MEMILIH AKHERAT KETIMBANG DUNIA
Oleh : Nasrudin Joha
Dunia sosmed gempar, Hulu Balang istana mendapat mandat khusus dari Raja Kodok untuk mencari dan menemukan sosok dibalik Nasrudin Joha. Nasjo (akronim dari Nasrudin Joha), dianggap sering membongkar makar istana, dan merusak konsepsi damai yang dibangun diatas onggokan tulang belulang penderitaan rakyat.
Hulu balang mendapat mandat khusus, untuk membawa dan menemukan sosok Nasrudin Joha hidup atau mati. Sang Hulu Balang, akhirnya dengan seluruh perangkat dah alat kekuasaan negara mampu menemukan dan memaksa menghadirkan Nasjo ke istana.
Dalam pertemuan itu, terjadilah dialog antara Nasjo dan Hulu Balang istana :
"Wahai syaikh Nasjo, apa pendapat Anda tentang kekuasaan ?" Tanya sang Hulu Balang.
"Kekuasaan adalah wewenang, untuk memerintah dan melarang, dalam rangka memenuhi hajat hidup rakyat. Kekuasaan yang adil, adalah kekuasaan yang melayani, memenuhi setiap hajat hidup rakyat, memerintah dan melarang berdasarkan perintah dan larangan Allah SWT, tanpa menyelisihi-Nya, sedikitpun". Jawab Nasjo.
"Lantas, apa pandangan Anda terhadap kekuasaan sang Maharaja Sripaduka Raja Kodok ?" Sergah sang Hulu Balang.
"Kekuasaan yang zalim". Jawab Nasjo singkat.
Hulu Balang: "Wahai, apa yang menyebabkan Anda menyebut kekuasaan zalim, padahal Raja kodok juga sholat dan memberi kebebasan rakyat untuk sholat ?".
Nasjo: "Zalim adalah sebutan bagi penguasa yang menerapkan hukum bukan berdasarkan perintah dan larangan Allah SWT. Sholat, hanya salah satu hukum yang ketika ditegakkan tidak menghilangkan predikat zalim atas sejumlah hukum lain yang ditelantarkan".
Hulu Balang: "Lantas, apakah ada jalan agar kekuasaan zalim itu agar berubah menjadi adil ?".
Nasjo: "Ada, tegakan syariat Islam secara kaffah".
Hulu Balang: "Baiklah, nampaknya perdebatan teoritis ini tidak akan berakhir. Saya langsung ke pokok persoalan. Maukah Anda berdamai dengan kekuasaan Raja Kodok ? Saya akan hamparkan dunia, untuk mencukupi seluruh kebutuhan Anda "
Nasjo: "Apa yang diberikan raja kodok kepada Anda ?"
Hulu Balang: "Banyak, sangat banyak".
Nasjo: "Saya yakin, apa yang Anda berikan kepadaku tentu lebih kecil ketimbang apa yang Anda terima dari Raja Kodok".
Hulu Balang: "Apakah Anda ingin bagian yang sama dengan yang saya terima, atau lebih ? Silakan, sebutkan apa yang Anda inginkan ..."
Nasjo: "Apa yang dimiliki Raja Kodok, junjungan Anda ?"
Hulu Balang: "Jelas, dia punya segalanya. Dia itu sang raja, penguasa, yang bisa memberikan apapun yang engkau inginkan..,"
Nasjo: "Jika aku meminta dunia dan seisinya ?"
"Sudahlah, tidak perlu dijawab. Raja Kodok tak akan mampu memberikan dunia dan seisinya kepadaku. Kekuasaanya pun berdiri diatas pilar yang ringkih".
"Sementara, aku tidak membutuhkan dunia dan seisinya. Dengan dua rakaat sebelum sholat subuh, aku telah mendapatkan itu. Saat ini, aku hanya menginginkan akherat"
Hulu Balang: "Sombong sekali kau wahai syaikh Nasjo. Ketahuilah, jika saya tak sanggup menundukanmu dengan kebajikan, maka saya juga bisa memaksamu tunduk dengan kemudharatan !"
Nasjo: "Kemudharatan Apa yang bisa kau timpakan kepadaku ? Kesulitan hidup ? Kesempitan ekonomi, penyakit ? Atau kematian ? Itu bukan kemudharatan hidup. Kemudharatan itu hanya terjadi jika Anda mampu memisahkan akidah Islam dari jiwaku".
"Sementara kemudharatan yang kau ancamkan, itu tidak akan pernah terjadi tanpa izin dari Allah SWT. Rabb semesta alam".
Hulu Balang: "Apakah kau menginginkanku mempercepat ajalmu, jauh lebih cepat dari apa yang tertulis di Lauful Mahfudz ?".
Nasjo: "Kau tidak bisa melakukan itu, hanya Allah SWT yang berkuasa".
Hulu Balang: "saya bisa saja merampas kekuasaan Allah itu, dan hari ini aku timpakan ajal kepadamu dengan pendahuluan siksa yang dibuat sangat pedih dan menyakitkan".
Nasjo: "Jika demikian, bukankah sama saja Anda mendekatkanku dengan akherat ? Dengan surga ? Dengan kehidupan abadi yang telah aku pilih ketimbang dunia yang Anda tawarkan ?"
"Bukankah dengan menyiksaku, membunuhku, Anda telah kalah dalam perdebatan ini. Lantas, apa hebatnya Anda seorang Hulu Balang jika menghadapi orang seperti aku saja harus dengan kekerasan ?".
"Jika Anda membunuhku, atau memenjarakanku, atau menyiksaku, berarti Anda telah kalah secara intelektual. Padahal, Anda adalah orang yang memiliki derajat dan kemuliaan yang tak pernah ingin dikenang sebagai pecundang"
"Nampaknya perdebatan kita selesai. Aku pamit, dan aku bersedia berdebat lagi jika Anda telah memiliki argumentasi menawarkan kompensasi lebih besar ketimbang akherat yang aku inginkan".
"Dan aku pastikan Anda tidak akan mampu mencarikan kompensasi itu. Artinya, Anda baru akan bertemu denganku ketika Anda sadar bahwa kekuasaan ini harus diatur dengan syariat Islam dan Anda menginginkan aku untuk membimbing Anda dalam ikhtiar nyata memperjuangkan syariat Islam".
====================================
Tanpa berlama-lama, Nasrudin Joha pergi meninggalkan Hulu Balang yang sedang bingung dan bengong di kursi kebesarannya. Sang Hulu Balang, juga tak sanggup memberi perintah kepada pengawal istana yang sejak tadi berdiri tegap dan menyimak setiap pembicaraan. [].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar