Dari berbagai buku yang telah saya baca tentang pendidikan anak, hampir di awal bab selalu diawali dengan pernikahan yang ideal. Itu artinya, pendidikan pertama dan utama dibentuk dari kedua orangtua.
Dalam berbagai penelitian pun sebagaimana disebutkan Junaedy Alfan, seorang Peneliti dan Praktisi Pendidikan berbasis Adab & IT, beliau mengungkapkan bahwa dalam berbagai penelitian didapatkan kesimpulan bahwa rumah adalah tempat pendidikan yg paling efektif dan memiliki porsi paling dominan dalam membentuk karakter seseorang. Seperti apa model anak tergantung seperti apa pola pendidikan di rumah oleh orang tuanya khususnya bagaimana ibunya.
Beliau menjelasan pula, bahwa para Ibu dari ummatus salaf telah membuktikan peran itu dalam melahirkan imam imam besar yg kita kenal sepanjang zaman.
Siapa yang mengajarkan Imam syafi’i kecil umur tujuh tahun sudah hapal alquran dan membawa hijrah ke Mekah untuk belajar berbagai disiplin Ilmu?
Siapa yang memandikan imam malik kecil pagi-pagi dan memakaikan pakaian lalu menyuruhnya pergi belajar adab dan ilmu kepada gurunya?
Siapa yang mendorong dan membawa imam Bukhari kecil ke Mekah untuk belajar hadis?
Siapa yang menghabiskan harta yang banyak untuk pendidikan guru imam Malik Rabi’atur Ra’yi?
Mereka adalah wanita janda, ibu imam Syafi’i, ibu imam Ahmad, Ibu Imam Bukhari, ibu Rabi’atur Ra’yi ditinggal suami berjihad sejak hamil sampai tua baru ketemu.
Demikianlah dahsyat, penting dan besarnya pengaruh seorang calon ibu dan ibu dalam membentuk karakter dan kesuksesan anak-anaknya.
Bukan hanya itu, orantua adalah faktor besar yang menyebabkan terjadinya kenakalan pada anak. Karenanya hendaknya seorang ibu dan calon ibu memperhatikan perannya kelak dalam memikul amanah dan melaksanakan tanggung jawab terhadap orang yang harus ia pelihara dan didik.
Dalam sebuah syair dikatakan,
Ibu adalah sekolah yang jika engkau
Telah mempersiapkannya
Berarti engkau telah mempersiapkan
Suatu bangsa yang mempunyai akar-akar
Yang baik.
Bukankah baginda Nabi berpesan, ibu adalah seorang pemimpin di dalam rumah suaminya dan ia bertanggung jawab terhadap yang dipimpinnya.
Tanggung jawab rumah dan keluarga bukan hanya peran seorang bapak seorang diri. Ibu dan bapak harusnya bekerja bersama dan saling tolong menolong dalam menyiapkan generasi dan menididik anak-anak.
Karena itu, jika ibu lebih mementingkan karirnya dan seorang bapak meremehkan tanggung jawab mengarahkan dan mendidik anak, maka anaknya tidak berbeda dengan anak yatim. Bahkan DR Nashih Ulwan mengatakan bahwa anak yang yang kedua orangtuanya seperti ini akan menghasilkan anak yang menjadi sebab kerusakan umat. Naudzubillah, bukankah ini adalah musibah.
Benarlah kata seorang penyair
Bukanlah anak yatim itu anak yang
Kedua orangtuanya telah selesai
Mengandung derita hidup (mati)
dan meninggalkannya sebagai anak yang hina
Tetapi anak yatim itu adalah yang mendapatkan seorang ibu yang menelantarkannya atau seorang bapak yang sibuk (tidak menghiraukannya)
Betapa ngerinya dan malunya kita sebagai seorang ibu atau bapak yang masih sehat, namun anak-anak kita tidak ada bedanya dengan anak yatim.
Semoga kita semua dimampukan menjadi umat yang kokoh dalam membangun peradaban, menebar ilmu. Semoga kita bisa menjadi orangtua dan pendidik yang mampu berjalan di atas jalan yang lurus dalam mendidik anak. Sehingga kelak kita bisa menyaksikan anak-anak dan generasi kita bagaikan malaikat dalam hal kejernihan jiwa dan ketaatan pada perintah rabbnya. Serta mereka menjadi teladan bagi orang lain dalam setiap kemuliaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar