Sabtu, 21 Oktober 2017

Motivasi Menulis


Motivasi Menulis
Dari sinilah semua gencatan pena itu dimulai, sebuah motivasi mengapa kita menulis.

Arief B Iskandar berkata dalam bukunya yang berjudul Biarkan Jemari Menari, bahwa "Motivasi itu ibarat setumpuk sekam mengering, sementara niat ibarat kilatan api. Sekam tetaplah sekam jika tidak tersulut sepercik jilatan api"

Itulah motivasi. Semangat yang menyala dari motivasi bergantung besarnya percikan niat. Penting memulai segalanya dengan niat yang suci. Lantas niat suci yang mana yang dimaksud?

Sebelum saya memasuki pembahasan intinya, izinkan saya bercerita sedikit. Ini adalah sebuah kisah tentang latar belakang sebuah amalan.

Dikisahkan, di akhirat nanti, dipanggillah tiga orang oleh malaikat dihadapkan kepada hakim yang paling adil.

Pertama,
"Hai dermawan!, kemarilah!" Majulah sang dermawan dengan langkah tegap percaya diri. Ia yakin selama ia hidup, ia telah banyak bersedekah dengan hartanya sehingga amalannya telah cukup untuk memasukkannya ke dalam surga.

"Karena alasan apa kamu banyak bersedak dan tidak takut rugi?" Tanya malaikat penuh ketegasan.

"Saya melakukan semuanya itu hanya satu alasan, yakni karena Allah."

"Bohong!" Timpal malaikat segera
"Kamu melakukannya karena hanya ingim dikatakan oleh orang-orang sebagai orang dermawan.

Muka dermawan memerah, ia tertunduk malu. Kedok kebohongannya telah terbuka.

"Kalau demikian, masuklah kamu kedalam neraka bersama Qorun, sang hartawan yang durhaka itu!"

Sang dermawanpun diseret ke dalam neraka.

Sampailah pada orang kedua
"Untuk apa kamu mengajar ilmu kepada banyak orang?" Tanya malaikat.

"Karena Allah" Jawab ilmuan dengan singkat dan penuh keyakinan. Sayang malaikat tidak bisa dikibuli.

"Bohong!" Sergah malaikat. "Engkau mengajar ilmu kepada manusia agar engkau dikatakan orang alim"

Ilmuanpun tak sanggup lagi berkutik. Bagaimanapun malaikat mampu menerawang isi hati manusia, malaikat mampu mengetahui semua niatannya menjadi sarjana, mengejar ilmu dan mengajarkannya.

Sang ilmuanpun diseret oleh malaikat kedalam kobaran api neraka.

Tibalah giliran manusia yang ke tiga. Sama juga ia dipanggil dan ditanya oleh malaikat.

"Sejak di dunia, saya telah berjuang membela negara, bangsa dan juga agama. Hingga saya gugur dan saya menjadi syahid" Jelas sang pahlawan dihadapan malaikat.

"Bohong!" jawab malaikat "Engakau berjuang agar engkau dikatakan pahlawan, dikatakan orang besar, dan agar namamu menghiasi majalah-majalan dan koran-koran atas jasamu, engkau melakukan itu semua agar dikatakan syuhada, mujahid. Engkau tidak melakukannya karena Allah"

Sang pahlawanpun terdiam dan benar kata malaikat.

"Surga tidak bersedia menerima orang sepertimu"

Akhirnya iapun bernasib sama dengan orang yang pertama dan kedua.
.................

Jika kita berandai-andai. Bayangkan jika kita berada dihadapan malaikat untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah kita perbuat selama di dunia ini. Maka mari kita cek kembali apa motivasi kita menulis.

Sudahkah karena Allah atau yang lainnya?

Saya yakin setiap orang punya motivasi tersendiri dalam menulis. Mari kita jawab pertanyaan di atas dalam hati kita dan jaga karena ia akan menjadi hujjah di hadapan malaikat kelak di yaumil akhir.

#30DWC
#Squad9
#Days11
MuslimahPenaPeradaban

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mendidik Anak Usia Dini

Terkadang saya mendengar perkataan orang tua yang mengatakan otak anak saya belum siap menempuh pendidikan dan belajar. Padahal ...