Senin, 26 Februari 2018

Syukuri saja

"Ukhti kok santai saja menjalani hidup tanpa pacaran? Dan belum nikah kok kelihatannya plong aja?"

Kira-kira ketika pertanyaan serupa  dilayangkan ke antum yang masih jofisah, antum bakalan jawab apa? Hayoo?

Jawabannya dalam hati saja yah! Nanti saja dikeluarkan kalau sudah ada yang bertanya demikian. Tapi aku doain semoga jodohnya disegerakan sebelum pertanyaan di atas menghantam tembok hati antum yang telah di poles dan dirawat sedemikian bagusnya hehe...

Sore tadi aku dapat pesan wa dari salah satu teman kampus dan  aku hanya senyumin aja. Kalau mau balas via chat terlalu panjang kali lebar sama dengan... eh kok malah kesini yah, maap...maap (sambil ngangkat tangan ke depan dada kemudian menempelkan keduanya).

[Assalamualaikum mba Eka] sapa seorang lewat chat whatsApp.

Tiada angin tiada hujan, entah dari mana badai ini datang menerjang. (Hehe maap lebay). Beberapa menit kemudian aku menjawab chat dari seseorang yang tidak kukenali.

[Waalaikumussalam, maaf dengan siapa? Iya benar saya Eka] jawabku.

[Ukhti Eka masih single? pasti nggak pacaran yah?] jawabnya menginterogasi.

What???
Tanpa menjawab pertanyaaku orang itu sudah meluncurkan serangan (baca pertanyaan) balik.

Kucoba intip profilnya, tidak ada tanda-tanda orang ini laki apa perempuan. Juga tidak ada tanda kalau ia gabung di group whatsapp apapun yang aku ikuti.

Biarlah, siapapun ia mungkin ada pelajaran bisa dipetik dari rasa penasaran dan keberaniannya. Tapi jujur sebenarnya jika ia chat di facebook, maka sudah aku blokir.

Pernah juga aku di chat di facebook oleh ikhwan, awalnya nanyain pernikahan kemudian bertanya udah makan apa belum, tanpa pikir panjang lagi aku blokir ia dari chat facebook.

[Masih, ia benar, selama saya masih sadar maka saya tidak akan pacaran! saat itu, saat masih belum hijrah saya pernah pacaran, sekarang menurut pengalaman saya, orang yang pacaran adalah orang yang sedang mabok alias tidak sadar, tidak sadar kalau ia sedang dimanfaatkan fitran rasa sukanya oleh syaitan, menggoda kaum Adam dan Hawa untuk menyalurkan rasa sukanya kepada pasangan yang tidak mendatangkan pahala dan malah hanya kesia-siaan dan dosa. Sekalipun saat itu model pacaran hanya lewat sms dan telponan, tapi itu sudah termasuk kedalam perbuatan yang tidak terpuji sama sekali.] Jawabku mulai bertausiah.

[Ukhti kok santai saja menjalani hidup tanpa pacaran sekarang? Ukhti belum nikah kok kelihatannya plong aja?]

Jreess... Pertanyaan berikutnya meluncur. Nah kalau antum ditanya demikian, mau jawab apa coba. Orang yang bertanya bak dukun aja, hihi aku mulai nyengir baca pertanyaan yang serasa pernyataan itu. Dari mana coba yah orang itu tahu kalau aku belum nikah, dan terlebih tahu dari mana kalau aku plong selama ini.?

Aku aja nggak bisa jamin hati ini. Apa ia penggemar rahasia? weeh pede amat. Atau jangan-jangan suka mengkikuti aktifitasku diam-diam. Atau ia du...du...ah ngaco'. Bisa jadi ia seorang ahli psikologi atau memang ia penasaran saja yah.?

Aku dari tadi membatin.

"Ukhti ekaa....hujaaan... jemuranta" Teriak salah seorang teman kosanku yang  membuatku tersontak.

"Ohh iye" jawabku, dan seketika aku letakkan handphone di atas kasur kemudian berlari keluar menganggkat jemuran.

Aku tidak menjawab lagi chat dari orang mesterius itu, aku berharap ia bisa membaca tulisanku ini.

Pertama terima kasih untuk yang senantiasa perhatian kepadaku, juga terima kasih untuk yang senantiasa membaca tulisan-tulisanku yang masih berantakan.

Semoga yang pernah chat siapapun itu, karena sampai hari ini aku tidak tahu siapa orangnya dan aku tidak perlu tahu. Siapapun ia, semoga yang pernah ngechat bisa baca.

Bahwa setiap kejadian, setiap apa yang hari ini kita jalani dalam hidup, itu adalah suatu anugerah dari Allah yang mesti kita syukuri, dan itu yang yang sedang aku pelajari sekarang.

Sebagaimana pertanyaan tentang jodoh dan apapun yang menyangkut aktifitas sekarang. Bahwa salah satu cara kita bersyukur adalah ketika kita memaksimalkan hari-hari yang kita jalani hari ini dengan sesuatu yang positif.

Membiasakan untuk berpikir baik terhadap takdir Allah, berhusnudzan terhadap apa yang Allah gariskan untuk kita hari ini. Toh dunia ini terlalu hina untuk kita elu-elukan.

Hari ini setiap harinya sama saja, selalu di temani teman-teman akhwat kata orang, ya iyalah kalau ditemani teman ikhwan mah itu namanya ikhtilat alias bercampur baur dan itu tak boleh yah kalau dalam hal yang tidak dibenarkan syariat.

Kapan sih di temenin pasangan hidup? Nah kalau kita fokus dengan masalah di atas tentu banyak waktu yang kita habis hanya untuk merenung, berburuk sangka kepada Allah dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, kita berpikir positif saja bahwa Allah ingin kita memperbaiki diri karena pasangan kita yang entah dimana, ia juga sedang mempersiapkan yang terbaik untuk kita.

Atau berfikir aja, mungkin Allah ingin melihat sejauh mana kesabaran kita terhadap takdir yang digariskannya untuk kita.

Atau mungkin saja Allah ingin melihat sejauh mana kita meminta dengan ikhlas hanya kepadanya, Allah cemburu jika hambaya lebih menginginkan cinta makhluknya dibanding Ia sebagau pencipta semesta. Oleh karenanya Allah ingin hambanya mencintai Ia sebelum kita mencintai hambanya.

Atau, boleh jadi kita diberi kesempatan oleh Allah untuk berlama-lama bersama teman atau sahabat karena siapa yang jamin kita kedepan setelah berkeluarga akan kenegeri entah-berantah.

Atau Allah ingin memberi kita kesempatan untuk banyak berbakti kepada kedua orang tua kita sebelum berkeluarga.

Sebagai seorang wanita, yang memang ia hanya menunggu takdir dan mempersiapkan yang terbaik, tugas kita hanya memperbaiki diri dan mempersiapkan bekal dan jangan pernah berfikir yang tidak baik kepada Allah. Ini tips ini agar hati merasa tenang dan tidak menjadikan hal jodoh itu sebagai beban.

InshaAllah, jika kita sibukkan diri dengan aktifitas yang positif, rasanya InshaAllah akan mudah kita menata hati agar tidak baperan.

Wallahu a'lam bishawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mendidik Anak Usia Dini

Terkadang saya mendengar perkataan orang tua yang mengatakan otak anak saya belum siap menempuh pendidikan dan belajar. Padahal ...