Selasa, 22 Maret 2016

MERINDU

Sekitar pukul 15 entah lebih atau kurang berapa menit, cuaca di luar jendela yang tertutup kain gorden biru masih sangat terik, jika berada di luar rumah serasa bak di gurun sahara di Mesir sana.

Panas sore itu membuatku teringat degan status yang sedang mejeng di fb (facebook) tulisannya begini "Di kasi hujan minta Panas,  di kasi panas minta hujan, sekalian di kasi hujan air panas...binggung kan loe!"

Akhirnya niat mengeluh ku kubur dalam kata, Aku milih istirahat dan mensyukuri daripada menghujat ketentuan Allah.

Cuaca akhir-akhir ini memang terasa sangat panas, Alhandulillah masih bisa bernaung di kos sederhana ini, setelah pulang dari kampus Aku memilih kembali istirahat di  kos, selain karena merasa nyaman, juga karena akhwat-akhwat sering mengadakan pengajian di sini, yah hitung-hitung menambah ilmu sambil istirahat.

Pengajian bagaikan charger bagi manusia, layaknya hp disitula tempat menambah daya setelah seharian atau beberapa hari beroperasi,   di tempat kajian adalah tempat dimana kita dibina menjadi pribadi Islam, kita saling mengingatkan tujuan hidup yang sebenarnya, yakni mempersembahkan amalan dan menjadikan hidup sejalan dengan aturan Allah, saling mengingatkan agar senantiasa tunduk kepada aturan sang pencipta hidup.

Senantiasa menjaga ketaatan disaat sendiri, di tengah keramaian, di rumah,  di sekolah, di kampus,  di mesjid, tempat pengajian, bahkan sampai urusan ekonomi, pergaulan tatanan sosial dan bahkan bernegara tentu di atur oleh Islam. Hal inilah yang membuatku makin mantap mengatakan sungguh Islam Rahmatan lil 'Alamin,  buktinya semua di atur dalam islam.

Seringnya mengikuti kajian Islam secara rutin membuatku semakin kagum dengan Islam.Tak jarang aku mengingat pepatah "Tak kenal, maka tak sayang,  tak sayang maka tak cinta"

Bagaimana tidak! Dulu Aku merasa tidak terlalu mengenal islam, analoginya seperti seseorang yang membeli sebuah buku lalu membaca kata pengantar dan daftar isi kemudin menutup dan menebak apa isi buku itu,  tanpa tahu isi buku yang sebenarnya, jadilah karena membacanya hanya daftar isi sehingga tak mampu menjadi aplikasi dalam hidup,  bagaimana tidak, wong hanya baca daftar isi, penjelasannya kagak.

kulihat Islam dari ufuk timur
ia bak fajar memberi kehangatan.
Kulihat Islam di ujung barat
ia bak cahaya yang menyingsing keemasan.

Sambil menyandarkan badan, kubuka fb , setelah sampai di sana kupanjat dinding dengan ibu jariku. Benar saja disana menempel banyak berita. mataku tertuju pada sebuah gambar yang membuat ibu jari ini berhenti.

Foto,  yah sebuah foto puluhan orang berbadan kekar,  berpakaian seragam lengkap dengan senjata yang di pegang erat, seolah akan berperang, badannya di lengkapi pelindung dan bahkan hanya mata yang terlihat.

Sebuah pertanyaan terbersit,  Sampai setakut itukah mereka sampai tak memperlihatkan wajahnya.

Latihan apa gerangan yang telah ia lakukan sehingga mereka sepertinya tak punya hati membunuh manusia bahkan kaum muslim, dan ini bukan kali pertama tapi telah tercatat puluhan bahkan ratusan manusia yang telah mereka bunuh dengan hanya berdalih pada perasangka alias tuduhan  dan yang mereka tangkapi adalah muslim yang ibadahnya rajin.

Mereka mengambarkan teroris itu yang rajin ke mesjid, ke mushallah, kajian, rajin membawa mushab, sering ikut pengajian, mengisi ceramah dan semua yang menggambarkan Islam, sehingga islam yang merupakan agama rahmat bagi seluruh alam menjadi buram di mata kaum muslim khususnya.

Usaha mereka kini telah berhasil dampaknya banyak ibu-ibu atau orang tua Fobia terhadao Islam, sampai melarang anaknya ikut pengajian, takut kalau-kalau anaknya diajari merakit bom di tempat kajian, melarang anaknya memakai kerudung dan baju terusan. Naudzubillah,  ini curhat salah satu siswi SMA di pengajian.

"Kak kenapa teroris itu identik degan Islam?" Tanya seorang siswi di salah satu tempat mengisi kajian di SMA.

Aku agak kaget mendengar pertanyaan itu. Apa lagi penanya adalah seorang muslim, ketika mengikuti kajian di kampus dan sekolah, Akupun kerap mendapat pertanyaan-pertanyaan serupa.Tidak semua mendapat informasi yang benar dan jujur tentang Islam. Aku tidak boleh bosan menyampaikan informasi yang jujur.

"Kalau saudari memiliki pohon mangga yang sedang berbuah, dan kau sudah merawatnya dengan baik, bisakah saudari pastikan tidak ada yanh busuk atau jatuh dari pohon sebelum matang"

"kalau kau punya pohon mangga,hanya satu dua saja buah yang busuk lantas menganggap semua buahnya busuk, apakah itu fair?"

Tentu keburukan pada buah itu pasti ada namun kita tidak mengatakan semua buahnya busuk.

Itulah keburukan,  tidak bisa kita menjamin semua akan baik,  namun bedanya hari ini adalah, Islam itu seperti buah yang di cangkok,  buah di paksa tumbuh di pohon lain,  kita di ajarkan membenci pohon kita sendiri,  seolah buah yang di makan burung adalah kesalahan si pohon,  pohonlah yang membuat buah busuk, padahal biang keroknya adalah si burung yang singgah mengambil manfaat

Baiklah Aku tutup tulisan ini dengan mengucapkan, wahai diri yang tercatat sebagai kaum muslim, sejauh mana kita telah mencari tahu gerakan ini, didirikan oleh siapa, apa visi dan misi, apa ia sesuai dengan Islam, sejauh mana kita membaca perjalanan Rosulullah mendirikan kepemimpinann Islam yang penuh dengan kelembutan dan kesabaran,  sejauh mana kita telah mengenal Islam kita, jangan-jangan kita hanya mendengar dan melihat lantas mengatakan Islam itu keras sebagaimana Isis, sejauh mana hadist-hadist Rosulullah menjadi hafalan dan hiburan kita tiap hari. jangan-jangan media hari ini telah menjadi tontonan sehingga apa yang di sampaikan media Tv menjadi tuntunan.

"cukuplah orang itu dikatakan pendusta kalau setiap perkataan yang ia dengar ia sampaikan"

Aku sendiri menyimpan pertanyaan, Densus 88, kenapa berpakaian tertutup, sebenarnya ia bentukan siapa,kenapa tak di gubris oleh pemerintah, yang telah nyata membunuh dara kaum muslim yang belum pasti bersalah, seperti kasus yang baru terjadi, Siyono di bunuh oleh Densus 88 yang ternyata merupakan Dai.

Menjadi sebuah pertanyaan kenapa negeri yang katanya menganut HAM ini bungkam ketika yang melakukan pelanggaran adalah segelintir manusia dengan segala kepentingannya. Ketika darah dan nyawa rakyat terancam tak seheboh ketika lambang garuda di lecehkan. Apakah patung lebih berharga dari darah rakyat dan kaum muslim.

Bukankan Rosulullah mengingatkan dalam sebuah hadist "Runtuhnya Bumi dan kabbah lebih ringan di sisi Allah dari terbunuhnya satu kaum muslim"


Aku rasa sudah banyak tulisan yang menjawab pertanyaanku ini, yah kita cari sama-sama jawabnnya yahh.. oia sedikit persembahan puisi untuk sebuah naungan yang ku rindukan.

Meridu

Kami rindu sang penjaga,
yang terjaga di sepertiga malam
Kami rindu sang benteng yang
kekohannya melindungi jiwa-jiwa yang rapuh.

Beribu nestapa menyekat memisahkan.
Kami bukan kamu apalagi mereka
Tak ada satu diantara dua
Kami hanya kumpulan yang terbuang

Kami meraung dalam diam
Kekuatan menyeret kami ketakutan
Kekuasaan betul telah menguasai 
Bagi kami tak layak kepuasan 
Kadilan tak layak bagi si Kerdil

Kami rindu 
Kami rindu Cahaya yang menyejukkan
Menjaga menyapa dari yang terjaga
Kami mau
Kami mau lepas dari belenggu
Tuduhan hinaan penistaan

Kembalilah Kembalikan
Kesatuan yang menyatukan
Jati diri yang penuh rahmat
Bagi sang semesta alam




8 komentar:

  1. Balasan
    1. Trima kasih mba, doakan smoga istuqomah...

      mba ulfa nga kalah keren tulisannya.. semangat

      Hapus
  2. Bener banget nih apa yg di tulis mba eka

    BalasHapus
  3. Keren, Eka..smg kita smua istiqomah dijalan-NYA

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uni jg keren banget tukisannya,..


      Amin... Saling mendoakan yah Uni,..

      Hapus

Mendidik Anak Usia Dini

Terkadang saya mendengar perkataan orang tua yang mengatakan otak anak saya belum siap menempuh pendidikan dan belajar. Padahal ...