Selalu ada momen dimana kita merasa lelah, ingin berteriak sekencang-kencangnya kepada diri sendiri.
Waktu dua puluh empat jam adalah waktu yang tidak sebentar. Selalu saja ada jalan lalai terhadap komitmen.
Contoh misal, diri saya yang kadang telat nulis dan post karena kecapean, ketiduran pas malamnya, atau karena terkendala aktivitas yang lain.
Atau mungkin diri kadang memang hanya mengkambing hitamkan seabrek akitivitas itu. Menjadikannya dinding bersembunyi dari kekurangan diri sebenarnya.
Wahai diri lihatlah
Imam Malik menyedikitkan waktu tidurnya untuk menggali ilmu dan menorehkannya guna diwariskan untuk umat sepanjang zaman. Padahal usianya empat puluh sembilan tahun, bukan usia yang muda bukan?
Cobalah belajar dari Imam Syafi'i rahimahullah yang pandai membagi waktu malamnya menjadi tiga, yakni sepertiga pertama untuk menulis ilmu, sepertiga kedua untuk shalay malam, dan sepertiga ketiga untuk tidur.
Masih kah kurang juga?
Renungkanlah seseorang yang selama empat puluh tahun dari penghujung usianya, Ibnu Jarir mampu menulis sebanyak empat puluh halaman setiap hari.
Apakah saat itu ada smarthone, apakah saat itu sudah ada komouter, apakah saat itu ada percetakan, apakah saat itu sudah ada listrik?
Tentu tidak, kindisi mereka bukan penghalang menjadikan diri mereka berkarya besar.
#Day6
#Squad3
#30DWCjilid10
Semangat terus Kak, aku juga kadang gitu. Huhuhu
BalasHapusIya Ndu,.... kdng menggerutu sama diri sndiri. Gemes sediri
BalasHapusAlhmdulillahnya ada yg selalu nyemangatin....