Bapak orang yang sangat hati-hati dan selalu merenungkan setiap ucapan yang akan dikeluarkan lewat lisannya. Karena itulah mungkin kenapa bapak sering dan bahkan selalu dimintai pandangan ketika pemerintah setempat akan mengadakan kegiatan. Meski bapak bahkan tidak lulus di sekolah dasar.
Namun sebagai anak, saya tau betul sisi kekurangan bapak, bahkan ketika orang yang mungkin tau sisi bapak yang kurang akan menganggap tulisan ini berlebihan. Tapi bagi saya yang dekat dengan bapak, tulisan ini tidak ada apa-apanya daripada banyaknya kebaikan yang bapak persembahkan dan contohkan ke saya sebagai anaknya.
Contoh kecil pelajaran berharga yang saya dapat dari bapak saya, adalah salah satunya ketika malam. Kebiasaan kami sesekali ngobrol dan duduk di dekat bapak. Terutama saya, saya sangat suka mendengar wejangan dari bapak. Karena bapak selalu bilang, jangan sampai orang lain lebih sering meminta pendapat saya daripada anak saya.
Benar saja, bergantian orang ke rumah untuk meminta pandangan bapak, masa kami anaknya tidak. "Jangan sampai setelah bapak nanti pergi barulah kalian menyesal. Itu tidak ada artinya." Kata bapak suatu waktu.
Dan lagi-lagi kalau ngomong sama bapak itu biasanya duduk di depannya 90 menit namun bapak hanya bersuara mungkin hanya tujuh sampai sembilan kali, itupun sudah banyak segitu.
"Nak, mana'mu iko tu.... napoji tau manggkalingai adanna" (artinya: Nak, keturunan orang tua kakek-kakek kamu terdahulu itu, orang-orang senang mendengarkan perkataannya)
10 menit kemudian setelah senyap di ruang keluarga tepatnya di depan kamar tidur orang tua saya. Di sana hanya saya dan bapak duduk lesehan, bapak menghadap selatan dan begitu juga saya.
Jarak kami hanya 1 meter
Senyap. Diam. Hanya suara gerimis di malam hari yang terdengar dari atap genteng rumah kami yang terbuat dari seng. Maklumlah rumah kami sederhana, rumah bugis yakni rumah panggung.
Saat mengobrol sama bapak, biasanya kata-kata pendek seperti yang bapak keluarkan itu ada maksudnya.
Benar saja. Setelah beberapa lama saya menunduk, menunggu kalimat berisi yang selalu keluar dari mulut lelaki hebat di depan saya ini. Bapak bersuara lagi
"Maksud perkataan bapak tadi itu, orang suka mendengar perkataan kita itu misalnya jika ada sesuatu yg ingin mereka kerjakan, jika mereka sedang makan sesuatu, jika orang mau adakan sesuatu mereka selalu ingat dengan kita. Mereka ingat untuk meminta pandangan kita. Itulah maksudnya. Kenapa orang menyukai, karena yang keluar adalah yang baik"
Saya menunduk, berusaha mempraktekkan apa yang bapak lakukan. Diam mendengar lebih baik jika dihadapan orang yang lebih daripada kita.
"Dunia tempat persinggahan ini, menyukai orang-orang yang banyak memberikan manfaat pada orang lain. Kalau ada dan tidaknya kita di sekitar orang banyak dan kesannya sama saja berarti kita tidak dibutuhkan itu. Artinya ada tidaknya kita sama saja" Kata bapak dan ditutup dengan menyunggingkan senyum.
Saya mengangkat kepala, lalu tertawa dan disambut bapak tertawa juga.
Begitulah cuplikan kata-kata bapak yang selalu berisi jika duduk di dekatnya. Meski tidak berpendidikan tinggi tapi bagi saya bapak mampu tampil di depan anak-anak nya sebagai sosok ayah yang hebat. Tak berkeluh kesah. Bapak selalu terlihat tegar dan berwibawa di depan kami namun tidak juga kaku.
Sahabat rahimakumullah, Bagaimana pun orang tua kita, mereka adalah yang selalu ada untuk kita. Mereka malaikat hidup kita yg Allah hadirkan. Jangan jauhi orang tua karena pemahaman mereka yang kurang. Jangan benci mereka seburuk apa pun ia pada kita. Jangan menggunjing mereka meski mereka banyak celah.
Meski banyak kekurangan pada orang tua kita, jangan sekali-kali kita menganggap mereka kurang. Karena setinggi apa pun prestasi seorang anak merekalah yang berperan dalam kesuksesan tersebut.
Jika orang tua tidak pandai agama, jangan menjauhi bahkan meremehkan mereka. Bahkan jika orang tua menjelma seperti se ekor babi, tetaplah perlakukan ia layaknya manusia. Apatah lagi jika orang tua kita memang manusia yang punya hati. Sekeras-kerasnya hati mereka, insyaAllah mereka adalah manusia yang juga punya naluri sebagaimana kita.
Simaklah kisah penuh inspirasi nan indah berikut ini. Kisah tentang seorang pemuda pada jaman Nabi Musa. Nabi Musa adalah satu-satunya Nabi yang bisa berbicara langsung dengan Allah SWT Setiap kali dia hendak bermunajat, Nabi Musa akan naik ke Bukit Thursina.
Di atas bukit itulah dia akan berbicara dengan Allah. Nabi Musa sering bertanya dan Allah akan menjawab pada waktu itu juga. Inilah kelebihannya yang tidak ada pada nabi-nabi lain. Karena itu dia dijuluki ‘Kaliimullah’
Suatu hari Nabi Musa telah bertanya kepada Allah. "Ya Allah, siapakah orang di surga nanti yang akan bertetangga dengan aku?". Allah pun menjawab dengan mengatakan nama orang itu, kampung serta tempat tinggalnya.
Setelah mendapat jawaban, Nabi Musa turun dari Bukit Thursina dan terus berjalan sesuai tempat yang diberitahu. Setelah beberapa hari di dalam perjalanan akhirnya sampai juga Nabi Musa ke tempat tersebut. Dengan pertolongan beberapa orang penduduk di situ, beliau berhasil bertemu dengan orang tersebut. Setelah memberi salam beliau dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu.
Tuan rumah itu tidak melayani Nabi Musa. Dia masuk ke dalam kamar dan melakukan sesuatu di dalam. Sebentar kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi betina yang besar. Babi itu dituntunnya dengan hati-hati.
Musa terkejut melihatnya. "Apa ini?, Kata Nabi Musa berbisik dalam hatinya penuh keheranan. Babi itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu babi itu dilap sampai kering serta dipeluk cium kemudian dimasukkan kembali ke dalam kamar.
Tidak lama kemudian dia keluar lagi dengan membawa seekor babi jantan yang lebih besar. Babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian dilap sampai kering dan dipeluk serta cium dengan penuh kasih sayang. Babi itu kemudian dikirim kembali ke kamar.
Setelah selesai kerjaanya barulah dia melayani Nabi Musa. "Wahai saudara! Apa agamamu?". "Aku agama Tauhid", jawab pemuda itu. "kalau begitu, mengapa kamu memelihara babi? Kita tidak bisa berbuat begitu." Kata Musa. "Wahai tuan hamba", kata pemuda itu. "Sebenarnya kedua babi itu adalah orangtua kandungku. Karena mereka telah melakukan dosa yang besar, Allah telah mengubah rupa mereka menjadi babi yang jelek rupanya.
Soal dosa mereka dengan Allah itu soal lain. Itu urusannya dengan Allah. Aku sebagai anaknya tetap melaksanakan kewajibanku sebagai anak. Setiap hari aku berbakti kepada kedua ibu bapakku sebagaimana yang tuan hamba lihat tadi. Meskipun penampilan mereka sudah menjadi babi, aku tetap melaksanakan tugasku. ", Sambungnya." Setiap hari aku berdoa kepada Allah agar mereka diampuni.
Aku bermohon agar Allah mengubah wajah mereka menjadi manusia yang nyata, tetapi Allah masih belum memakbulkannya. ", Tambah pemuda itu lagi. Maka ketika itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as 'Wahai Musa, inilah orang yang akan bertetangga dengan kamu di Surga nanti, hasil baktinya yang sangat tinggi kepada kedua orangtuanya.
Orang tuanya yang sudah buruk dengan rupa babi pun dia masih berbakti juga. Jadi Kami naikkan maqamnya sebagai anak shaleh disisi Kami. "Allah juga berfirman yang artinya:" Karena dia telah berada di maqam anak yang shaleh disisi Kami, maka Kami angkat doanya.
Tempat kedua orangtuanya yang Kami sediakan di dalam neraka telah Kami pindahkan ke dalam surga. "Itulah berkat anak yang soleh. Doa anak yang soleh dapat menebus dosa orangtua yang akan masuk ke dalam neraka pindah ke surga. Ini juga harus dengan syarat dia berbakti kepada orangtuanya . Bahkan sampai ke tingkat rupa ayah dan ibunya seperti babi. Mudah-mudahan orangtua kita mendapat tempat yang baik di akhirat kelak.
Walau bagaimana buruk sekali pun perangai kedua orangtua kita itu bukan urusan kita, urusan kita adalah menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana mereka menjaga kita sewaktu kecil hingga dewasa.
Walau sebanyak apapun dosa yang mereka lakukan, itu juga bukan urusan kita, urusan kita adalah meminta ampun kepada Allah SWT agar kedua orangtua kita diampuni Allah SWT. Doa anak yang shaleh akan membantu kedua orangtuanya mendapat tempat yang baik di akhirat, inilah yang dinanti-nantikan oleh para orangtua di alam kubur.
Arti sayang seorang anak kepada ibu dan bapaknya bukan melalui pengiriman uang rupiah, tetapi sayang seorang anak pada kedua orangtuanya adalah dengan doanya supaya kedua orangtuanya mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah.
Semoga kita bisa menjadi anak yang menyayangi kedua orang tua kita, bagaimana pun keadaanya. Menjadi anak yang soleh-solehah sehingga menjadi penyebab terbukanya rahmat Allah bagi ke dua orang tua kita dibukakan pintu surga. Aamiin
Kondongan 27 Ramadhan 1440 H