Senin, 25 Desember 2017

Pengalaman nulis di 30 DWC

Ini adalah kali ke dua saya mengikuti Challege kepenulisan yang di adakan oleh @30DaysWritingChallenge, setiap jilidnya ditantantang menulis setiap hari bersama puluhan @pejuangdwc

Kali ini saya berada di kelas 30dwcjilid10, tentu bertemu dengan teman pejuang baru terima kasih teman2 sudah banyak memberi pelajaran, trima kasih atas kebersamaannya spesial for my #squad3

Muhammad Fajar Suardi @mfs_62
@emmasukma13
@samodra_beeant
@Bundalennypalembang
@chika_ciput
@meilinca
Fb : Lila Fristinaningrum
FB : Sinna Ai
@ndu.suryani
@rekian.ariesma
@adzkiaauliarohma
@neng_windii

Di jilid10 ini saya belajar bagaimana mencintai apa yang saya lakukan terkhusus dibidang kepenulisan. Yang awalnya hanya ingin membiasakan, dan sekarang saya belajar mencintai.

Sebagaimana ungkapan Ippho Santoso bahwa, mengerjakan sesuatu karena cinta, insya Allah itu akan membahagiakan. Benar sekali, cinta itu membahagiakan juga mampu menyehatkan.

Sebagaimana halnya bekerja, mengapa ada orang yang bekerja 6 sampai 8 jam sehari? Mungkin karena kecintaan mereka pada pekerjaan dan perusahaan. Mungkin karena kecintaannya kepada orangtua, anak, dan istri.

Atau mungkin karena rasa cinta kepada Allah sebagai wujud ketakwaan dalam menjalankan peran sebagai tulang punggung dengan sebaik-baiknya.

Oleh karenanya kekuatan ikhtiar tidak akan sempurna apabila tidak dilengkapi dengan cinta. Jelas sudah, bahwa cintalah yang menggerakkan, cintalah yang membahagiakan,cintalah yang menjadikan semuanya menyenangkan!

Maka saya belajar mencintai, apapun bidang saya saat ini, mencintai termasuk kebiasaan menulis ini. Entah sudah passion atau belum passion. Jika sudah cinta, insya Allah passion itu bisa tumbuh pelan-pelan. InshaAllah.

Trima kasih terkhusus kepada mentor keren kami Kak @rezky_passionwriter dan kak @rizkamamalia

Beserta superteam kak @sarikusumawijay, @spriscadewii

Thanks for all
#30DWCjilid10
#pejuang
#Squad3

Minggu, 24 Desember 2017

Menerjang Penghalang

Merejang Penghalang_Minim Fasilitas

Sebagaiamana dijelaskan dalam buku yang di tulis oleh ustadz Abay Abu Hamzah bahwa kadang kita menjadikan alasan tidak ada komputer kemudian tidak menulis.

Sebagaimana pengalaman pribadi bliau dahulu yang beralasan demikian, ustadz Abay pun merasa pantas memaklumi itu karena tidak punya fasilitas yang mendukung untuk menulis produktif. Dan bliau berjanji menulis produktif kelak jika sudah punya komputer sendiri.

Namun saat punya komputer sendiri, ternyata masih ada alasan untuk tidak menulis, yaitu ukuran komputer yang besar hingga tidak bisa dibawa-bawa dan beralasan bahwa jika ada inspirasi mendadak maka ia tidak bisa menuliskannya. Dan kemudian bliau berjanji akan menulis produktif jika sudah punya leptop sendiri.

Ternyata saat memiliki leptop ia pun beralasan lagi bahwa leptop itu jika dibawa kemana-mana terlalu membebani punggung, dan membuat malas jika membawanya.

Selain itu, jika ada inspirasi mendadak yang harus segera dituliskan, kita harus menunggu waktu starting leptop yang terlalu lama. Saat leptop sudah siap ide sudah menguap.

Begitulah, ungkapnya, jika bergantung pada fasilitas, tidak akan berhenti keinginan kita untuk selalu memiliki fasilitas yang lebih baik.

Bliau kemudian melanjutkan bahwa, ketiadaan fasilitas hanyalah 'kambing hitam' yang kita jadikan tameng untuk menutupi kemalasan.

Sebenarnya kita bisa menulis produktif jika memiliki tekad yang kuat untuk melakukannya. Dengan kuatnya kesungguhan, kita akan sanggup mengatasi keterbatasan fasilitas.

Akhirnya bliau 'Abay Abu Hamzah' berjuang keras melawan ketergantungan pada fasilitas. Dan alhamdulillah hasilnya memuaskan.

Bliau menghasilkan buku Menggenggam Bara Islam yang proses penulisannya penuh perjuangan. Bliau menulisnya di rental komputer di samping Masjid Kampus Unlam Banjarmasin, karena belum punya komputer sendiri waktu itu.

Pernah bliau pergi makan malam bersama teman sesama penulis. Ditengah-tengah makan, teman bliau mendadak ada inspirasi yang ingin ditulisnya. Sayangnya ia tak membawa buku atau kertas. Lalu agar tetap bisa menulis lalu ia mengambil tisu di depannya, kemudian ia menuliskan inspirasinya di sana. Dengan perlahan, ia masukkan kertas tisu itu ke dalam dompetnya.

Begitulah, kuatnya keinginan, akan menerjang segala halangan. Fasilitas memang penting, tapi bukan segalanya. Ditengah keterbatasan fasilitas , inshaAllah kita akan tetap bisa menulis produktif untuk menuangkan inspirasi yang tak terbatas, ungkap bliau dalam bukunya Melawan Dengan Pena.

#Day29
#Squad3
#TemaBuku

Sabtu, 23 Desember 2017

Pentingnya Menuntut Ilmu

Satu hal yang harus Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak ketahui bahwa, di dalam rumah tangga ada yang namanya Jin Dasim, Jin ini bertugas memecah belah keutuhan rumah tangga, jika sedikit saja permasalahan maka ia akan menyukut masalah menjadi besar.

Oleh karena itu suami dan istri mesti ada ilmu. Dan yang harus Ibu-Ibu ketahui bahwa laki-laki itu sifatnya tidak peka.

Oleh karena itu jika ada masalah langsung sampaikan ke suami. Karena suami itu tidak peka dan tidak banyak bicara.

Dan ingat jangan sampai menasehati suami di depan anak-anak, karena itu akan membuat anak-anak tidak hormat pada bapaknya. Dan itu juga bisa menjatuhkan harga diri seorang suami.

Laki-laki itu suka konsentrasi, jika sedang menyetir jangan di ajak bicara. Karena laki-laki itu konsentrasi pada satu hal.

Jika suami sedang kerja pintu kamar, sedang memalu pintu, jangan di ajak ngobrol nanti yang di palu malah Ibu. (Jangan sampai yah)

Menurut penetian, seorang istri itu kalau ke mall, punya catatan 30 barang ke mall maka istri akan bawa belanjaan 30 jenis belanjaan yang tidak ada dalam catatan. Itulah sifat perempuan.

Tapi ada satu hal yang mesti di syukuri perempuan. Karena seorang perempuan itu arah pandangannya luas, kalau laki-laki melihat perempuan maka istri bisa tahu. Kalau istri melirik laki-laki lain, suami tidak akan tau  karena suami itu konsentrasi pada satu pekerjaan.

Hehe ini bukan mengajari yah....

Jadi anak atau ibu-ibu yang sudah banyak bicara sama Bapak atau Suami tapi cuma dijawab "Ya" bersabar dan pahamilah sifatnya.

Hal ini terdengar sepeleh,tapi harus diketahui ilmunya. Hal ini agar mempermudsh urusan dunia khususnya urusan rumah tangga agar meminimalisir terjadinya problem yang menghambat urusan yang lain apalagi sampai menghambat urusan dakwah.

Salah satu cara agar bisa menambah ilmu atau pengetahuan kita sebagai bekal mengarungi hidup kedepan, yakni dengan cara mengikuti majelis-mejelis ilmu yang ada di wilayah kita masing-masing.

Bila perlu sekalipun tempat pengajiannya jauh kita meluangkan waktu ke tempat pengajian tersebut. Karena orang-orang yang mengikuti majelis ilmu akan mendapatkan bekal ilmu dan juga akan di doakan oleh malaikat.

Ikutilah kajian-kajian yang ada, yang tidak melenceng dari Quran dan sunnah. Salah satunya seperti acara hari ini yakni 'Bincang Syariah Muslimah' yang di adakan oleh Majelis Ummahaat Kab.Luwu hari ini

Wallahu A'lam bishawab.

Semangat Menuntut Ilmu

Kamis, 21 Desember 2017

Kemana Pena Kan Bermuara

Saat pena tak mampu menulis
Seolah tinta hitam menjadi sianida  tak berfaedah
Menggoreskan kesaksian demi fulus
Menghizab darah rakyat jelatah.

Saat mulut-mulut singa kampus mulai bungkam
Beku, Seribu bahasa ia terdiam
Suaranya tak lagi mencekam
Disumbat dengan undangan makan malam

 Zaman telah mengikis Idealisme mereka
Semut-semut akan menjadi Raja dikandangmu
Masih kah kalian akan terbuai
Bangkitlah.
Bangkit dan angkat penamu
Penah peradaban yang akan mengubah dunia kelam ini.

Letakkan gedget mu ambillah Al-Quranmu
Letakkan tongsismu ambillah bukumu
Simpanlah rokokmu ambillah cangkulmu
Tinggalkan happy funn angkatlah penamu.

Ukirlah hidupmu seperti para sahabat sehingga syurga menantikan mereka
Sekalipun diri tak mampu menyamai mereka, namun cukuplah usaha  yang menjadi saksi.

Masih kita teringat dengan puisi sewaktu kecil yang sering dibaca di depan kelas sebelum pulang sekolah?

“Biar peluruh menembus kulitku
aku tetap meradang, menerjang,
hingga hilang pedih perih”

Yah puisi ini adalah kutipan puisi yang sangat familiar dari sastrawan legendaris, Chairil Anwar, namun saat ini hanya jadi legenda usang di dalam lemari.

Kata-katanya begitu menghujam
Bagaiakan kobaran api
Menghembus sampai ke ruas terdalam
Begitulah semangatnya menghujam.

Tak ada pilihan lain kecuali bangkit
Bangkit dari kebodohan
Bangkit, melawan arus teknologi yang melenakan
Bangkit dari rasa malas berfikir, bangkit melawan Kebobrokan.

Kita harus menyadari bahwa apa yang kita lakukan hari ini adalah saksi atas apa yang harus kita pertanggung jawabkan di yaumil akhir.

Setiap langkah, ucapan, perbuatan kita sadar atau tidak sadar telah tercatat dalam sebuah lembaran-lembaran kertas di lauhul mahfudz yang akan menjadi saksi nyata diri kita.

Setiap tingkah laku dan perbuatan kita akan menjadi goresan pena kesaksian di hari akhir kelak.

Marilah wahai para pemuda harapan bangsa kita meneladani para ulama kita dalam setiap aktivitasnya. Tak ada waktu untuk bersantai dan tak ada ruang untuk sekedar baperan hanya karena sesuatu yang sepele.

Aduhai. Pacaran? Katamu putus dengan pacar adalah masalah, atau kamu nggak ketemu-ketemu jodoh adalah masalah besar dalam hidup. Berarti masih kurang piknik alias kurang reading.

Kita pasti mengenal Imam Syafi'i, apakah ia menghabiskan waktu mudanya untuk pacaran? Apakah ia sibuk memikirkan penampilan luarnya agar bisa terkenal dan disukai banyak orang? Apakah ia sibuk memperbanyak harta agar mampu membeli dunia? Apakah ia sibuk dengan hal-hal yang kebanyakan manusia lakukan hari ini? Sampai bliau rahimahullah bisa abadi namanya dalam sejarah dan ilmunya bisa kita rasakan sampai sekarang?

Jawabnnya tentu tidak.! Imam Syafi'i dalam buku Zero to Hero disana dituliskan bahwa Imam Syafi'i rahimahullah membagi waktu malamnya menjadi tiga, yakni sepertiga untuk menulis, sepertiga kedua untuk shalat dan sepertiga ketiga untuk tidur.

Itulah hebatnya sebuah kertas dan pena yang di gerakkan oleh orang-orang bermental hebat.

Goresan pena di atas kertas tidak cukup hanya dengan goresa, tapi yang terpenting apa yang pena kita tuliskan dan siapa penulisnya.

Semoga kita bisa meniru dan meneladani para ulama kita. Semoga Allah jauhkan kita dari fitnah dunia yang semakin hlamour ini.

Aamiin...

#Squad3
#Day27

Perhatikan Hak Anak

Serek....serek...serek

Koran didepanku perlahan kubuka setelah menemukan beberapa berita yang menarik untuk dibaca.

Lelaki berusia tiga puluh tahun entah dari mana asalnya tiba-tiba menghampiriku, "Maaf dek, itu koran baru yah?" Tanyanya dengan santun.

Aku yang sedang duduk harus mendongak melihat siapa gerangan yang bertanya, kemudian memberi jawaban, "Ooh maaf bukan pak, ini tanggal dua belas desember" jawabku seadannya.

"Ooh saya kira koran baru" lelaki itu tersenyum, lalu melangkah ke rak-rak yang berisi reverensi buku islami.

Aku melanjutkan mengamati koran Harian-Fajar di depanku. Mataku tertuju pada sebuah berita 'seorang suami dijebloskan ke penjara lantaran tega menggantung anak kandungnya."

Begitulah kurang lebih kutipan judul dari koran yang aku baca siang tadi. Sebuah berita yang menyayat hati. Sampai setega itu seorang ayah mencoba membunuh anak kandungnya sendiri.

Aku melanjutkan membaca penjelasan di halaman sebelas, lantaran dibakar api curiga terhadap sang istri yang sering berkomunikasi dengan lelaki lain sehingga sang suamipun sering memarahi sang istri dan melampiaskan kemarahan terhadap anaknya, pagi itu suaminya mengunci pintu dsri dalam kamar kemudian terdengar tangisan anaknya dari dalam kamar, sang istripun mengintip dari luar dan melihat sang anak sedang meronta kesakitan saat ayahnya mencoba menggantungnya pada seutas tali. Untungnya si ibu cepat mengetahui kejadian tersebut. Namun sampai sejauh ini belum didalami lagi penyebab pasti sang suami tega menganiaya anaknya yang baru berusia satu setengah tahun itu.

Naudzubillah, sungguh miris apa yang terjadi pada ummat ini, sungguh dunia ini penuh dengan fitnah.

Cemburu memang adalah sesuatu yang wajar dan sudah menjadi hal yang biasa bagi keluarga, bahkan akan mempererat kasih sayang di antara keluarga kecil yang baru dibangun jika pasangan suami istri pandai mengelola hatinya.

Oleh karenannya pernikahan memang harus dibangun atas dasar cinta kepada sang maha pemberi cinta itu sendiri. Hingga persiapannya bukan main-main karena rumah tangga yang dibangun akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah kelak di yaumil akhir.

Persiapan seperti apa yang mesti diperhatikan. Pertama hak suami istri dan juga kewajiban suami terhadap istri begitu pula sebaliknya.

Dalam sebuah acara temu muslimah yang di adalakan oleh Majelis Qalbu beberapa hari lalu, dijelaskan oleh pemateri bahwa tugas seorang istri sangat berperan penting bagi terciptanya keluarga yang harmonis dan bahagia.

Oleh karena itu suami mesti memperhatikan hak anak pertama memilikikan istri yang shalihah agar kelak anaknya

Rabu, 20 Desember 2017

Kertas Kehidupan

Cerita ini hadir dari salah seorang kakek yang sudah berusia tujuh puluh tahun. Beliau adalah seorang kiai yang berasal dari Makassar, namun saya lupa siapa namanya.

Pada kesempatanan ini saya tidak ingin berbicara tentang biografi bliau, saya hanya ingin kita mengambil pelajaran darinya.

Jika kita mendengar usia tujuh puluh tahun, apa yang akan terbersit di benak kita? Iya pasti banyak yang akan berfikir, di usia demikian seorang hanya bisa duduk termenung di teras sambil mengunyah daun sirih, atau  seseorang yang berusia demikian kerjanya hanya duduk di kursi roda dan seabrek pikiran yang terbayang hanya kondisi yang sudah renta dan tak berdaya melakukan apa-apa.

Namun tahukah kita, ternyata kiai yang usianya sudah hampir seabad yang tarolah ia dijuliki kiai Zamsuddin ini, dikisahkan dalam sebuah buku bahwa pernah beliau di tahun tujuh puluhan menaiki sebuah kapal besar menuju mekah untuk menunaikan ibadah haji ia dicegat oleh sipir Belanda dan ia dimasukkan kedalam penjara.

Banyak orang-orang yang heran dan tidak terima kiai yang terkenal bijak dan sering berceramah ini di tuduh teroris dan penyebar pemahaman yang menyesatkan. Itulah tuduhan yang dilayangkan orang-orang Belanda kepada sang kiai untuk memasukkannya kedalam penjara yang ada di dalam kapal.

Dikisahkan bahwa selang beberapa minggu keberadaan kiai di kapal, banyak orang yang sering ikut pengajiannya, juga kiai ini jarang keluar dari ruang kamarnya kecuali hendak shalat berjamaah dan mengisi pengajian di kapal. Dan setelah sipir Belanda memaksa masuk ke dalam kamar kiai, ia melihat sang kiai sedang menulis dan baru beberapa hari sang kiai sudah menyelesaiakan beberapa jilid buku, akhirnya dihancurkanlah tumpukan kertas-kertas yang telah penub dengan tulisan tanga sang kiai.

Ini menambah kekhawatiran sipir Belanda, dan setelah sang kiai dipenjara ia dijauhkan dari kertas dan pena. Karena kekhawatiran sang sipir Belanda akan membuat tulisan dan membuat orang-orang yang membacanya terpengaruh.

Ternyata seorang yang berusia tujuh puluh tahun, tak bisa kita remehkan. Tidak selamanya usia bisa membuat orang rentah dan tak bisa melakukan apa-apa. Kita bisa melihat bagaiamana karya bisa melampaui usia, bagaimana bisa sebuah kertas dan pena bisa menjadi sebuah benda yang amat ditakuti oleh sebahagian orang bahkan oleh dunia.

Maka dari itu belajar dari sang kia, bahwa tulisan kita bergantung dari siapa penulisnya, apakah ia bisa memberi pengaruh ataukah tidak.

Oleh karena ya sangat harus kita perhatikan apa yang akan kita tuliskan, tak peduli akan ada orang yang tidak menyukai, yang harus kita pastikan bahwa yang kita tulis adalah kebenaran dan kebaikan.

Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang mesti dimiliki oleh seorang Muslim. Setiap Muslim diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain baik itu lewat tisan maupun lisan, terlebih lewat perbuatan.

Bagi seorang penulis hanya dengan secarik kertas ia bisa sangat bermanfaat dan menebar kebaikan bagi sesamannya. Mengubah kertas-kertas kosong menjadi sebuah kertas kehidupan yang memberi pengaruh pada dirinya, orang lain bahkan dunia.

Jangan takut dunia akan membencimu, cukup pikirkan dan tulisaka  sesuatu yang membangun dan dapat menunjang cita-cita, impian dan apapun yang anda ingin capai dunia dan akhirat.

Jika hanya dengan kertas dan pena bisa mengubah hidup anda, orang lain bahkan dunia, maka lakukanlah dan cintailah yang anda lakukan sekarang.

#Day25
#Squad3
#30DWC10
#TemaKertas

Selasa, 19 Desember 2017

Kerinduan itu

Masjid, entah kenapa aku selalu rindu dengan mesjid ini, ketika datang berkunjung ke Palopo hal yang ingin sekali aku jumpai adalah mesjid Agung kota Palopo.

Ada rasa syahdu ketika berada dilingkungan mesjid ini, bedanya dulu aku sering kesini karena ada yang menemani yakni sahabatku. Sekarang aku hanya datang ke mesjid ini saat benar-benar sudah sangat rindu. Aku malu kadang datang sendiri, padahal aku sadar, tidak ada yang harus membuatku malu. Entahlah

Sore itu disebuah kamar yang berukuran tiga kali empat meter, aku melirik jam di handphoneku, sudah lewat pukul lima sore. Aku melirik jendela melihat cuaca di balik jendela, warna jingga di atas langit sudah hampir nampak.

Entah kenapa sore itu aku sangat ingin shalat di mesjid, aku mulai bergegas memakai al mihnah (pakaian rumahan) kemudian memakai jilbab dan khimar, memakai kaos kaki dan bergegas berangkat ke sebuah mesjid.

Bruung, suara motor biru yang senantiasa setia menemani perjalananku bahkan sampai ke Enrekang itu perlahan melaju. Angin sepoi-sepoi di sore hari di Kota Palopo masih cukup sejuk membuat perjalananku ke Mesjid Agung semakin nikmat.

Hiruk pikuk kendaraan yang tidak seberapa padat membuat perjalanan lumayan lancar. Tiba di pelataran masjid, aku duduk sebentar diteras menunggu adzan sambil beristirahat sejenak menikmati lantunan shalawat yang terdengar dari menara mesjid.

Aku mendongakkan kepala ke langit yang tampak berwarna kehitaman sore itu, aku sesekali melirik pohon yang berjejer di depan halaman mesjid.

Angin bertiup solah menghantar pesan ke dedaunan, membuat daun-daun melambai seolah mengisyaratkan sesuatu.

Suara shalawat yang begitu merdu menambah kerinduan itu, dan tidak terasa embun di mataku hampir menetes. Aku tersadar ternyata sudah adzan. Akupun bergegas mengambil air wudhu.

#Day24
#Squad3
#30DWCjilid10

Sabtu, 16 Desember 2017

Ngawur

Adakalanya menulis itu seperti melangkah ke dua arah jalan
Untuk melangkah pun penuh kebimbangan.

Menulispun demikian bagi saya
Terlebih jika fikiran sedang ruwet
Rasanya ide itu seketika hilang dan tanpa meninggalkan jejak.

Sepuluh menit, dua puluh menit, bahkan kadang berjam-jam menatap layar handphone tapi rasanya tak ada yang bisa jadi sebuah tulisan. Wuah itu rasanya sangat menggemaskan.

Atau kadang malah ada ide, eh pasa ada sesuatu yang mengalihka  perhatian malah langsung membuat ingatan itu hilang dan akhirnya tidak jadilah sehuah tulisan.

Contoh salah satu tulisan saya yang paling ngawaur adalah tulisan yang sedang anda baca di hadapan anda ini. Saya tidak tau sekarang akan membahas apa, dan hanya menulis dan menulis. Akhirnya yang terjadi hanyalah tulisan alias pepesan kosong.

Dengan ini saya dapat menarik kesimpulan bahwa.
Pertama, ketika mendapatkan ide, langsung tulis aja jangan biarkan ia lepas begitu saja.
Kedua, agar tidak kebablasan agar tulisannya nggak ngawur lagi, ATM aja dulu biar sebagai pelatihan.

Udah itu aja dulu
Kalau ada tipsnya silahkan tinggalkan komennya yah

#Day21
#Squad3

Jumat, 15 Desember 2017

Hujan Sepanjang Bulan

Palestina
Kiblat pertama kaum muslim
Kota kecil yang dijanjikan
Kota kelahiran para nabi
Subur oleh darah syuhada.

Palestina
Tuan rumah baik hati
Berniat menjamu
Memberi makan tamu
Malah mereka yang terusir

Kini tiap saat tangismu pecah
Menggema hingga ke langit
Mengadu, meringkuk dalam gaduh
Menaruh harap bak puing berserakan.

Tidur dalam kengerian malam
Beralaskan duka
Bersimbah peluh dan darah
Dari zama nabi hingga kini.

Ini bukan sinetron
Bukan kisah entah berantah
Mereka nyata adanya
Sebagaimana kita, merekapun punya mimpi dan asa.

Hujan sepanjang bulan
Bitulah mungkin peluru baginya
Dentuman Bom bak petir
Menyambar sepanjang waktu.

Ohh Tuhan
Apakah mereka kelak akan memaafkan kami
Yang hanya mampu berdoa
Menangis mendengar kisah mereka
Hanya bisa mengecam
Dari kejauhan.

#Day20
#Squad3

Kamis, 14 Desember 2017

Pulang

Pulang itu sangat menyenangkan bagiku, saat diperjalanan terbayang wajah bapak dan mamah yang teduh menyimpan banyak rahasia dan harapan juga rindu.

Adik-adikku yang mungil dan shalehah, Aisyah dan Anisa yang selalu membuatku rindu ingin pulang.

"Kakak Eka kapan pulang? Kakak Aisyah rindun!" Kata Aisyah ketika menelpon jika beberapa minggu tidak pulang ke rumah.

Rumah memang adalah tempat ternyaman yang Allah titipkan didunia ini. Sekalipun tempat tidurnya tak semewah di hotel berbintang bahkan hotel biasa. Makan seadanya dan juga rumah kami di dalam pelosok. Bagiku rumahlah surga dunia karunia Allah yang paling nyaman.

Pulang disambut oleh adik-adik yang selalu menanti, Mamah yang selalu riang jika anaknya datang, dan bapak yang selalu lega melihat anaknya pulang.

Aku sangat bersyukur memiki keluarga yang sangat sayang dan baik padaku. Namun aku sadar kata baiti jannati sebenarnya masih jauh dari rumah kami. Oleh karena itu aku sangat berharap baiti jannati akan terwujud inshAllah.

Rumahku surgaku yakni suatu rumah yang didalamnya ada bapak dan ibu yang saling cinta, kasih, memghormati dan istiqomah karena Allah.

Yaitu suatu rumah yang didalamnya selalu istiqomah digunakan untuk membaca Al-Quran dan memahami kandungannya, dzikir, dan shalat sunnah.

"Rumahku Surgaku" sama sekali tidak identik dengan materi, kekayaan, dan sesuatu  yang tampak wah dimata karena ketiganya tidak bisa menjamin untuk itu.

#Day18
#Squad3



Selasa, 12 Desember 2017

Tips Menguatkan Ingatan

Dalam salah satu forum kajian yang dibawakan oleh Ustadz Adi Hidayat LC.MA. ada yang bertanya bagaimana cara memperkuat ingatan kita.

Ternyata menurut ustadz Adi Hidayat ada empat sifat hafalan di antara manusia ini.

Pertama, cepat hafal sulit lupanya, kedua, lambat hafal lambat pula lupanya, ketiga, cepat hafal cepat lupa, dan yang ke empat cepat hafal cepat lupanya.

Nah kita pilih tingkatan sifat hafalan yang mana? Kalau perlu cepat hafalnya tidak lupa-lupa. 

Diantara tata cara yang dipaparkan ustadz, ada beberapa tata cara memperkuat hafalan.

Petama, meluruskan niat saat mau belajar.

Dalam sifat belajar orang ada dua yang menjembatani apa yang mereka lakukan. Pertama belajar hanya untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan untuk diri sendiri.

Kedua, mengumpulkan ilmu untuk sesuatu yang ingin dicapai kedepan. Misal kuliah agar bisa kerja dan sebagainya.

Nah ketika salah satu di atas ada pada diri kita saat melakukan sesuatu maka saat kita belajar atau mengajar, kita akan mungkin lupa ketika sesuatu itu sudah kita capai atau akan hilang ketika kita sudah mendapatkan ilmu tadi.

Nah oleh karena itu, agar kita tidak lupa dan cepat hafalnya, maka niat kita mesti disandarkan pada sesuatu yang tidak habis, tidak hilang dan tidak terbatas, yakni Allah SWT.

Dialah Dzat yang tidak memiliki batasann. Ketika kita menghafal atau belajar suatu ilmu, niat perlu kita luruskan hanya karena Allah.

Sebagaimana kisah yang dijelaskan oleh Ustadz Adi Hidayat bahwa ketika Nabi didatangi oleh malaikat Jibril, malaikat menyuruh, "Iqra" kata Jibril. "Saya nggak bisa baca wahai jibril" kata Rasul, "Iqra" Jibril mengulan kalimatnya kepada baginda Rasul, namun Rasul hanya menjawab "Saya nggak bisa" demikianlah berulang hingga tiga kali namun jawaban Nabi tetap sama.

Begitulah kita, ladang kita hanya membaca ayat ini sepotong saja, coba kita sempurnakan kalimatnya.

Saat itu Jibril yang merubah wujud dirinya sebagai seorang lelaki itu laki-memeluk baginda kemudian berkata "Iqra bismirabbikaladzi khalaq (bacalah dengan nama tuhanmu yang telah menciptakan.)

Dan nabi pun akhirnya bisa mengikuti kalimat Jibril. Artinya jika sesuatu kita niatkan karena Allah maka jangankan yang susah, yg mustahilpun akan mudah jika niatnya karena Allah karena Allahlah yang akan memberi kita pemahaman dan memampukan kita.

Sama halnya ketika menghafal sebagaimana dijelaskan ustadz Adi Hidayat, ketika menghafal Qur'an jangan cepat-cepat karena mau menghafalnya, tapi niatkan mengulang karena Allah karena yang akan menanamkan Alquran dalam hati kita hanyalah Allah SWT.

Kdua, kesungguhan, ketika tingkatkan amal soleh karena ilmu itu adalah cahaya dan ke empat, jauhi Maksiat. InshaAllah dengen demikian Allah akan membuat kita mudah memahami ilmu dan menanamkannya dalam hati kita.

Wallahu 'alam bishawab

Senin, 11 Desember 2017

Pulanglah Ukhti

Dan para sahabat pun telah berpulang kepangkuan rabbnya.
Menari indah bersama bayang
Keindahan hidup nan abadi.

Saat bayang semu mengitari sekelilingnya
Mereka memilih berdarah dan berhijrah
Demi agama sang junjunganNya.

[Pulanglah ukhti! Kembalilah ke rumahmu jangan kau nodai iffahmu sebagai muslimah, tempatmu bukan dijalan. Menuntut keadilan dan menyeru di depan umum!]

Sekali lagi nada itu berulang masuk dalam sebuah jaringan pribadi. Diam sudah lidah ini melihat mereka menghujat kami, dalam hati mungkin mereka belum tahu maksud kami. Atau mereka pura-pura dan bahkan tak mau tahu.

Ah, betapapun saya tak ada hak untuk menebak dan menghukumi apa yang ada dalam hati mereka yang berkata demikian.

Menanggapi hal itu, saya hanya ingin menyampaikan sebuah kisah dalam mihrab Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, adalah Ummu Aiman Ibunda yang mengasuh Rasul sepeninggal Aminah. Ummu Aiman mengumumkan dirinya masuk islam sejak awal dakwah dan menjadi muslimah yang baik.

Ummu Aiman ikut hijrah bersama Rasul dengan berjalan kaki, berpuasa, dan bangun malam. Meski sudah lanjut usia ia tak ingin ketinggalan untuk bergabung dengan para pahlawan islam dalam berperang meninggikan kalimat Allah SWT.

Merasakan banyak penyiksaan dan penindasan kaum musyrikin karena keislamannya yang begitu dini,  Ummu Aiman tak goyah sedikitpun.

Ummu Aiman dalam kesempatan lain dalam perang Uhud bersama Nabi Muhammad, dan berperan bersama para wanita lainnya, dalam menyediakan air minum dan mengobati prajurit yang terluka. Tak hanya itu ia juga hadir dalam perang Khaibar bersama Rasulullah Shallahi alaihi wa sallam, dan memberi bantuan sekuat tenaga.

Kisah seorang wanita suci nan mulia, yang diberi keistimewaan yakni diberi air oleh Allah dari langit dalam sebuah kisah perjalanan hijrahnya.

Saya belajar dari kisah heroik wanita seperti mereka. Bahwa meskinya kita berkontribusi meskipun kemampuan dan kesanggupan ini lemah.

Jangan kita rela dengan hal yang buruk, bahkan senantiasa berusaha untuk pertambahan kebaikan dan meminimalisir keburukan.

Saya kejalan sebagai bentuk (titik keberpihakanm) dan arah-arah tujuan, yang tak ingin hidup terombang-ambing tanpa arah tujuan dan tak berbuat dengan pasti.

Sekali lagi kita diajarkan agar mengacuhkan orang yang menghalangi semangat juang dan keislaman kita, tetaplah teguh menjalani. Tak usah hiraukan mereka yang tak ingin berjuang menyeru kebaikan karena mereka itu orang pengecut yang gagal dan menginginkanmu seperti mereka.

Sekali lagi, kami muslimah ikut turun kejalan karena kami khawatir bahwa Allah akan mempertanyakan atas apa yang telah diri kami perbuat di dunia ini dalam membela agama kami ini.

Kami pun ingin punya hujjah dihadapanNya kelak saat ditanya kemana kami saat agama, ulama, umara, dan kitab suci kami dihina. Kami ingin berbuat untuk menyeru kepada-Nya.

Tak malukah kalian kepada kisah seekor semut yang mengangkat tempayan berisi air untuk memadamkan api yang akan membakar Nabi Ibrahim?

Air itu sedikitpun tak ada bandingannya dengan api yang berkobar. Tapi sang semut ingin memperlihatkan keberpihakannya.

#Day16
#squad3
#Palestinatercinta
#Islamrahmatanlilalamin
#belaislam

Hati yang berlabuh

Jatuhkanlah hatimu pada orang yang siap menangkapanya. Bukan pada orang yang hanya menengadah tanpa kepastian. Terlebih jangan biarkan kau jatuhkan hatimu itu pada orang yang akan membiarkan hati jatuh dan pecah.

Jangan biarkan seseorang mencintaimu diam-diam karena cinta bukan untuk disembunyikan.

Korek api memiliki kepala Namun tak memiliki otak Olehkarnanya ia jika di gesekkan akan terbakar 

Manusia punya kepala dan juga otak

Oleh karenannya jika hati bergesek dengan perasan mencintai, jangan biarkan ia terpercik tanpa akal

Karena jika tidak ia yang akan membakar pemiliknya.

Jagalah hati 

Jangan biarkan berlabuh pada hati yang keliru 

Jangan biarkan banyak lelaki yang menikmati indahnya wajah dan hatimu

Karena dirimu juga cintamu bukan untuk di obral.


#Day17

#Squad3

Minggu, 10 Desember 2017

Cinta dan Perkawinan

Setelah kita membahas bagaimana menyikapi masalah dalam hidup   dan juga hikmah kehidupan pada tulisan sebelumnya. Kali ini saya ingin menambah daftar abadi sebuah tulisan dari seseorang yang entah siapa namanya.

Ini tentang cinta lagi. Ahh dunia ini memang tidak pernah bosan membahas tentang cinta. Karena memang manusia ini tidak akan pernah lepas dengan perasaan cinta itu sendiri.

Suatu hari, ada seorang pemuda yang mendatangi gurunya hendak bertanya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?

Gurunya menjawab, "Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting disana."

"Jika kamu menemukan ranting yang menurutmu paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta" lanjut sang guru.

Sang muridpun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"

Sang murid menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat betjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik)"

Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi takkuambil ranting tersebut. Saat aku melanjutkan berjalan berjalan lebih jauh lagi, baru aku sadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya"

Gurunya kemudian bertanya "Jadi ya itulah cinta."

Dihari yang lain ia bertanya lagi pada gurunya "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa memahaminya"?

Gurunyapun bertanya "Ada sebuah hutan yang subur di depan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena itu artinya kamu telah menemukan apa itu pernikahan."

Sang muridpun berjalan, dan tidak seberapa lama dan membawa sebuah pohon yang ternyata kelihatannya itu bukanlah pohon yang subur atau segar juga tidak terlalu tinggi dan kelihatannya biasa-biasa saja.

Gurunya bertanya "Mengapa kamu menebang pohon itu?"

Sang muridpun menjawab, "Sebab bersasarkannpengalamanku sebelumnya, setelah menjelajahi setengah hutan, aku kembali dengan tangan kosong. Jafi dikesempatan ini aku melihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuoutuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini."

"Aku tidak mau kehilangan kesempatan untuk mendapatkannya"

Gurunyapun menjawab "Dan itulah pernikahan"

Cinta itu semakin dicari, maka tidak akan ditemukan. Cinta adanya didalam lubuk hati, ketika dapat menahan pegharapan dan keinginan yang lebih. Cika pengharapan dan keinginan yang lebih terhadap cinta maka yang didapat adalah kehampaan.

Tiada sesuatupun yang didapat jika kita mencari kesempurnaan pada diri seseorang. Dan jika ia sudah berlalu maka ia tidak dapat dimundurkan kembali.

Beranilah mengambil resiko, berkorbanlah dan terimalah cinta apa adanya.

#Day15
#squad3

Sabtu, 09 Desember 2017

Masih Cukupkah Oksigen?

Kenapa sih ukh, kita tidak sebebas orang-orang diluar sana? Lihatlah diluar sana banyak orang yang masih muda yang mengisi hari-harinya dengan kesenangan.

Kenapa orang-orang bisa menghabiskan waktunya dengan happy fun dan fashion yang ia sukai, kenapa kita harus ikut aturan ini dan itu?

Tak jarang kita mendengar teman atau junior dalam organisasi ataupun dalam kampus yang merasa risih dengan anak-anak LDK (lembaga Dakwah Kampus) yang mereka berpakaian katanya seperti ibu-ibu.

Sudah tidak bebas bergaul dengan lelaki ia juga menyibukkan dengan mengisi kajian lah, belajar Quran lah, lah kapan senang-senangnya sih?

Sebelum kita menengok dalil dan hadits-hadist yang menjelaskan keutamaan pemuda yang mengisi waktunya dijalan kebàikan, mari kita simak salah satu petuah dari seorang ahli hikmah.

Seorang ahli hikmah mengatakan bahwa perjalanan hidup manusia tidak ubahnya bagaikan seorang penyelam tiram mutiara.

Seorang penyelam mutiara dalam melaksanakan tugasnya selalu berbekal tabung oksigen yang dibawa di punggungnya ketika akan menyelam. Sebelum menyelam tentu tujuan utamanya hanya ingin mengambil mutiara sebanyak-banyaknya.

Begitu terjun ke laut, si penyelam mulai melihat keindahan lain di bawah laut yang begitu mempesona, ada ikan hias, bunga karang yang sangat indah membuat matanya mulai silau dan merasa ingin berlama-lama memandanginya.

Perlahan dengan menikmati keindahan bawah laut sedemikian mempesonannya, ia mulai lupa denggan tujuan utamanya yakni mencari tiram mutiara di dasar laut yang jauh. Hingga pada akhirnya ia tersadar oksigen di punggungnya tidak banyak lagi.

Perasaan takut yang mulai membayangkan bagaimana kemarahan sang majikan jika ia muncul ke permukaan tanpa membawa tiram mutiara yang diharapkan. Pun juga ia memikirkan masih cukupkan oksigen dalam tabung yang dipunggungnya untuk menyelam ke dasar laut?

Karen takut akan kemarahan majikannya, si penyelam dengan kondisi badan yang sudah lelah karena bermain-main dengan ikan dan berenang kesana kemari melihat-lihat pemandangan tadi, ia pun tergesa-gesa ke dasar laut dengan energi sisa dan tabung oksigen yang tinggal sedikit.

Sampai di dasar laut ia hanya mampu mengambil tiram mutiara dengan jumlah sedikit bahkan oksigen dalam tabung telah habis. Mau tidak mau si penyelampun bergegas ke permukaan membawa tiram mutiara yang telah didapatkannya.

Naasnya, karena terburu-buru ia lupa mengikat kantong tempat menyimpan tiram mutiara saat menuju ke permukaan, dan sesampainya di hadapan majikannya ia tidak membawa apapun.

Sang majikan dipenuhi amarah, ia memecat si penyelam tadi dan bahkan tak memberinya pesangon sedikitpun karena telah mengecewakannya.

Nah begitupula dengan kehidupan dunia dan perintah serta tujuan kita berada di dunia ini.

Silahkan disimpulkan sendiri. Iñgat jangan sampai seperti penyelam yang baru sadar ketika cadangan oksigen dalam tabungnya tinggal sedikit.

"Nantilah kalau saya sudah bersuami baru pakai kerudung, nantilah kalau saya sudah ada anak baru pakai jilbab. Nantilah kalau saya sudah tua baru shalat, nantilah kalau saya sudah jago musik baru belajar ngaji, nantilah kalau luang baru ikut kajian islam, nantilah, nantilah, nantilah, matilah...eh.

Wallahu a'lam bishawab.

Oleh: Eka Trisnawati

#Day14
#Squad3
#Muslimahpenaperadaban

Jumat, 08 Desember 2017

Daftar Anak Panah

Kita sesekali mesti belajar bagaimana menghadapi masalah dari Hellen Keller perempuan buta dan tuli yang mengguncang dunia dan ngaungannya masih terdengar sampai hari ini melalui bukunya dengan judul 'Kisah Hidupku' yang telah diterjemahkan kedalam 50 bahasa.

Dalam bukunya ia mengutip sebuah kata, "Walaupun dunia serat dengan derita, iapun serat dengan perjuangan untuk melampaui derita itu" Sebuah kutipan dari seorang wanita yang melampaui keterbatasannya. Hellen Keller, seorang wanita buta dan tuli yang berhasil meraih gelar diploma, sebuah gelar yang belum pernah diraih oleh orang seperti dirinya.

Jauh dari itu bagi kita seorang muslim mestinya lebih dapat bersyukur dari mereka. Kita bisa mengibaratkan hidup bagi seorang mukmin merupakan daftar anak panah yang berderet panjang.

Setiap anak panah itu adalah ujian ataupun masalah dari Sang Pencipta. Seorang mukmin harus lebih bisa mengarahkan fikirannya ke sesuatu yang positif melebihi manusia lain diliuar aqidah islam.

Kesadaran mesti dibangun bahwa terkadang hidup diwarnai dengan kondisi suka dan kondisi duka. Seorang mukmin tidak mengeluh apalagi menyalahkan Allah ketika sedang diuji dengan ujian seperti gagalnya sasaran sebuah impian dunia.

Pun bagi seorang muslim yang diuji dengan kenikmatan tak akan lupa bersyujur dengan karunia dari Allah. Sehingga Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mengungkapkan ketakjuban beliu. "Sungguh menakjubkan urusan orang beriman! Sesungguhnya semua urusannya baik. Dan yang demikian tidak akan dirasakan siapapun selain orang beriman. Jika ia memperoleh kebahagiaan ia bersyukur. Dan jika ia ditimpa mudharat, maka ia bersabar. Dan bersabar itu baik baginya. (HR. Muslim)

Walkahu 'alam bishawab

Oleh : Eka Trisnawati Anwar

#Day13
#Squad3
#Muslimahpenaperadaban

Rabu, 06 Desember 2017

Bisakah Menikah Tanpa Cinta

Membahasa tema universal ini memang tidak akan ada habisnya. Dan tidak hentinya orang akan berbicara masalah mencintai.

Ada yang bertanya seperti ini dalam chat wa pribadi.

[Assalamualaikum ukhti] Sebuah pesan wa pribadi meluncur di handphone saya.

Tidak lama kemudia tulisan 'sedang mengetik' terlihat. Dan hanya butuh beberapa detik pesan berikutnya pun masuk oleh orang yang sama.

[Apa iya kita bisa menikah tanpa ada rasa cinta yah ukhti? Karena saya melihat di sosial media, dalam islam dan apa yang sering di bahas ITP tentang pacaran itu haram, maka saya banyak menimbulkan pertanyaan, termasuk pertanyaan tadi ukhti.] Lanjutnya.

[Nah bagaimana sih ukhti menjawabnya? Bisakah menikah tanpa ada rasa cinta? Terima kasih ukhti, ditunggu jawabannya!] Ia mengakhiri pertanyaannya.

Ini hanya satu diantara banyak pertanyaan-pertanyaan seputar cinta dan pernikahan yang sering saya temukan.

Baiklah kita akan bahas tentang pertanyaan saudari Rahma (nama samaran) ini. Saya yang masih belajar ini akan berusaha memberi sedikit pejelasan dalam tulisan saya kali ini.

Pertama mari kita jujur pada diri kita, kebanyakan remaja jaman now ini mencari alasan-alasan yang seolah logis. Bahwa pacaran itu untuk mengenal calon yang akan jadi suami atau istri kita kelak, apakah layak jadi suami atau tidak.

Namun faktanya banyak para pencimta yang menikah karena pacaran akhirnya bubar setelahenikah. Ko kamu gini, ko kamu gitu, kamu sudah berubah, kamu kok ini, kamu kok itu, kamu ko berkokok. Eh jangan sampai yah.

Karena saat pacaran, yang dimunculkan dipermukaan adalah wajah-wajah yang baik-baiknya saja.
Maka menjadi sesuatu yang wajar jika saya mengatakan orang menikah karena pacaran atau cinta sebelum pernikahan itu tidak mutlak menjadikan keberhasilan dalam rumah tangga.

Dan juga tak ada jaminan orang yang pacaran sebelum menikah itu rumah tangganya tidak akan gagal. Karena cinta sebelum adanya ikatan pernikahan lebih banyak hanya bersifat emosional.

Keberhasilan membina rumah tangga lebih banyak bergantung pada faktor bisa tidaknya menyesuaikan diri dan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai pasutri.

Pun demikian pernikahan itu untuk meraih ridha dan menjalankan syariat, bukan hanya kebutuhan biologis semata atau karena adanya rasa suka yang menggebu tanpa dilandasi oleh syariat islam.

Nah kita kembali ke pertanyaan tadi. Orang yang tidak pernah pacaran atau saling cinta apakah bisa menikah?

Pernyataannya.Jika yang menjadi landasan ia menikah adalah karena ia sadar ingin menjalankan syariat maka saya rasa sangat bisa.

Bagi seorang muslim yang bertaqwa, ia menyerahkan segala ketentuan dari urusannya pada Allah.

Ia menikah karena cintanya pada Allah maka Allahpun inshaAllah akan menumbuhkan rasa cinta mereka, kemudian membalutnya dengan kehidupan sakinah mawaddah warahmah. Sebagaimana janji Allah azza wa jalla.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkam dalam (hati) mereka rasa sayang." (QS. Maryam: 96)

Sangat keliru jika manusia mengatakan menikah tanpa pacaran itu tidak bahagia. Lihatlah, Allahlah yang akan menanamkan rasa kasih sayang itu ke dalam hati-hati orang-orang beriman.

Bukankah manusia yang meninggalkan pacaran itu karena iman? Kuncinya adalah meyakini apa yang Allah telah perintahkan dan berusaha menjauhi larangannya.

Allah yang akan memberi kemudahan. InshaAllah

Wallahu a'lam bi ashawab

Oleh :Eka Trisnawati Anwar
IG :@eka_trisnawatianwar
Blog : ekashalihah.blogspot.com

#Day8
#Squad3
#Muslimahpenaperadaban

Senin, 04 Desember 2017

Pacaran dan Shaum

Kalian yang tidak pacaran itu umpama orang-orang yang shaum alias berpuasa.

Jika shaum, kita menahan nafsu syahwat, menahan dari makan, minum dan membicarakan aib orang lain. Maka orang yang senantiasa menjaga perasaan sebelum waktunya yakni pacaran menahan diri dari menyalurkan naluri cinta kita kepada orang yang salah pun harus ditahan sebelum waktunya.

Menahan untuk mengatakan kata-kata romantis kepada orang yang bukan suami atau istri, menahan dari menyentuh orang yang bukan suami atau istri kita, menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak mestinya dilakukan kepada orang yang salah dan belum waktunya.

Kita mesti meyakini bahwa shaum itu adalah wujud ketaqwaan kita pada Allah, pun dengan memilih tidak pacaran adalah juga wujud dari ketundukan kita pada perintah dan larangan Allah.

Bagi yang pertama kali puasa mungkin akan merasakan lelah fisiknya, cepat lapar, capek dan bawaannya pengen boboan dan ngadem. Iya nggak gays?

Jujur aja deh, sama halnya orang yang mungkin pertama kali ninggalin pacaran alias berusaha muve on dari pacaran itu bawaannya galau aja, baper dan pengen rasanya melihat si doi yang pernah berlabuh di hati. Ehem

Nah tapi bagi yang sudah terbiasa puasa, dia nggak akan cepat lelah, tidak cepat lapar dan ada juga yang malah semangat melakukan aktivitasnya. Bahkan memperbanyak ibadah.

Nah apa sih yang membedakan dua sikap pada seseorang yang sama-sama puasa ini.

Coba deh, ingat-ingat ketika baru hari pertama puasa ramadhan, bagi yang tidak biasa membiasakan diri pusa daud, senin kamis atau puasa sunnah yang lain maka hari pertama puasa di bulan ramadhan itu rasanya panjang dan lama. Cepat capek dan lapar, pengennya berendam dan bawaannya pengen baring.

Nah biasanya di hari ke empat sampai hari terakhir, sudah tidak terasa lagi dan sudah terbiasa.

Selain semangat perlu pula kita memahami makna atau tujuan juga keutamaan orang-orang yang berpuasa, maka ini akan menambah semangat kita dalam beribadah. Ini tugas kita untuk mencari tahu, agar ibadah terasa nikmat dijalankan termasuk meninggalkan aktivitas pacaran sebelum nikah.

Ini dia yang membedakan antara mereka yang memiliki pemahaman dengan orang yang hanya sekedar membebek.

Kata pepatah lama, iman tanpa ilmu itu bagai sayur tanpa garam alias tak ada rasany, hambar. Juga kata-kata yang lain, ilmu tanpa iman itu bagai taman tanpa bunga, apa indahnya coba.

Nah makanya setiap amalan termasuk meninggalkan pacaran itu kita kudu, mesti, pokoke harus memahami dan tau betul ilmu atas apa yang kita lakukan yah gays.

Orang-orang yang tidak pacaran sedang berjuang seperti saat shaum. nikmatnya dan pahalanya jalan ketika menjauhi zina dan menahan nafsu.

Ketika buka (baca: nikah) itu pahalanya pun doble dan terasa nikmat setelah sekian lama menahan seperti saat berbuka...

#Day7
#Squad3
#Indonesiatanpapacaran

Minggu, 03 Desember 2017

Gara-gara Pria Misterius

Rumah kami adalah rumah panggung, tangga untuk naik ke rumah ada dua. Satu di luar dan satu lagi di depan, yang diluar biasanya jarang kami lewati dan hanya dilalui kami penghuni rumah jika memang sangat perlu.

Bukan karena pamali atau dilarang, tapi itu adalah pembiasaan keluarga dan memang rasanya lebih mudah lewat tangga depan bagi kami.

Tangga diluar sepertinya memang di desain sengaja untuk tamu  gumamku kadang dalam hati, sebenarnya selalu penasaran akan hal itu tapi belum pernah bertanya ke bapak.

Kalau yang aku tau orang Bugis memang sangat menghormati dan menjunjung tinggi sikap hormat pada tamunya. Bukan karena aku orang bugis yah! Ini bukan narsis.

Aku berkesimpulan seperti itu jika membandingkan dengan tempat-tempat yang pernah aku datangi selama ini. Entahlah mungkin aku kurang piknik kali.

Tepat di samping tangga depan di kolong rumah, kami memiliki warung-warung kecil, sengaja bapak buat agar aku dan mamah tidak bosan jika tidak ada aktivitas dan juga ketika siang hari matahari serasa menyegat dan rumah terasa sangat panas.

Biasanya aku dan adik-adik dan mamah beristirahat di warung, jika siang hari. Kami semua ke kolong rumah untuk beristirahat karena cukup sejuk dibawah sana oleh pohon-pohon rambutan dan tanaman bunga di depan rumah yang berayun-ayun mengipas angin ke rumah kami.

Pagi itu aku sedang siap-siap untuk ke suatu tempat. Aku keluar teras depan memasang kaos kaki dan sepatu bersiap untuk berangkat.

Mama naik ke atas rumah setelah melayani pembeli, "Nak, tau tidak?  Laki-laki tadi setiap pagi bahkan sore selalu singgah di warung kita untuk belanja?" Tanya mamah dengan muka serius.

"Bagus dong Mah, pernah sih saya yang layani juga, memang ada apa Mah?" Tanyaku pada mama.

"Dia itu selalu menanyakan kamu!" Mamah seperti biasa serius tapi berusaha tersenyum saat berbicara agar suasana tidak menegang.

"Masa sih Mah? Pernah sih saya yang layani dan dia bertanya-tanya, masih kuliah apa sudah selesai? Ya saya jawab seadanya saja ke dia" Jawabku agak cuek menyembunyikan perasaan teganggku.

"Tuh, teman saya juga pernah ditanya juga sama dia mah, katanya, ini rumah Eka kan? dikirannya mungkin bukan, karena saya jarang keliatan." Jelasku ke mamah.

"Tapi saya nggak nampakin batang hidung, perasaan saya tidak enak saja liat orang itu mah! Kadang tatapannya agak aneh saja, tapi saya berusaha berbaik sangka saja" ungkapku ke mamah.

Bapak menyeruput kopi di depannya sambil mendengarkan kami bercakap. Ya biasa kalau emak sama anak cerita, apalagi aku dan mamah kalau cerita itu seperti sahabat saja.

"Tau tidak istrinya itu biasanya ikut sama dia ketika berangkat kerja, tapi akhir-akhir ini dia tidak pernah bawa istrinya lagi!" Kata mamah.

"Hihi Mamah ini yah, aneh-aneh aja mikirnya. Bisa jadi istrinya ingin istirahat atau lagi hamil, atau ada aktivitas lain Mamah sayaaang!" aku tertawa sambil gelitikin mamah yang sudah semakin kritis.

"Pesan Mamah kamu hati-hati sama orang itu yah nak, bicara seadanya saja sama dia dan jangan sampai cuek juga. Takutnya kamu di apa-apain" Raut muka mamah berubah sedih.

"Dia itu memang ganteng dan banyak uang, juga masih muda. Tapi dia terkenal sudah berkali-kali ganti istri, kamu hati-hati jangan sampai disentuh sedikitpun sama dia." Lanjut mamah.

"Iya mah, siap!" Aku tersenyum ke mamah lalu mengangkat tangan ke kening seperti sikap hormat dan bergegas mengambil tangan mamah dan bapak, mencium tangannya lalu berangkat.

Bersambung....


#Day7

#Squad3

#DWCjilid10

Gara-gara Pria Misterius

Rumah kami adalah rumah panggung, tangga untuk naik ke rumah ada dua. Satu di luar dan satu lagi di depan, yang diluar biasanya jarang kami lewati dan hanya dilalui kami penghuni rumah jika memang sangat perlu.

Bukan karena pamali atau dilarang, tapi itu adalah pembiasaan keluarga dan memang rasanya lebih mudah lewat tangga depan bagi kami.

Tangga diluar sepertinya memang di desain sengaja untuk tamu  gumamku kadang dalam hati, sebenarnya selalu penasaran akan hal itu tapi belum pernah bertanya ke bapak.

Kalau yang aku tau orang Bugis memang sangat menghormati dan menjunjung tinggi sikap hormat pada tamunya. Bukan karena aku orang bugis yah! Ini bukan narsis.

Aku berkesimpulan seperti itu jika membandingkan dengan tempat-tempat yang pernah aku datangi selama ini. Entahlah mungkin aku kurang piknik kali.

Tepat di samping tangga depan di kolong rumah, kami memiliki warung-warung kecil, sengaja bapak buat agar aku dan mamah tidak bosan jika tidak ada aktivitas dan juga ketika siang hari matahari serasa menyegat dan rumah terasa sangat panas.

Biasanya aku dan adik-adik dan mamah beristirahat di warung, jika siang hari. Kami semua ke kolong rumah untuk beristirahat karena cukup sejuk dibawah sana oleh pohon-pohon rambutan dan tanaman bunga di depan rumah yang berayun-ayun mengipas angin ke rumah kami.

Pagi itu aku sedang siap-siap untuk ke suatu tempat. Aku keluar teras depan memasang kaos kaki dan sepatu bersiap untuk berangkat.

Mama naik ke atas rumah setelah melayani pembeli, "Nak, tau tidak?  Laki-laki tadi setiap pagi bahkan sore selalu singgah di warung kita untuk belanja?" Tanya mamah dengan muka serius.

"Bagus dong Mah, pernah sih saya yang layani juga, memang ada apa Mah?" Tanyaku pada mama.

"Dia itu selalu menanyakan kamu!" Mamah seperti biasa serius tapi berusaha tersenyum saat berbicara agar suasana tidak menegang.

"Masa sih Mah? Pernah sih saya yang layani dan dia bertanya-tanya, masih kuliah apa sudah selesai? Ya saya jawab seadanya saja ke dia" Jawabku agak cuek.

"Tuh, teman saya juga pernah ditanya juga sama dia mah, katanya, ini rumah Eka kan? dikirannya mungkin bukan, karena saya jarang keliatan." Jelasku ke mamah.

"Tapi saya nggak nampakin batang hidung, perasaan saya tidak enak saja liat orang itu mah! Kadang tatapannya agak aneh saja, tapi saya berusaha berbaik sangka saja" Sambungku.

Bapak menyeruput kopi di depannya sambil mendengarkan kami bercakap. Ya biasa kalau emak sama anak cerita.

"Tau tidak istrinya itu biasanya ikut sama dia ketika berangkat kerja, tapi akhir-akhir ini dia tidak pernah bawa istrinya lagi!" Kata mamah.

"Hihi Mamah ini yah, aneh-aneh aja mikirnya. Bisa jadi istrinya ingin istirahat atau lagi hamil, atau ada aktivitas lain Mamah sayaaang!" aku tertawa sambil gelitikin mamah yang sudah semakin kritis.

"Pesan Mamah kamu hati-hati sama orang itu yah nak, bicara seadanya saja sama dia dan jangan sampai cuek juga. Takutnya kamu di apa-apain" Raut muka mamah berubah sedih.

"Dia itu memang ganteng dan banyak uang, juga masih muda. Tapi dia terkenal sudah berkali-kali ganti istri, kamu hati-hati jangan sampai disentuh sedikitpun sama dia." Lanjut mamah.

"Iya mah, siap!" Aku tersenyum ke mamah lalu mengangkat tangan ke kening seperti sikap hormat dan bergegas mengambil tangan mamah dan bapak, mencium tangannya lalu berangkat.

Bersambung....

Sabtu, 02 Desember 2017

Ingin Berteriak

Selalu ada momen dimana kita merasa lelah, ingin berteriak sekencang-kencangnya kepada diri sendiri.

Waktu dua puluh empat jam adalah waktu yang tidak sebentar. Selalu saja ada jalan lalai terhadap komitmen.

Contoh misal, diri saya yang kadang telat nulis dan post karena kecapean, ketiduran pas malamnya, atau karena terkendala aktivitas yang lain.

Atau mungkin diri kadang memang hanya mengkambing hitamkan seabrek akitivitas itu. Menjadikannya dinding bersembunyi dari kekurangan diri sebenarnya.

Wahai diri lihatlah
Imam Malik menyedikitkan waktu tidurnya untuk menggali ilmu dan menorehkannya guna diwariskan untuk umat sepanjang zaman. Padahal usianya empat puluh sembilan tahun, bukan usia yang muda bukan?

Cobalah belajar dari Imam Syafi'i rahimahullah yang pandai membagi waktu malamnya menjadi tiga, yakni sepertiga pertama untuk menulis ilmu, sepertiga kedua untuk shalay malam, dan sepertiga ketiga untuk tidur.

Masih kah kurang juga?
Renungkanlah seseorang yang selama empat puluh tahun dari penghujung usianya, Ibnu Jarir mampu menulis sebanyak empat puluh halaman setiap hari.

Apakah saat itu ada smarthone, apakah saat itu sudah ada komouter, apakah saat itu ada percetakan, apakah saat itu sudah ada listrik?

Tentu tidak, kindisi mereka bukan penghalang menjadikan diri mereka berkarya besar.

#Day6
#Squad3
#30DWCjilid10

Jumat, 01 Desember 2017

Manusia Kuat

Saat  keringat perjuangan jadi tetesan embun sejuk.

Saat air mata kesabaran jadi saksi

Saat istirahat jadi pengobat kepenatan Saat itulah kepasrahan atas diri yang lemah mengadu pada-Nya.

Semoga semua yang mereka lakukan untuk dakwah hari ini dibalas surga oleh Allah rabbul 'alamin.

Ya Allah....
Di malam-Mu yang semakin gulita
Semangat mereka masih berkobar membakar segala ego
Dingin malam menusuk sukma 
Tak akan menelungkupkan tumit-tumit mereka.

Alumni 212
Bukan hanya angka unik
Bukan hanya sekedar orasi
Juga bukan sekedar pertemuan.

Mereka manusia kuat yang berjiwa kuat
Mereka bangkit dan mengokohkan perjuangan
Menyuarakan persatuan.

Kaki-kaki masih memijak bumi
Namun harapan melangit menembus awan melejit
Hanya pada-Mu Ilahi Rabbi.

Dalam segala keterbatasan
Penuh pengharapan dan alasan
Mereka menjadi manusia kuat
Saling berangkulan erat.

Saling mencinta karena bertemu
Dan saling bertemu karena cinta
Ah entahlah alasannya apa
Semoga Engkau balas dengan surga.

#Day5
#Squad3
#30dwc10

Mendidik Anak Usia Dini

Terkadang saya mendengar perkataan orang tua yang mengatakan otak anak saya belum siap menempuh pendidikan dan belajar. Padahal ...