakin deras cucuran darah
Terkoyak badan ringkih
Berbalut dentuman demi dentuman.

bertasbih di semesta alam
berkali-kali sudah kudapati, bahwa rasa itu begitu menikmku
tak mau berhenti.

Langit malam ta berbintang pesawat berkicauan tak berawak mencekam, menakutkan.

Gaduh, luluh, lantak semua berlarian, berhamburan
Berusaha mencari perlindungan
Namun yang ada hanya kebingungan.

adakah yang mau melirik???
aah tidak....

Saat badan menjerit, selimut, bantal, kasur empuk tak bisa mereka nikmati...

Bahkan sebilik rumahpun mereka sudah tak punya

kerjaan, jabatan, title, mobil mewah, pakaian bersih.
Mereka tak berfikir lagi akan hal itu...

Bahkan nafas mereka mungkin tak sampai senja.

Luka itu begitu dalam
Hingga langit menjadi atap
Bumi ia sulap menjadi rumah
Tangan lembutnya menjadi bantal

Dedaunan dan rumputpun
menjadi santapan pengisi perut
hingga mereka lupa bagaimana rasa sesuap nasi itu...

Disaat bersamaan mereka hanya mampu terbaring, hening, diam
Kurus, kering, tak berdaya
Melayang nafas berhenti

#Day5
#Squad3

Rabu, 29 November 2017

Darurat Bencana

Jika engkau mengutamakan akhirat maka dunia akan mengikutimu.

Bukan apa-apa. Allah mengingatkan kita agar senantiasa beribadah, menyembah dan hanya berharap pada pertolongannya.

Bukan membatasi, mengekang bahkan tak mengizinkan kita untuk mencari penghidupan dunia. Terlalu sempit cara kita berfikir.

Betapa sedih melihat negeri kita hari ini darurat bencan.

Surabaya diterjang angin puting beliung, Jogjakarta terendam banjir yang tingginya sampai menenggelamkam rumah-rumah. Gunung agung meletus mengeluarkan kandungan apinya.

Belum lagi Arab negeri yang kering dan tandus telah banjir bagaikan luapan air laut.

India diliputi kabut tebal yang membuat pemandangan dari jarak dekatpun tak terlihat.

Belum lagi, mangga berbuah mengkudu, pohon besar mengeluarkan air dari dalam batanngnya, dan keanehan-keanehan lainnya.

Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kalian dustakan.

Telah banyak waktu yang Allah beri untuk memperbaiki diri agar limpahan rahmat dan keberkahan di diri dan negeri kita dengan memperbaiki diri beribadah dengan ikhlas hanya kepadanya semata.

Namun rasa aman-aman saja membuat kita abai dengan itu semua.

Hingga datang hari ini, mata-mata mulai terbelalak. Merintih, menangis, sesak dan pilu hati melihat kejadian ini.

Terlalu sombong diri kita yang Allah beri akal lalu banyak kita gunakan untuk menentang aturannya.

Pancasila di anggap lebih tinggi dari Al-Qur'an, Undang-undang lebih di junjung tinggi daripada hukum Allah. Agama di nista, Ulama di hina.

Ingat.

Sehebat apapun membangun drainase dan irgasi juga tempat pembuangan sampah. Sehebat apapun penataan kota jika k
tak taat kepada Allah.

Korupsi, minuman keras, berjudi, pacaran, menghalalkan yang diharamkan, dan mengharamkan yang di haramkan Allah. Maka tunggu dan lihatlah kuasa Allah.

Meluluh lantakkan gedung-gedung mewah, bangunan-bangunan terbaik. Menenggelamkan rumah menyapu mobil mewah, motor mewah, emas, berlian, handphone dan sesuatu yang kita bangga-banggakan selama ini.

Beruntungnya Allah masih beri waktu memperbaiki diri dan juga keluarga kita. Mengajak tetangga dan lingkungan kita. Memperbaiki diri dan juga lingkungan agar Allah memberi kasih dan rahmatnya untuk negeri ini. Karena Allah maha penyayang dan maha pengampun.

Gunakan waktu yang ada untuk berbenah, memperbaiki diri, kualitas ibadah dan hubungan terhadap sesama manusia dan makhluk Allah di bumi ini.

Smoga Allah menjauhkan kita dari adzabnya dan menjadikan kita semua khusnul khatimah. Aamiin...

#Day4
#Squad3
#30DWCjilid10

Selasa, 28 November 2017

Akan Jadi Siapa?

Akan Jadi Siapa?

Menjadi puing tak berharga
pasrah dengan keadaan, membiarkan diri terombang dalam ketidakjelasan hidup.

Ada yang memilih menjadi budak-budak setan. Adapula yang tak sadar menjadi budak-budak dunia, dan bahkan ada yang bertahan dengan budak-budak nafsu.

Melanglang buana, memangsa tubuh ringkih terbaring lemah di balik kardus-kardus bekas demi kuasa dan hidup serba berkelas.

Menjual waktu muda dengan bersantai, menggadainya dengan bercumbu dengan narkoba, bermain dengan wanita dan menyelimuti diri dengan kesenangan-kesenangan dunia yang membinasakan.

Di ufuk cakrawala
Yang bertengger di ranting-ranting ke emasan. Banyak kan kau temui kisah heroik yang bisa menjadi percikan semangat dan juga teladan. Namun tak sedikit yang tak mau tahu bahkan pula pura-pura tidak tahu.

Tentang keberanian yang terpancar dari wajah-wajah pemuda kala itu. Bagaikan tombak yang dengan kelembutannya memperlihatkan kerasnya.

Banyak sikap dan perilaku gaya Umar yang mereka hidupkan,
Panji-panji berkibar di atas menara.

Ibadah-ibadah sunnah menjadi sebuah kewajiban, jangan tanya ibadah wajibnya.
Siang harinya bagaikan malam karena berjihad dan berjuang,
malam harinya bagaikan siang karena shalat malam yang panjang.

#Day3
#Squad3
#30DWCjilid10
#Hidupternyataditangankita

Senin, 27 November 2017

Manusia Puing atau Robot

Manusia hanyalah puing-puing tak berharga di lautan lepas. Apalah artinya kita di antara seonggok mutiara di dasar laut sana.

Kepada cumi-cumi yang menggeliat lincah, kepada ikan yang memberi kehidupan bagi nelayan. Juga mberi kehidupan para nelayan. kepada rumput laut dan kerang yang jadi pengganjal perut-perut yang mulai menggempis.

Hanya saja, kita terlalu tak berharga berada ditengah keindahan yang terbentang. Menjadi penghalang bagi mata-mata yang menikmati panorama.

Diseret ombak ketepian pantai, tak bergerak tak melawan tak berontak, diam. Diam. Dan hanya diam. Membiarkan jiwa terpasung keterbatasan bak puing-puing yang tak berharga sedemikian itu.

Aduhai nyatanya kita mampu berontak namun merasa tak berhak bergerak. Pikiran terbatas itu telah memasung jiwa dan gerak kita.

Tapi tahukah kita, adakalanya manusia juga bisa seperti mesin atau robot. Yang dalam kepalanya di setting dengan program khusus. Namun disini kitalah yang andil besar mensetting program di dalam otak kita ini.

Apakah otak yang menggerakkan itu di isi dengan sesuatu yang positif atau sesuatu yang malah mengekang dan membatasi kita. Kita bisa memilihnya.

Mau seperti apakah kita? Seperti puing dilautan? atau seperti robot yang disetting dengan program-program tertentu?.

Dan tentunya bagi sebuah robot, program itulah yang akan mengatur dan menentukan arah langkah hidup kita kedepan. Atau pasrah seperti puing tak berharga dilautan.

#Hidup Ternyata di Tangan kita
#Day2
#Squad3
#30DWC jilid10

Minggu, 26 November 2017

Hari pertama

Hari pertama menulis di jilid sepuluh ini, sebenarnya serba bingung mau nulis apa.

Bukan tak ada ide, tapi karena bingung ide yang akan di tuangkan duluan yang mana?

Ditambah lagi dengan jawaban singkat oleh kak Rezki kemarin yang singkat itu membuat saya berfikir keras. Sudah sekeras ini berfikir, yang jadi tulisannya yah begini-begini saja.

Saya menggerutu pada diri sendiri. Kak Rezki saja yang dalam sehari bisa menyelesaiakn enam halaman dalam sehari dan bliau super sibuk, waah saya malah seperti ini.

Saya sementara belajar dengan mereka. InshaAllah.

Saya hanya ingin  membeberkan sedikit rahasia sebagai motivasi saya kedepan. InshaAllah topik yang ingin saya tulis kedepannya tidak jauh dengan tema cinta. Ahh cinta lagi, tidak bosa apa?

Membahasa masalah cinta memang tak ada habisnya. Dan tak ada bosannya orang membahas masalah cinta ini. Karena hidup ini memang penuh dengan cinta.

Tapi karena seharian sampai tengah malam ini aktifitas padat. Jadilah tulisan yang saya post yah seadanya saja. Yang pasti masih ada kaitannya dengan tema yang akan saya bahas 30 hari ke depan.

Serius, badan ini rasanya remuk. Mata sudah lima wat. Pekat dan perih. Tapi tak bileh bolos nulis.

#Day 1
#Squad 3
#30DWCJilid10

Sabtu, 11 November 2017

Layang Kehidupan

Layang-layang adalah salah satu permainan tradisional yang banyak disukai oleh sebagian besar anak-anak.

Melihat anak-anak bermain mengingatkan saat masih kecil dulu. Andai ada orang yang menjual cara kembali ke masa lalu, mungkin saja banyak orang seperti aku. Ingin rasanya membeli cara kembali ke masa itu.

Masa saat tidak ada beban pikiran. Tertawa lepas, berlarian, berteriak, bercanda....ahh indahnya masa itu.

Tapi betapapun tak ada yang mampu melakukannya. Bukankah manusia tak boleh berandai yang tak mungkin terjadi.

Sekarang sudah berbeda. Masa lalu adalah kenangan, masa depan adalah impian dan sekarang adalah kenyataan. Menjalaninya dengan baik itulah yang harus kita lakukan.

Mari belajar dari sebuah layang-layang. Sangat keliru jika ada yang menganggap layangan harus di tarik berlawanan dengan arah angin agar bisa terbang.

Justru ia layangan tak boleh ditarik melawan arah angin, karena dengan melawannya akan membuatnya jatuh atau malah putus.

Ikutilah arah angin dengan indah, dan nikmati setiap hentakan angin itu. Jika kita tau cara bermain indah, justru hentakan yang diterimalah yang membuat layangan semakin tinggiml.

Dalam hidup ini kadang belajar dari layangan. Ia mengajarkan kita untuk siap menghadapi tantangan yang semakin besar saat tujuan semakin dekat.

Kitalah yang memutuskan seberapa tinggi layangan itu akan terbang. Karena kontrol kehidupan itu ada pada genggaman.

Seperti saat memegang tali layangan, bukan orang lain. Tapi diri sendirilah yang bertanggung jawab terhadap kehidupan sendiri. Saat mengadapi masalah, jangan salahkan orang lain.

Dan ingat!  Jangan pernah lepaskan benangnya. Selagi kamu memegang kendali, kamu bisa mengarahkannya.

Dalam hidup Allah lah kendali kita. Berserahlah pada pemilik kehidupan, kemanapun pergi dan apapun tujuan kita, jangan pernah lepas darinya.

Self reminder

Dalam hidup selagi masih bernafas. Tetap berusaha dan jadikan Allah satu-satunya pegangan.

Selasa, 07 November 2017

Bersegara dan Berlarilah

Potensi kita ibarat air. Bila tergenang maka ia tidak hanya berubah warna namun juga akan mengeluarkan aroma yang tidak sedap, bahkan menjadi sumber penyakit.

Bila air bergerak akan menghidupkan, bila mengalir akan menyuburkan dan di jika dikelola akan memberi manfaat.

Air merupakan komponen penting dalam kehidupan manusia dan alam semesta. Maka air harus selalu ada dan bergerak.

Manusia pun demikian, harus selalu bergerak dan bergerak. Karena dengan bergerak semuanya jadi indah dan hidup. Seperti air memberi kehidupan pada yang lain. Sebab bila air tersumbar ia akan mengeluarkan bau tak sedap, mengundang nyamuk berkembang biak yang mengakibatkan penyakit.

Bergerak akan mendatangkan keberkahan. Orang yang berusaha dan berlari menuju sebuah impian maka ia akan mengalahkan banyak orang.

Kitalah yang harus merangkak, berjalan dan bahkan jika perlu berlari menuju kebaikan. Karena kebaikan tidak pernah menunggu. Kitalah yang harus bersegerah.

Simaklah salah satu sahabat yang dikabarkan dimandikan oleh malaikat.

Perang Uhud baru saja berakhir, dengan kekalahan dari pihak kaum muslimin. Tatkala kaum muslim menghimpun jasad para syuhada untuk di kuburkan, Rasulullah kehilangan mayat Hanzalah.

Setelah mencari kesana-kemari, mereka mendapatkannya di atas gundukan tanah yang masih basah bekas guyuran air.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam mengabarkan kepada para sahabatnya bahwa malaikat telah memandikan jasadnya.

Rasulullah bersabda, "tanyakan kepada keluarganya, ada apa dengan dirinya?"

Beberapa orang yang di utus menemui isteri Hanzalah dan mereka menyampaikan maksud kedatangannya. Lalu isteri Hanzalah bercerita perihal apa yang dialaminya dengan suaminya.

"Saat hari bermulanya perang Uhud, aku dan Hanzalah baru saja menikah. Saat kami sedang safaf (malam pertama), dari luar terdengar seruang perang. Mendengar seruan jihad, suamilu melepas pelukanku dan kemudian mengambil peralatan perangnya. Dia kemudian bergegas menuju para sahabat menuju medan perang, tanpa sempat mandi junub."

Apa?! Hanzalah segera berlari menuju medan jihad, padahal ia sementara menikmati malam pertama dengan isterinya?

MaashaAllah, bersegera dan berlari itulah yang membuat Hanzalah menempati posisi mulia dimandikan oleh malaikat.

Sebagaimana dalam surah Ali Imran ayat 133 "Bersegeralah kamu kepada ampunan Allah yang luasnya seluas langit dan bumi, yanh disediakan untuk orang-orang yang bertakwa."

Bersegera dan berlarilah.

Sebagaimana ayat di atas, Allah tidak hanya menyuruh kita melakukan kebaikan, tetapi juga segera melakukan kebaikan.

Tidak harus menunggu waktu, menunggu minggi depan, tahun depan, atau nanti. Tidak. Kebaikan itu harus dilakukan segera. Berlarilah.

#30DWCjilid9
#Squad9
#Day28
#Tema
#MuslimahPenaPeradaban

Senin, 06 November 2017

Bermimpilah sebelum jadi pemimpin

Mengapa harus bermimpi? bukankah mimpi itu cuma bunga tidur? apa perlu kita tidur dulu terus bermimpi?

Memang mimpi itu hanya tinggal mimpi jika tidak dibarengi dengan usaha.

Lihatlah para pemimpin, bukankah mereka dulunya adalah pemimpi yang punya mimpi besar hingga menghantarkannya menjadi pemimpin.

Salah satu program televisi yang sangat saya sukai adalah Cik'c Andy, program yang banyak menampilkan betapa banyak orang-orang kecil yang punya mimpi besar hingga mengantarkannya menjadi orang-orang besar di kemudian hari.

Dalam sebuah majelis, seorang syaikh pernah berkata, "Seorang pemimpin harus mempunyai banyak mimpi, jika tidak dia tidak layak jadi pemimpin."

Begitulah kenyataanya, sebuah rumah tangga, desa, daerah, kampung, kota bahkan negara akan kehabisan stok pemimpin kalau tak ada lagi orang yang berani bermimpi dan bercita-cita besar.

Bagaimana tidak, bermimpi saja ia tak berani, bagaimana ia berani memimpin.?

Para pemimpi adalah orang-orang cerdas dan begitu juga pemimpin. Bermimpi berarti berfikir mendahului masanya, meski kadang banyak orang yang belum mampu memahaminya.

Karena itu ciri seorang pemimpin adalah ia yang berani dan punya mimpi. Bukan mereka yang suka ber angan-angan tanpa jelas.

Dan yang lebih penting adalah seorang pemimpi adalah orang yang memiliki keluhuran cita-cita dan jiwa yang mulia tentu memiliki tujuan luhur ke depan. Dan tidak akan menjerumuskan diri ke dalam aktivitas yang hina.

Para pemimpi adalah mereka yang berjiwa besar, sebagaimana tanda kehidupan jiwa seseorang adalah ia yang memiliki cita-cita besar bahkan setinggi bintang.

Bermimpilah karena tak ada yang mampu membatasi mimpimu, bahkan siapapun berhak bermimpi setinggi bintang.

Bermimpi, tuliskan, ikhtiarkan dan doakan...

Selamat bermimpi.
Bismillah mimpi saya akan saya tuliskan disini, sebelumnya saya bahkan malu mengungkapkannya tapi inshaAllah smoga dengan menuliskannya disini saya semakin termotivasi.

Penulis
Pengusaha
Pengajar Qur'an dan
Penjaga Kalamullah (Hafidzah)

InshaAllah...
Kalian jangan malu bermimpi, mari tuliskan mimpimu, dan yakinlah suatu saat akan tercapai.

#30DWCjilid9
#Squad9
#Day27
#MuslimahPenaPeradaban

Minggu, 05 November 2017

Mampukah kaki ini berdiri

Mampukah kaki ini berdiri di hadapanNya kelak, saat tak ada naungan kecuali naunganNya, saat tak ada pertolongan kecuali pertolongannya.

Kaki yang telah di amanahkan kepadaku ini telah kugunakan kemana?

Saat aku di tanya, tangan, mulut serta lidahku telah kupakai untuk apa, dan terlebih usia dan harta yang telah Ia titipkan, kemana dan dimana aku menghabiskanNya.

Tuhan, belum berhadapan saja rasanya kaki ini telah gemetar, terbayang saat di giring di padang yang luas untuk menunggu giliran menghadapkan semua perbuatanku di dunia selama ini. Oh...mampukah aku berdiri di hadapanMu kelak.

Waktu isya ketiduran, subuh kesiangan, dzuhur mengantuk, asar kecapean, magrib lagi-lagi ketinggalan jamaah.

Panggilan adzan nanti dulu, panggilan atasan siap siaga. Quran jarang di baca, hp selalu di tatap. Pengajian bubarin nggak penting, clubbing menghibur diri.

Duniaku di ambang akhir zaman, tapi aku masih saja bersantai. Bagiku hidup terlalu indah hanya untuk pengajian dan mengurusi masa depan. Sekarang zaman modern dimana semua kenikmatan itu tersedia.

Kabarnya, zaman tempatku berdiri saat ini adalah fase ke empat sebelum satu fase lagi akan membuat dunia ini benar-benar di ambang pintu.

Tapi apa yang aku lakukan, aku masih saja berdiri di sini dengan keadaan yang seperti ini. Hancur, berantakan, hidupku hanya untuk kemewahan dan kesenangan semata.

Dunia bagiku begitu mewah untuk kusia-siakan. Hartaku di dunia begitu berharga untuk kusedekahkan. Tubuhku begitu indah untuk ku tutupi, usiaku masih begitu mudah untuk memikirkan akhirat.

Hingga suatu hari kudapatkan diriku tengah berbaring di ruang tamu di rumahku, aku berdiri di pojok ruangan menatap diriku yang terbujur kaku. Sebagian orang terlihat bersedih dan sebagian lainnya hanya berbincang biasa.

"Ada apa ini?" gumamku

Ternyata kecelakaan telah menewaskan diriku. Mobil mewah yang ku kendarai setelah pulang dari pesta temanku malam itu menabrak pembatas jalan.

Keluarga, rumah mewah, Mobil, perhiasan dan hp yang selalu menemaniku kini hanya mampu kupandangi tak mampu kubawa bahkan barang termahalku tak ada yang bisa menemaniku.

Aku masih berdiri di sini. Di pojok ruangan ini, menangis pilu ingin rasanya aku mengulang semuanya, atau kalau bisa cukup izinkan aku mengulang caraku berpulang kepadaMu di akhir hidupku.

#30DWCjilid9
#Squad9
#Day26
#MPP
#Tema

Mampukah kaki ini berdiri

Mampukah kaki ini berdiri di hadapanNya kelak, saat tak ada naungan kecuali naunganNya, saat tak ada pertolongan kecuali pertolongannya.

Kaki yang telah di amanahkan kepadaku ini telah kugunakan kemana?

Saat aku di tanya, tangan, mulut serta lidahku telah kupakai untuk apa, dan terlebih usia dan harta yang telah Ia titipkan, kemana dan dimana aku menghabiskanNya.

Tuhan, belum berhadapan saja rasanya kaki ini telah gemetar, terbayang saat di giring di padang yang luas untuk menunggu giliran menghadapkan semua perbuatanku di dunia selama ini. Oh...mampukah aku berdiri di hadapanMu kelak.

Waktu isya ketiduran, subuh kesiangan, dzuhur mengantuk, asar kecapean, magrib lagi-lagi ketinggalan jamaah.

Panggilan adzan nanti dulu, panggilan atasan siap siaga. Quran jarang di baca, hp selalu di tatap. Pengajian bubarin nggak penting, clubbing menghibur diri.

Duniaku di ambang akhir zaman, tapi aku masih saja bersantai. Bagiku hidup terlalu indah hanya untuk pengajian dan mengurusi masa depan. Sekarang zaman modern dimana semua kenikmatan itu tersedia.

Kabarnya, zaman tempatku berdiri saat ini adalah fase ke empat sebelum satu fase lagi akan membuat dunia ini benar-benar di ambang pintu.

Tapi apa yang aku lakukan, aku masih saja berdiri di sini dengan keadaan yang seperti ini. Hancur, berantakan, hidupku hanya untuk kemewahan dan kesenangan semata.

Dunia bagiku begitu mewah untuk kusia-siakan. Hartaku di dunia begitu berharga untuk kusedekahkan. Tubuhku begitu indah untuk ku tutupi, usiaku masih begitu mudah untuk memikirkan akhirat.

Hingga suatu hari kudapatkan diriku tengah berbaring di ruang tamu di rumahku, aku berdiri di pojok ruangan menatap diriku yang terbujur kaku. Sebagian orang terlihat bersedih dan sebagian lainnya hanya berbincang biasa.

"Ada apa ini?" gumamku

Ternyata kecelakaan telah menewaskan diriku. Mobil mewah yang ku kendarai setelah pulang dari pesta temanku malam itu menabrak pembatas jalan.

Keluarga, rumah mewah, Mobil, perhiasan dan hp yang selalu menemaniku kini hanya mampu kupandangi tak mampu kubawa bahkan barang termahalku tak ada yang bisa menemaniku.

Aku masih berdiri di sini. Di pojok ruangan ini, menangis pilu ingin rasanya aku mengulang semuanya, atau kalau bisa cukup izinkan aku mengulang caraku berpulang kepadaMu di akhir hidupku.

#30DWCjilid9
#Squad9
#Day26
#MPP
#Tema

Sabtu, 04 November 2017

Teruntuk Para Pejuang

Dan jangan kira orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sebenarnya mereka itu hidup.

Sekeras apapun tantangan dan benturan. Mereka tidak ada rasa takut dalam dirinya, mereka bahkan bergembira dengan karunia tuhannya. Karena Allah telah menjamin untuknya pahala bagi orang-orang yang beriman.

Mereka adalah orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul tatkala ia di cemooh bahkan di usir. Namun mereka berkata, "Cukuplah Allah sebagai penolong bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.

Bukankah setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Jika hari ini kita di tentang besok di hadapan Allah ia akan di permalukan.

Biarkan hari kiamat sajalah semua di berikan balasannya. Bukankah Allah menjanjikan surga bagi orang beriman dan siksa bagi yang mengingkari islam.

Allah jelas dalam Al Quran surah Ali Imran ayat seratus delapan puluh lima mengatakan "barang siapa yang dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya".

Semoga Allah menguatkan kita termasuk para ulama dan ustadz Felix Siauw yang kemarin memberi kami banyak pelajaran dari Bangil.

Barakallah...

#30DWCjilid9
#Squad9
#Day25
#MuslimahPenaPeradaban

Jumat, 03 November 2017

Jangan Salahkan Cinta

Berbicara masalah jatuh, banyak orang yang mungkin pernah mengalami bahkan bisa di katakan hampir semua manusia pernah mengalamai hal ini.

Baik anak kecil, remaja mapun orang dewasa pernah mengalami jatuh.

Entah jatuh dari ayunan, jatuh dari tangga, jatuh dari sepeda, jatuh di jalan raya atau jenis jatuh yang lain.

Jatuh ini kadang dari yang ter-ringan sampai jatuh yang sakitnya berat dan bahkan ada yang berakibat kepada kematian loh, misalnya jatuh dari gedung lantai tujuh.hehe tapi ini namanya jatuh bodoh alias emang sengaja cari mati

Oke, tapi kali ini kita akan bahas jatuh yang berbeda....jreng,jreng,jreng

Jatuh ini yakni jatuh cinta. Jatuh cinta ini katanya berjuta rasanya, kadang sakit, kadang jadi obat penyakit, kadang pula menimbulkan penyakit....uhui.

Nah sobat sebelum kita masuk ke acara inti....eh emang ini seminar, sebelum kita bahas intinya, mari kita simak bersama kisah salah satu pemuda yang sedang di mabuk cinta.

Tersebutlah nama seorang pemuda yang bernama samaran Nongki, Nongki adalah pria remaja di temukan warga tengah berbaring di rel kereta api, bukan karena nge fans sama rel kereta atau tak punya rumah yah gays.

Cek per cek, pemuda ini sedang kasmaran alias jatuh cinta dengan seorang gadis bunga bagkai, eh bunga desa. Malangnya sang gadis yang baru seminggu berpacaran dengannya ternyata selingkuh dengan pria lain alias bermain di belakang si Nongki.

Naudzubillah.

Aku juga baru tau sobat, katanya ni yeh kadang cinta itu memang membuat tai kucing terasa coklat dan tai coklat teras kucing....upss emang bisa? nggak lah, cukup kalian aja yang mencoba. Bukan kamu yang lagi baca yah, maksud aku mereka.hihi....pis

"Lah terus piye (bagaimana)? bukannya cinta itu wajar? namanya juga orang lagi sakit, wajar saja kan sampai mau bunuh diri!" Suara sumbang entah dari mana.

.....

Dalam kitab cinta, asyik....emang ada kitab cinta?

"yah di adain aja"

Cinta, mencintai dan dicintai itu adalah wajar. Tak ada yang salah dengan cinta, karena Allah sendiri sudah menanamkan fitrah ini dalam diri setiap insan. Cinta ini adalah salah satu nikmat terbesar dari Allah untuk manusia.

Dengan rasa cinta seseorang mampu hidup dan merasakan kedamaian dalam jiwanya, dengan catatan jika ia mampu dan tau cara mengelola rasa cinta itu sendiri. Namun bisa berakibat fatal jika tidak memahami hakikat cinta itu sendiri.

Maka dari itu, nyambung dengan tulisan aku kemarin yang berjudul "Membakar Kebodohan". Ya! Kita harus tau ilmunya, maka dari itu belajar.

Cinta ini mengandung makna kasih sayang, keharmonian, penghargaan dan kerinduan, disamping mengandung persiapan untuk menempuh kehidupan di kala suka dan duka, lapang dan sempit.

Cinta bukanlah hanya sebuah tarikan luaran semata. Ketertarikan secara luaran hanyalah permulaan cinta, bukan puncaknya. Tetapi di samping keindahan bentuk dan rupa harus disertai keindahan keperibadian dengan akhlak yang baik.

Islam adalah agama fitrah. Karena itulah, Islam tidaklah membelenggu perasaan manusia. Islam tidak mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri seorang manusia.

Akan tetapi Islam mengajarkan pada manusia untuk menjaga perasaan cinta itu, dirawat dan dilindungi dari segala kehinaan dan apa saja yang mengotorinya. 

Perasaan cinta adalah sesuatu yang sifatnya sementara di dunia ini. Ia adalah sarana untuk mendekatkan seseorang denga Allah dan juga bisa menjadi penyebab Allah menjauhinya.

Jangan salahkan cinta karena jika kita mampu mengelola cinta kita, maka ia akan membuat Allah mencintai kita dan begitupula cinta itu bisa mendatangkan murka dari Allah.

Oleh sebab itu, jika memang kita cinta kepada seseorang jaganlah kita mengotori hatinya dan menodai dirinya, dan kita juga haru rela berkorban agar orang tersebut itu bahagia bersama orang lain.

Walaupun tidak dengan diri kita, InsyaAllah pahala yang akan kita dapatkan, bukan malah memaksakan keinginnan kita untuk memilikinya.

Buat laki-laki yang memang ingin seorang wanita menjadi kekasihnya, mintalah wanita tersebut dengan baik-baik untuk menjadi istrimu, bukan pacarmu.

#30DWCjilid9
#Day24
#Squad9
#MPP

Kamis, 02 November 2017

Membakar Kebodohan

Belajar bukanlah agar terlihat cerdas atau ingin bersaing dengan siapa-siapa. Belajar adalah cara kita menyingkirikan kebodohan.

Siapa pun yang gigih berjuang pasti akan merasakan manisnya  perjuangan. Sedangkan orang yang memelihara kebodohan akan melakukan kebodohan dalam hidupnya. Atau kata Syayydina Ali, keberadaannya seperti tidak ada.

Belajar merupakan salah satu jalan keluar untuk menghindar dari kebodohan. Meskipun usia sudah tua tidak ada kata terlambat dan tak mau belajar.

Kobarkan semangat belajar dalam diri kita, agar buruknya kebodohan terbakar dalam tubuh.

Imam Al Ghazali pernah berkata "Orang yang cerdas, alim, dan mengerti akan selalu melakukan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Sedangkan, orang yang bodoh adalah yang hanya melakukan sesuatu yang di inginkannya.

Semangat belajar
Membakar Kebodohan

#30DWCjilid9
#Day23
#Squad9

Mendidik Anak Usia Dini

Terkadang saya mendengar perkataan orang tua yang mengatakan otak anak saya belum siap menempuh pendidikan dan belajar. Padahal ...