Sabtu, 30 Mei 2020

Mendidik Anak Usia Dini

Terkadang saya mendengar perkataan orang tua yang mengatakan otak anak saya belum siap menempuh pendidikan dan belajar.

Padahal kita banyak temui anak-anak yang masih usia dini sudah bisa menghafal Qur'an, bukan hanya sebagian tapi keseluruhan isi Al Qur'an. MaasyaAllah

Tapi itu kita temui pada keluarga yang memang orang tuanya adalah orang tua hebat dan memiliki pemahaman yang baik.

Lalu kita di kampung? 

Jangan berkecil hati.
Al-Qur'an itu Allah telah dimudahkan untuk dihafal. Tapi hanya yang hatinya bersih dan suci.

Anak-anak kita masih suci dan bersih maka ia akan muda menerima dan menghafal Quran. Al Qur'an terbukti mampu difahami dan dipelajari orang berbagai kalangan.

Namun dengan catatan kita harus senantiasa menjaga kesucian dan kebersihan otak anak-anak kita. Jangan mengotori mereka dengan perkataan kasar, cacian, ejekan bahkan pukulan fisik. Karena secara tidak langsung kita telah membunuh syaraf-syaraf otak mereka dan juga kita telah memberikan pendidikan yang tidak semestinya secara tidak langsung

Dalam mendidik anak ada fase-fase dan cara pendidikan yang harusnya diterapkan kepada anak. Kita tidak harus memaksakan mereka harus memburu target hafalan, kita tidak mestinya memaksakan mereka memiliki kemampuan cepat seperti anak-anak yang lain.

Yang pertama yang harus ditanamkan kepada mereka adalah cinta dan keteladanan. 

Cinta kepada siapa? Tentu kepada Allah SWT. 

Lalu bagaimana anak bisa memahami cinta kepada Allah sementara usianya masih dini? 

Nah ini ada kaitannya dengan yang kedua. Teladan.

Teladan kepada siapa? Baginda dan para orang-orang shaleh. Eits tapi ingat, seorang anak lebih cenderung belajar kepada apa yang ia sering lihat. Jangankan anak, orang tua pun demikian. Yang saya maksud adalah, orang tua lah yang pertama kali harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. 

Jika kita ingin anak mencintai Allah SWT. Perlihatkan bahwa kita begitu mencintai Allah SWT. Maka dengan sendirinya anak akan bertanya, "Ibu kenapa ibu selalu shalat? Ibu kenapa kita harus Shaum? Ibu kenapa ibu harus menutup aurot kalau ada lelaki asing? Dan seterusnya. 

Nah lewat teladan inilah anak akan mencintai apa yang dicintai orang yang ia teladani itu. Yakni orang tua.

Ajari mereka kelembutan dengan berbicara kepada mereka dengan lembut. Ajari mereka bersedekah dengan membawa mereka saat kita hendak berbagi. Ajarkan mereka rajin tilawah dengan cara memperlihatkan betapa rajinnya kita orangtanya bertilawah Qur'an. Ajarkan mereka kasih sayang dengan cara tidak membeda-bedakan dan membandingkannya dengan saudaranya. Ajarkan mereka kepedulian dengan cara peduli terhadap apa pun yang ia ceritakan. 

Itu adalah pendidikan. Yang perlu diketahu orang tua, bahwa anak kita pada usia 2 sampai 3 tahun, otak mereka sudah mampu menampung memori. Maka alangkah indahnya jika yang pertama kali ditampung otak anak kita adalah ayat-ayat Al Qur'an.

Usia 3-6 tahun, kemampuan anak menerima pengetahuan, mengambil pelajaran dan mencontohnya telah mencapai puncaknya. Inilah usia emas anak atau yang sering kita dengar dengan istilah Golden Age

Alangkah indahnya jika masa emas ini diisi orang tua dengan hal-hal berkualitas untuk nutrisi otak anak. 

Oleh: Eka Trisnawati Anwar
Pembina RQ Al-Istiqomah Binturu



Selasa, 26 Mei 2020

Aku Ingin Meneladani Empat Wanita Penghuni Surga


Di era serba instan ini, banyak godaan materi yang senantiasa dihadapi oleh kaum perempuan. Namun, untuk menghindari godaan-godaan tersebut kita selalu diingatkan oleh Allah untuk memulai sesuatu hal dengan bersyukur. 

Bersyukur dengan apa yang dalam diri, khususnya bersyukur terhadap segala hal yang tidak tampak, seperti ketaatan, kesehatan diri, ketenangan yang ada di dalam hati, serta lingkungan yang baik.Itulah nikmat syukur yang harus kita dahulukan, sebelum mensyukuri hal lain.

Terkait dengan qalbu, kita juga harus melakukan permohonan maaf dan memaafkan. Tak sedikit keadaan yang membuat kita jengkel atau sedih, dimana di luar kendali kita. Oleh karena itu, setiap hari diusahakan kita berintrospeksi diri dengan meminta maaf dan memaafkan. Jangan sampai, ketika kita berbuat amalan, masih ada satu ganjalan dalam hati yang kita rasakan, yaitu mendendam.


Saudaraku, ketika kita ditanya: “Bagaimana menjadi perempuan dambaan syurga?“, kita tidak perlu mencari buku atau broswing internet, karena Allah telah memberikan pedoman lengkapnya, yaitu melakukan perbuatan dan ibadah yang didambakan oleh syurga, sesuai al-Qur’an dan As-Sunah.

Saat ini perempuan identik dengan kecantikan lahiriah, sampai-sampai banyak produk kecantikan yang memberikan iming-iming kulit putih dalam waktu satu minggu. Sayangnya tidak jarang para perempuan tidak melihat berapa harga yang ditawarkan. Asal bisa putih dan cantik, mereka berharap bisa membayar berapa pun. Padahal, ada kecantikan yang tak akan pernah pudar yaitu yang ada dalam qalbu. Kecantikan itu berupa ketaatan kepada Allah, kesederhanaan, kelembutan dan pengorbanan.

Dalam Surat An-Nahl (16) : 97 berbunyi : “ Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa telah mereka kerjakan.

Dalam surat tersebut kita mengerti, bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal kebajikan harus disertai iman.Ketika iman sudah bersemayam dalam qalbu, dan ketika melakukan kebaikan maka Allah akan membalasnya dengan balasan yang baik pula.

Melalui media elektronik kita bisa melihat, perempuan yang mempunyai paras cantik dan kepintaran, dipuja-puja di ajang Miss Universe. Tak dapat dipungkiri, jika beberapa remaja mengidolakan mereka. Melihat fenomena tersebut, para ibu harus menanamkan pada anak-anak mereka sejak dini, bahwa perempuan yang didamba syurga bukan mereka yang bergelar Miss Universe atau Putri Indonesia, tetapi seperti yang ada dalam sebuah hadist berikut ini:
Wanita paling utama di surga adalah Khadijah binti Kuwalid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imrah dan Asiyah binti Muzahim istri Fir’aun.” (HR.Ahmad dan Thabrani)

Perempuan dambaan al-Qur’an adalah sebagaimana Khadijah, Fatimah, Maryam, maupun Asiyah. Kita sebagai perempuan harus meneladani sifat-sifat mereka, bukan meniru sifat-sifat Miss Universe, Putri Indonesia, atau perempuan-perempuan yang masih jauh dari syariat Islam atau masih melanggar perintah Allah.

Berbicara tentang Khadijah binti Khuwalid , ada ucapan Rasulullah untuk Ummul Mukminin Khadijah kita yaitu “Allah SWT tidak akan memberikan wanita pengganti untukku yang lebih baik darinya. Ia beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar kepadaku. Ia mempercayaiku ketika orang – orang mendustakanku, ia menghiburku dengan hartanya ketika orang-orang menghalangiku. Ia memberiku anak keturunan ketika istri-istriku yang lain tidak bisa memberinya untukku.

Kisah tersebut menjelaskan, bahwa saat Rasulullah mendapatkan wahyu di Gua Hira, maka Khadijahlah adalah wanita pertama yang menenangkan, sekaligus beriman dan mempercayai Muhammad sebagai Rasul. Ketika itu, Khadijah juga mengorbankan hartanya untuk berjuang di jalan Allah. Masya Allah. Begitulah Khadijah, wanita yang penuh pengorbanan selama hidupnya.

Ketika berbicara tentang Fatimah binti Muhammad, maka dalam sebuah hadist disebutkan, bahwa “Sesungguhnya Fatimah adalah pemimpin wanita penghuni surga.” (HR. Al-Hakim). Bahwa Fatimah menggantikan fungsi ibunya dalam mengurusi ayahnya Rasulullah SAW, setelah ibundanya wafat. Ia hidup dalam kesederhanaan dan sifat yang paling menonjol adalah tidak pernah mengeluh akan kekurangan hartanya.

Begitu pula Asiyah binti Muzahim. Ia adalah suri tauladan bagi wanita beriman. Ia adalah istri Firaun, pemimpin yang mengaku Tuhan, sangat berkuasa, kafir, dan menggetarkan istana, karena kesyirikan dan paganismenya. Meski istri seorang Firaun, iman Asiyah sangat dalam. Hubungannya dengan Allah sangat kuat, pemahamannya luar biasa, ucapannya halus, logikanya tajam, dan permintaannya halus.

Perempuan terakhir dambaan al-Qur’an adalah Maryam ibunda Isa AS. Dalam surat Ali Imron ayat 42 tertulis: “Hai maryam sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa  hidup dengan kamu).“. Ia adalah satu-satunya perempuan suci, yang melahirkan putra tanpa ayah. Satu-satunya perempuan yang namanya disebut dalam Al-Qur’an beberapa kali. Bahkan ia menjadi nama salah satu surat dalam Al-Qur’an.
Saudaraku, semoga kita semua dapat berusaha meneladani perempuan dambaan Syurga di atas. Amiin. 

Oleh, Ust. Bachtiar Nasir


Senin, 18 Mei 2020

Alhamdulilah Sayalah Yang Belajar


Yang belajar bukan mereka (Santri) Tapi sayalah yang sedang Allah didik. 

Alhamdulillah. Lewat Corona Allah mengajarkan bagaimana menangani anak sebanyak ini sendirian, dengan karakter yang berbeda-beda. 

Cara menyampaikan pelajaran juga harus beda. Ditambah rasa pendidikannya juga pasti lebih ekstra karena berada di bulan sabar. Semua begitu nikmat, semoga senantiasa menikmati setiap pembelajaran dari Allah SWT lewat RQ ini.

Minggu, 17 Mei 2020

Kangen Belajar Ke Luar Pulau


Pict... November 2019 di Kota Malang yang indah🥰💖  

Semoga Covid-19 segera berakhir.... 

Hal yang ingin sekali saya lakukan adalah mencari ilmu, ketemu  langsung sama ahlinya. Oyah ini tiga RQ, kami studi tour, semua bawa personil dan saya hanya sendiri. Saat itu benar-benar bermodal Bismillah dan Bi idznillah. Alhamdulillah meski hampir kebanyakan yang sebelumnya belum kenal akhirnya bisa seperti sudah lama kenal. Islam memang indah, dan semua yang Allah senangi insyaAllah indah. Seindah Kamu 🤭🤫 Upss, jangan laper yaah 😇 
Tapi kamu yang baca tulisan ini memang indah kok. Aamiin

Kamis, 16 April 2020

Bukan Cinta Biasa

DAY 2
"Ramadhan Bersama Pelita Revowriter"

Bukan Cinta Biasa

Oleh: Eka Shalihah

Assalamualaikum sahabat dumay, malam ini aku harus menyelesaikan hal yang sudah aku mulai

Meski agak telat. Di sini sudah pukul 00.45
Oke tidak menyapa eh maksudnya tak mengapa .

Demi terciptanya Pelita yang menerangi seantero dumay dengan hal-hal yang positif dalam menyambut milad revo dan menyemarakkan challenge dari cikgu Kholda Najiyah sekaligus tentu saja special banget menyambut bulan peuh kemuliaan yakni bulan suci Ramadhan.

Tulisan kali ini dan dua puluh delapan hari kedepan aku lebih memilih untuk menulis santai. seperti yang aku tulis di day one, aku akan menulis apa yang mau aku tulis meski sebenarya aturannya seorang pengemban dakwah itu harusnya menuliskan apa yang harusnya ditulis

 Tapi apa mau dikata
 Malam ini aku cuma mau cerita tentang cinta.

Wahh Cinta....
Tulisannya pasti baper lagi?
Dasar bucin!

Eits, jangan langsung sinis begitu doong

Kenapa cinta?
Karena berbicara cinta, siapa tahu aja ada banyak yang like (Ah mulai deh)

Jadi sebenarnya cinta itu kan katanya unik dan tak bisa digambarkan dengan kata-kata, tapi malam ini aku ingin membuat satu quotes untuk cinta yang satu ini

"Cinta itu unik dan kadang tak masuk nalar bagi yang punya cinta biasa. Tapi bagi penikmat cinta hakiki, berkorban nyawa baginya adalah perkara yang ringan"

Waah

Luar biasa bukan. 

Cinta itu sebenarnya biasa
sangat biasa dan fitrah bila orang mencintai siapa saja yang berbuat baik padanya.

Ada orang yang memberikan uang sratus ribu kepadamu, niscaya kamu menyukainya. Ada yang memberikanmu pakaian kesukaan kepadamu, pasti kamu menyukainya.

Namun bukankah yang meliputi manusia dengan karunia dan nikmat berupa nikmat lahir dan batin adalah Allah?

Jadi tidak heran jika manusia mencintai Allah, karena Ia telah berbuat baik kepadanya.

Tapi cinta yang aku herankan adalah ketika Allah mencintai seorang hamba.

Yang Ia sendiri mampu membuat siapa saja tunduk padanya. Tapi sekali lagi ia begitu rahman

Kisah ini adalah kisah cinya yang digambarkan Abdullah bin Amr Al-Anshari salah seorang mujahid, ketika dia turun pada perang Uhud. 

Dia menoleh ke arah langit, namun sebelumnya ia telah mengkafani dirinya terlebih dahulu. Lalu dia memakai wewangian dan memecahkan sarung pedangnya dengan lututnya. Lalu dia berkata, "Ya Allah ambillah darahku pada hari ini, sehingga Engkau ridha kepadaku. 
Ya Allah sesungguhnya aku sangat ingin berjumpa dengan-Mu, maka janganlah Engkau tolak perjumpanku dengan-Mu pada hari ini."

Lalu dia memasuki medan perang. Allah sudah mengetahui bahwa dia jujur dengan tekadnya  dan Allah sudah mengetahui bahwa dia ikhlas. Akhirnya dia pun memperoleh mati syahid dalam pertempuran tersebut . 

Rasulullah berkata kepada anaknya, "Wahai jabir, tahukah engkau bagaimana Allah memperlakukan ayahmu?

Jabir menjawab, "Demi Allah, saya tidak tahu, wahai Rasulullah," Maka Rasulullah bersabda,
"Demi dzat yang jiwaku ada pada genggaman-Nya, sungguh Allah telah mengajaknya berbicara tanpa ada penerjemah." "Allah berfirman "Wahai hambaku berharaplah kamu."

Maka Abdullah Bin Amr berkata, "Wahai Rabku saya berharap agar Engkau mengembalikanku ke dunia, lalu saya terbunuh lagi kedua kalinya."

Allah berfirman," Sesungguhnya aku telah membuat ketentuan kepada diriku bahwa mereka (orang-orang ang sudah meninggal dunia) tidak akan dikembalika kepada dunia, maka berharplah yang lain"

dia berkata, "Saya mengharapkan supaya Engkau ridhan terhadaku, karena aku telah ridha terhadap ketentuanmu."

Bukankah ini adalah cinta?
Bahkan ini adalah cinta yang paling agung.

Cinta. Ya demikianlah cinta
Ia akan menembus batas-batas kewajaran
Bahkan akan meminta apa yang paling manusia cintai. Bahkan dirinya sendiri

Ramadhan bersama Revo Pelita sebentar lagi
Jika cinta akan meminta pengorbanan dan perjuangan
Perjuangan dan pengorbanan seperti apa yang telah kita rancang dan siapkan untuk menyambut bulan termulia ini?

Bukankah Abdullah bin Amr telah siap dengan kain kafan yang telah ia pakai sendiri, lalu maju ke medan perang?

Cinta macam apa yang mereka miliki?
Dan cinta macam apa yang kita miliki?
Yaa jelas.... Ini yang akan menentukan surga dan kedudukan kita pula di hadapan Allah Swt

Bukankah dicintai oleh yang Maha Segalanya adalah cinta yang diharap?
Bukankah cinta itu adalah cinta yang tak biasa? 
Semoga kita semua menjadi orang yang dicintai Allah Swt dan mendapatkan kecintaanNya

Aamiin

#milad8revowriter
#RamadhanBersamaRevowriter
#Pelita11Revowriter
#Bukancintabiasa
#Day2

Rabu, 13 November 2019

Tidak Melakukan Haji, Namun Ia Dicatat Sebagai Orang Berhaji Karena Amalan Ini

Pada suatu masa ketika Abdullah bin Mubarak berhaji, ia tertidur di Mesjidil Haram. Dia bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit lalu yang satu berkata kepada yang lain, “berapa banyak orang yang berhaji pada tahun ini?”

Jawab yang lain, “Enam ratus ribu.”

Lalu ia bertanya lagi, “Berapa banyak yang diterima?” Jawabnya. 

“Tidak seorangpun yang hajinya diterima, hanya ada seorang tukang sepatu dari Damsyik bernama Muaffaq, dia tidak dapat berhaji tetapi diterima hajinya sehingga semua yang haji pada tahun ini diterima berkat hajinya Muaffaq.”

Ketia Abdullah bin Mubarak mendengar percakapannya itu, maka terbangunlah ia dari tidurnya, dan langsung berangkat ke Damsyik menca,ri orang yang bernama Muaffaq itu sehingga ia sampai ke rumahnya. Dan ketika diketuk pintunya, keluarlah lelaki dan segera ia bertanya namanya. Jawab orang itu, “Muaffaq” Lalu abdullah bin Mubarok bertanya padanya, “kebaikan apakah yang telah engkau lakukan sehingga mencapai derajat yang sedemikian itu?” 

Jawab Muaffaq, “Tadinya aku hendak berhaji tetapi gagal karena keadaanku, tetapi aku mendadak mendapat uang tiga ratus dirham dari pekerjaanku membuat dan menempel sepatu, lalu aku berniat haji pada tahun ini sementara istriku sedang hamil, maka suatu hari dia mencium bau makanandari rumah tetanggaku dan ingin makanan itu, maka aku pergi ke rumah tetanggaku dan menyampaikan tujuanku yang sebenarnya kepada wanita tetanggaku itu.

Jawab tetanggaku, “Aku terpaksa membuka rahasiaku, sebenarnya anak-anak yatimku sudah tiga hari tanpa makanan, karena itu aku keluar mencari makanan untuk mereka. Tiba-tiba aku mendapat bangkai himar disuatu tempat , lalu aku potong sebagiannya dan membawanya pulang untuk dimasak, maka makanan ini halal bagi kami dan haram untuk makanan kamu.”

Ketika Abdullah bin Mubarak mendengar jawaban itu, aku segera kembali ke rumah dan mengambil uang tiga ratus dirham dan kuserahkan kepada tetanggaku tadi seraya berpesan agar tersebut dibelanjakan untuk anak-anak yatim binaanya.

“Sebenarnya hajiku adalah di depan pintu rumahku.” Kata Muaffaq lagi.

Demikianlah cerita yang berkesan bahwa membantu tetangg yang kelaparan amat besar pahalaya apalagi di dalamnya terdapat anak-anak yatim. Dalam cerita ini pula kita belajar bagaimana kita mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan pribadi amat dicintai Allah Swt.


umber :Dikutip dari buku yang berjudul Akhlak Anak Islami penulis Qomari, S.Pd

Minggu, 10 November 2019

Anak Bisa Menjadi Sebab Musibah, Jika Orangtua Meremehkan Hal Ini

Dari berbagai buku yang telah saya baca tentang pendidikan anak, hampir di awal bab selalu diawali dengan pernikahan yang ideal. Itu artinya, pendidikan pertama dan utama dibentuk dari kedua orangtua.

Dalam berbagai penelitian pun sebagaimana disebutkan Junaedy Alfan, seorang Peneliti dan Praktisi Pendidikan berbasis Adab & IT, beliau mengungkapkan bahwa dalam berbagai penelitian didapatkan kesimpulan bahwa rumah adalah tempat pendidikan yg paling efektif dan memiliki porsi paling dominan dalam membentuk karakter seseorang. Seperti apa model anak tergantung seperti apa pola pendidikan di rumah oleh orang tuanya khususnya bagaimana ibunya.

Beliau menjelasan pula, bahwa para Ibu dari ummatus salaf telah membuktikan peran itu dalam melahirkan imam imam besar yg kita kenal sepanjang zaman.

Siapa yang mengajarkan Imam syafi’i kecil umur tujuh tahun sudah hapal alquran dan membawa hijrah ke Mekah untuk belajar berbagai disiplin Ilmu?

Siapa yang memandikan imam malik kecil pagi-pagi dan memakaikan pakaian lalu menyuruhnya pergi belajar adab dan ilmu kepada gurunya?

Siapa yang mendorong dan membawa imam Bukhari kecil ke Mekah untuk belajar hadis?

Siapa yang menghabiskan harta yang banyak untuk pendidikan guru imam Malik Rabi’atur Ra’yi?

Mereka adalah wanita janda, ibu imam Syafi’i, ibu imam Ahmad, Ibu Imam Bukhari, ibu Rabi’atur Ra’yi ditinggal suami berjihad sejak hamil sampai tua baru ketemu.

Demikianlah dahsyat, penting dan besarnya pengaruh seorang calon ibu dan ibu dalam membentuk karakter dan kesuksesan anak-anaknya.

Bukan hanya itu, orantua adalah faktor besar yang menyebabkan terjadinya kenakalan pada anak. Karenanya hendaknya seorang ibu dan calon ibu memperhatikan perannya kelak dalam memikul amanah dan melaksanakan tanggung jawab terhadap orang yang harus ia pelihara dan didik.

Dalam sebuah syair dikatakan,
Ibu adalah sekolah yang jika engkau
Telah mempersiapkannya
Berarti engkau telah mempersiapkan
Suatu bangsa yang mempunyai akar-akar
Yang baik.

Bukankah baginda Nabi berpesan, ibu adalah seorang pemimpin di dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya.

Tanggung jawab rumah dan keluarga bukan hanya peran seorang bapak seorang diri. Ibu dan bapak harusnya bekerja bersama dan saling tolong menolong dalam menyiapkan generasi dan menididik anak-anak.

Karena itu, jika ibu lebih mementingkan karirnya dan seorang bapak meremehkan tanggung jawab mengarahkan dan mendidik anak, maka anaknya tidak berbeda dengan anak yatim. Bahkan DR Nashih Ulwan mengatakan bahwa anak yang yang kedua orangtuanya seperti ini akan menghasilkan anak yang menjadi sebab kerusakan umat. Naudzubillah, bukankah ini adalah musibah.

Benarlah kata seorang penyair
Bukanlah anak yatim itu anak yang
Kedua orangtuanya telah selesai
Mengandung derita hidup (mati)
dan meninggalkannya sebagai anak yang hina
Tetapi anak yatim itu adalah yang mendapatkan seorang ibu yang menelantarkannya atau seorang bapak yang sibuk (tidak menghiraukannya)

Betapa ngerinya dan malunya kita sebagai seorang ibu atau bapak yang masih sehat, namun anak-anak kita tidak ada bedanya dengan anak yatim.

Semoga kita semua dimampukan menjadi umat yang kokoh dalam membangun peradaban, menebar ilmu. Semoga kita bisa menjadi orangtua dan pendidik yang mampu berjalan di atas jalan yang lurus dalam mendidik anak. Sehingga kelak kita bisa menyaksikan anak-anak dan generasi kita bagaikan malaikat dalam hal kejernihan jiwa dan ketaatan pada perintah rabbnya. Serta mereka menjadi teladan bagi orang lain dalam setiap kemuliaan.

Mendidik Anak Usia Dini

Terkadang saya mendengar perkataan orang tua yang mengatakan otak anak saya belum siap menempuh pendidikan dan belajar. Padahal ...